Teman Erik (Part 1)

13.9K 122 0
                                    

Aku Jamal, bisa di bilang kalau aku ini salah satu preman yang paling ditakuti di daerah Tanah Abang. Aku bukanlah seorang Gay, melainkan Bisex. Tapi entah kenapa aku lebih suka mempermainkan pria, terutama pria yang ganteng dan berbadan sexy. Karena menurut-ku, pria-pria seperti itu pantas untuk dijadikan mainan. Beberapa waktu lalu, aku dan teman-teman ku mendapatkan mangsa bagus di Tanah Abang, Erik namanya. Sudah beberapa kali kami menyatroni Erik di toko-nya. Awalnya, kami memang meminta jatah reman, tapi kami tidak terus-terusan memeras Erik. Karena tujuan utama-ku adalah menjadikan Erik mainan-ku dan teman-teman ku.

Siang itu, aku sedang berjalan sendiri mengitari daerah Tanah Abang. Anak buah-ku hari ini sedang tak bersama-ku. Rata-rata pedagang di sana mengenal-ku. Ya, mungkin bagi mereka aku ini agak rese karena suka meminta jatah reman. Tapi aku juga membantu mereka kalau-kalau ada maling ataupun preman lain yang mengganggu mereka. Tanpa-ku sadari, aku sudah berjalan hampir mengitari seisi Tanah Abang dan sampai-lah di depan toko Erik. Awal-nya aku cuma mau sekedar lewat saja, tapi kebetulan Erik sedang ada di depan toko-nya.

Aku paling tak tahan melihat pria seperti Erik. Yang tadi-nya aku tak memiliki niat apapun, aku pun langsung sange ketika melihat Erik secara langsung. Aku berjalan melewati toko itu sambil terus melihat ke arah Erik, sampai akhirnya kami berdua saling bertatap mata. Aku pun mengepal, mengangkat tangan-ku dan memberikan kode dengan cara menggerakkan kepalan tangan-ku seolah seperti sedang ngocok. Erik pun mengerti maksud dari kode yang aku berikan. Karena sebelumnya aku sempat juga memberi isyarat seperti itu.

Aku pun berjalan melewati toko Erik. Tak lama setelah itu, aku menoleh ke belakang dan Erik pun sudah mengikuti-ku dari belakang. Aku pun berjalan ke WC yang letaknya di luar Tanah Abang. Letaknya agak sedikit di luar, agak sedikit kumuh, karena bisa dikatakan itu toilet darurat yang di gunakan oleh tukang-tukang atau pun ojek yang mangkal di sekitar sana. Sesampainya di WC umum itu, ternyata kedua bilik yang ada di sana sedang dipakai.

Erik pun tak lama menghampiri-ku dan berdiri di sebelah-ku.

"Belom ngocok kan Ko?" Tanya-ku, sambil meraba jendolan Erik.

"Belom Bang." Jawab Erik.

Tak lama setelah itu, salah satu pintu terbuka dan orang yang habis memakai WC itu pun pergi. Aku dan Erik pun langsung masuk ke WC itu.

Di dalam WC...

"Buka semuanya." Perintah-ku.

Erik langsung melucuti pakaiannya sendiri. Mulai dari kaos, celana sampai celana dalam-nya. Karena WC umum ini seadanya, gantungan untuk pakaian pun sangat minim. Jadi aku pikir, aku akan menitipkan pakaian Erik di depan, supaya gua bisa ngerjain Erik leluasa tanpa di repotin sama pakaian-nya itu.

"Tunggu sini bentar. Gua mau simpen baju lo di depan dulu Ko." Kata-ku.

"Ntar kalo ada yang ngetok gimana Bang?" Tanya Erik.

"Ya jangan lu buka lah Ko. Kalo lu mau keluar bugil juga gapapa sih. Haha." Ledek-ku.

Aku pun pergi keluar WC untuk menitipkan baju Erik ke pedagang dekat sana.

"Bro. Nitip baju bentar." Kata-ku ke Udin, pedagang gorengan dekat sana.

"Nitip nitip. Bayar." Kata Udin.

"Yeee... Gua tebalikin nih gerobak lu." Canda-ku sambil tertawa.

Setelah menitipkan pakaian Erik ke Udin, aku pun kembali ke WC tempat Erik berada.

TOK TOK TOK... Aku mengetuk pintu WC Erik.

"Ini gua KO." Seru-ku. Karena aku lihat WC di sebelah pun sudah kosong.

Erik membuka pintu WC-nya dan aku pun masuk ke dalam.

Aku benar-benar tak tahan melihat Erik bugil, birahi-ku pasti langsung naik. Aku pun langsung menggenggam molen Erik dan menarik kulupnya sedikit, lalu ku usap-usap palkonnya dengan jempol.

"Ah... Ahhh..." Erik mendesah.

"Enak?" Tanya-ku.

"Iya Bang." Jawab Erik mendesah.

Aku langsung menempelkan batang Erik ke bawah pusarnya, sehingga biji kembarnya terlihat jelas. Lalu ku tepuk biji Erik dari bawah.

PLAAAKKKK!!!

-----------------------------------------------

Cerita lengkap sudah tersedia di Karya Karsa

https://karyakarsa.com/Boyaretoys/teman-erik-part-1

Mainan PribumiWhere stories live. Discover now