duapuluh satu

35 2 0
                                    

21

"Kata orang-orang, perasaan jatuh cinta itu tidak pernah salah. Namun bagiku, perasaan ini sungguh tak benar,"---Aisha Valerie.
.
.
.
.

Udara malam terasa dingin menyusup menembus pakaian. Sontak mereka menoleh dan mendekat ke arah Reyes.

Abyan menatap Reyes dengan heran. "Ide apaan?"

"Gimana kalo Debara ganti nama jadi Aldebaran? Itu sih kalo kalian mau," usul Reyes, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu bangkit dari rebahan.

"Kedengeran bagus. Btw, artinya apaan?" kali ini Ega menyahut.

Reyes mengarahkan telunjuknya ke arah rasi bintang Orion, kemudian menarik telunjuknya agak turun.
"Lo liat rasi bintang di sebelah sana, trus lo liat yang di bawahnya?"

"Liat bintang itu, yang warnanya oren kemerahan. Itu namanya Aldebaran... bintang yang dulu digunakan pelaut arab untuk navigasi mereka. Kalo nggak salah Aldebaran juga termasuk bintang ke-13 yang paling terang," jelas Reyes panjang lebar. Memecah keheningan malam.

"Pas banget sama tim kita, ketambahan Aiden, Louis sama Nando. Jadi Aldebaran... keren-keren-keren," imbuh Abyan mengacungkan ibu jarinya.

Bimo mulai kepo.
"Sejak kapan lo belajar ilmu perbintangan?" Ia menyipitkan mata.

"Sejak gue suka mapel IPA." Reyes menengadahkan kepala, kembali memandang rasi bintang.

"Atau lo mau jadi calon cenayang?" Louis menimpali.

"Rencananya sih gitu, berhubung gue nggak suka ikut campur urusan orang lain, gue milih main bola," Reyes mengambil jam tangan di saku jaket yang terletak di atas jok motornya. Jam menunjukkan pukul 9 malam.

"Ah anjir lo, gue kira beneran!"

"Ya kali, musyrik, Bro. Agama gue ngelarang berbuat gituan," jawab Reyes pelan, mengingat Louis adalah satu-satunya non-muslim di tim.

"Jadi gimana? Deal rubah nama?" tegas Abyan menatap teman-temannya. Tak berselang lama, mereka bersahut mengucap kata "deal".

Sekarang "Debara" telah resmi berubah nama menjadi "Aldebaran".

------------

Esok hari, Reyes dan timnya sudah nongkrong di koridor dekat tangga. Membahas tentang persiapan pertandingan nanti siang. Siswa-siswi lalu lalang di hadapan mereka. Namun, sebagian dari siswi agak canggung saat lewat. Maklum, tatapan rombongan cogan membuat hati dag-dig-dug tak karuan.

Aisha yang kebetulan lewat di hadapan mereka, hanya bisa menunduk dan mempercepat langkahnya. Berbeda dengan Tiara dan Feyla, mereka sengaja menyapa rombongan itu.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Feyla sok akrab.

"Nyari bahan cuci mata lah, biar seger, masih aja nanya," bukan Abyan yang menjawab. Melainkan Ega.

"Dasar cowok!" umpat Tiara pelan, namun terdengar jelas di telinga mereka.

Tiara memandang Reyes, sayangnya cowok itu hanya menengok sekilas tanpa sepatah kata. Sedang Aiden tersenyum ramah menatap Tiara.

Feyla mengobrol basa-basi sebentar dengan Abyan, kemudian beranjak menarik tangan Tiara.

"Aisha kenapa sih kok kayak menghindar dari mereka?" ucap Tiara sembari menimang mengingat tingkah Aisha beberapa waktu lalu. Ia menghentikan langkahnya pelan.

"Mungkin dia alergi sama mereka, kebanyakan dari mereka kan bar-bar, nyablak lagi. Hahaha," jelas Feyla sembari tertawa. Menengok sedikit ke arah gerombolan tadi. Tiara mengangguk, mungkin dalam hatinya membenarkan ucapan Feyla.

Hai, Mas Atletحيث تعيش القصص. اكتشف الآن