Chapter 32

1.3K 265 53
                                    

Mbak Yesi kembali tertawa saat Aruna dan dirinya sampai di meja tempat mereka biasa makan siang. Leo sudah pergi dari sana beberapa saat yang lalu. Aruna yakin lelaki itu pasti malu setelah banyak orang menertawakannya. Apalagi kabar perselingkuhannya sudah menyebar di kantor Aruna.

"Lo liat tadi mukanya Leo nggak? Malu banget pasti dia tuh," ujar Mbak Yesi yang ikut senang melihat Aruna mempermalukan Leo. Sebagai teman dia juga ikut sakit hati dengan perlakuan Leo pada Aruna.

"Nggak semalu apa yang gue alami," sahut Aruna. Jika dibandingkan dengan malu yang Aruna dan keluarganya rasakan, itu tadi tidak ada apa-apanya.

Mendengar perkataan Aruna, Mbak Yesi seketika menghentikan tawanya. "Sorry, Na. Gue nggak bermaksud ngebuat lo nginget-inget..."

"Iya gue tahu kok, Mbak," potong Aruna cepat saat Mbak Yesi salah mengartikan responnya. "Mbak gue pengen tanya sesuatu, deh," lanjut Aruna tak ingin membahas soal Leo dan kegagalan pernikannya lama-lama.

Mbak Yesi memusatkan perhatiannya pada Aruna saat gadis itu berkata ingin menanyakan sesuatu.

"Kenapa?" balas Mbak Yesi setelah menelan makanan yang ada di mulutnya.

"Lo percaya sama teori konspirasi time traveler nggak?"

Tanpa pikir panjang Mbak Yesi menjawab, "Nggak, lah!"

Wanita itu kembali menyuapkan kuah soto yang ada di depannya. Dia tidak terlalu tertarik dengan obrolan Aruna.

"Lo pernah liat nggak sih foto yang diambil tahun berapa gitu, pokoknya di foto itu kaya ada orang yang pake ponsel padahal jaman itu belum ada ponsel?"

Itu salah satu teori konspirasi paling terkenal yang mengatakan jika penjelajah waktu itu ada. Aruna bahkan menonton beritanya di TV dan membaca artikelnya di internet.

Mbak Yesi menatap teman satu divisinya dengan wajah datar. Dia kemudian meletakan sendoknya ke mangkok dan melipat kedua tangannya di atas meja. Bersiap-siap memberikan ceramah pada juniornya.

"Hal-hal konyol kaya time travel or what ever you call it itu cuma karangan orang-orang yang nyari perhatian publik saja. Itu tuh cuma kebetulan aja orangnya terlihat seolah-olah dia pegang ponsel padahal mungkin dia lagi lakukn hal lain. Garuk-garuk misalnya. Who knows."

Aruna hendak membuka mulutnya, tapi Mbak Yesi lagi-lagi bersuara.

"Gue tahu lo lagi stres, tapi cari pelarian yang lain, ya. Jangan yang kaya gini. Mending lo ngabisin waktu di mall. Kalau butuh temen shopping, gue siap," nasihat Mbak Yesi. Kemudian perempuan beranak dua itu kembali menikmati makan siangnya.

Aruna menghela napas setelah mendengar respon Mbak Yesi. Andai dia bisa bercerita ke seniornya kalau dia baru saja mengalami hal yang dianggap konyol oleh wanita di depannya itu. Aruna bahkan bertemu dengannya di masa lalu.

"Tau pas gue balik lo jadi nyebelin, gue nggak tolongin lo pas lo berantem sama penjual buah, Mbak," celetuk Aruna kesal.

Mbak Yesi sama sekali tidak mengerti arti perkataan Aruna. "Maksud lo?"

"Ya waktu lo berantem sama penjual buah delapan tahun lalu," jawab Aruna tanpa melihat lawan bicaranya. Dia lebih memilih menikmati bakso yang ada di depannya.

Mbak Yesi jelas terkejut saat Aruna mengetahui kejadian memalukan yang ia alami bertahun-tahun silam. Dengan raut wajah penasaran dia relfeks bertanya,"Lo tau dari mana, Na?"

"Anggap aja gue abis time traveling," jawab Aruna asal.

"Ihhh... serius!"

Belum Aruna memjawab pertanyaan Mbak Yesi, ponsel miliknya berdering dan menampilkan nomor asing. Aruna segera menggeser tombol untuk mengangkat panggilan tersebut.

Back To School✔Where stories live. Discover now