hmm

110 23 0
                                    

28 April 2017

"aku gak tau harus menulis apa, mereka membullyku dan membuatku babak belur. Aku mencoba melawan, mereka banyak sedangkan aku sendirian. Hingga seseorang datang menghampiriku dan berkata "gak papa Lo bisa cerita sama gue, dan buat kalian (merujuk pada mereka) gue bantai Lo semua"."

"Terima kasih Tuhan, telah mengirimkan malaikatmu padaku"

"Sekarang, setelah sekian lamanya memendam rasa ini. Aku menceritakan semuanya pada dia OKTA SETIAWAN itu namanya. Ternyata dia mendukungku, kalian tau dia fudan awalnya aku gak tau apa itu fudan setelah search google ehm anu itu....."

Okta, aku akan mengingat namanya
Bertanda ; ARGEA ANANTA

Sejak kejadian itu Gea menjadi objek pembullyan teman-teman Agas

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Sejak kejadian itu Gea menjadi objek pembullyan teman-teman Agas. Tentu saja tanpa diketahui oleh Agas sendiri.

Disetiap harinya Gea harus menghela napas. Menahan semua rasa kesal ketika kolong mejanya di penuhi sampah, tidak hanya itu bahkan mereka sering mengambil buku tulis Gea secara diam-diam dan membuangnya.

Gea masih sabar, meski hatinya teriris mendapati perlakuan yang tidak mengenakkan seperti ini. Secara fisik dia baik-baik saja, karena laki-laki itu harus kuat.

Tapi batinnya terasa tersiksa.

Lebih parahnya adalah hari ini. Gea dibawa ramai-ramai ke belakang gedung sekolah. Dia dikeroyok.

"Tolong... Jangan sakiti aku..."

Gea meringis. Ia mencoba melindungi diri dengan tubuh meringkuk diatas dinginnya tanah. Akibat hujan, tanah ini cukup basah.

Ia melindungi bagian kepadanya dengan kedua tangan. Mereka terus tertawa meski Gea memohon untuk berhenti.

"Aku mohon hiks..."

Gea mulai menangis.

"ARGHHH!!" Ia menjerit saat bagian perutnya ditendang keras oleh Angga. Londra dan Fian ikut menendang tubuh Gea.

Mereka bertiga tertawa mendengar jeritan pilu dari sang empun. Rasa bahagia mereka tak terbendung lagi, melihat Gea menderita.

"WOI!"

Mereka bertiga tersentak kala mendengar seruan dari arah barat. Seseorang mendekat, dia menarik tubuh Gea dalam perlindungannya.

Gea mendongak. Pemuda itu tersenyum.

"Gapapa lo bisa cerita sama gue,"

Dia menatap ketiga pemuda itu. Lantas menunjuk ke arah mereka.

"Gue bantai lo semua!"

***

Gea bersyukur karena Tuhan telah mengirimkan malaikat penolong baginya.

Tubuh Gea berangsur membaik, setidaknya butuh beberapa hari untuk dia pulih. Dibantu dengan obat yang setiap hari Gea minum, imun tubuhnya perlahan membaik.

Terima kasih tuhan.

Mereka berdua duduk di kafetaria terdekat. Gea menatap canggung pemuda di depannya. Okta Setiawan, pemuda yang menolongnya tempo hari.

Kini pemuda itu memutuskan untuk berteman dengan dirinya. Matanya menuntut penjelasan. Pemuda itu penasaran, kenapa Gea bisa jadi bahan bully-an.

"Gapapa, cerita aja." Ucapnya memaksa.

Gea tersenyum canggung. Ia menarik napas lalu membuangnya perlahan. Ini pertama kalinya ia bercerita kepada seseorang. Bercerita tentang apa yang ia rasakan selama ini.

"Aku suka sama cowok, itu sebabnya mereka Bully aku, mereka menganggap aku itu manusia menjijikan..."

"Aku takut, kamu juga kaya gitu..."

Gea menunduk dalam. Ia tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

Sebuah elusan, mengelus rambutnya begitu lembut.

"Gapapa, semua makhluk hidup berhak menyukai apapun termasuk itu. Gue gak selalu mandang apapun dari satu sudut, lo berhak mencintai orang itu..."

"Jadi jangan patah semangat, gue bakal dukung lo terus."

Sontak Gea menatap Okta penuh harap.

"Makasih banyak," dia menggenggam tangan pemuda itu.

"Tapi aku ga tau harus gimana, Agas mungkin udah tau tentang ini." Ucapnya cemberut.

Ada sedikit rasa sesak ketika mengingatnya.

"Jadi lo suka Agas?"

"Kamu kenal dia?"

Okta mengangguk. "Iya, dulu gue SMP bareng dia."

Gea ber'oh'ria. Lantas tersenyum senang. Karena masih ada manusia tulus yang membantunya. Okta adalah teman kedua Gea.

Diary Argea [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon