Dia

105 23 4
                                    

07 Mei 2017

"Aku tidak tau kapan itu terjadi, perasaan kagum ini telah berubah menjadi cinta, agas aku mencintaimu"

"untuk sesosok menjijikan sepertiku memang tidak pantas mencintaimu, apalagi mendapatkan cintamu. Mengingatnya saja membuat hatiku sakit"

"Perasaan yang begitu nyata untuk seseorang yang tidak ku gapai bahkan jika itu didalam mimpi"

Agas, i really love you
Bertanda ; Argea Ananta

Langkah kaki Gea semakin gencar mengejar waktu, hari ini dia hampir terlambat

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Langkah kaki Gea semakin gencar mengejar waktu, hari ini dia hampir terlambat. Astaga apa yang aku lakukan semalaman, runtuknya dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 07.25, sebentar lagi masuk. Hari ini dia benar-benar sial. Bangun kesiangan, lupa meminum obat, belum sarapan, belum mengerjakan pr, sekarang hampir terlambat.

Ah benar-benar sial, Gea meruntuki dirinya sendiri.

Perlahan-lahan langkah kecilnya melaju dengan sedikit berlari menuju koridor sekolah. Tanpa sengaja ia menabrak bahu seseorang.

Dia agas, tatapannya mengintimidasi menatap jijik makhluk dihadapannya. Gea tau, pasti agak membencinya sekarang.

Aku harus menahannya.

"Selamat pagi agas" ucap Gea tersenyum ramah.

Senyumannya pudar ketika agas membungkam mulut Gea dengan tangan kanannya. Agas mencengkeram wajah Gea, tak membiarkan dia berbicara sedikitpun.

"Shit, jangan sebut nama gue bangsat" ekspresi wajahnya berubah menjadi marah. Gea yang melihat agas seperti itu langsung menciut ketakutan, Gea takut agas semakin membencinya.

"Lo manusia rendahan, gay menjijikan. Jangan pernah sebut nama gue lagi dengan mulut kotor lo!"

"Gue nyesel temenan sama lo dan gue nyesel pernah nyium pipi lo! Gay sialan"

Gea terjatuh, kakinya lemas seperti tidak punya tulang. Matanya memanas, perih, hatinya terasa perih. Dengan teganya agas meninggalkan Gea setelah mengucapkan hal seperti itu pada Gea.

Dadanya semakin sesak nafasnya memburu akibat menangis. Dia tidak ingin masuk ke kelas sekarang, rasanya ia tidak sanggup lagi melihat wajah agas.

Sebisa mungkin Gea menggerakkan kakinya keluar dari area sekolah. Ia harus kembali ke rumah sekarang.

•••

Diary Argea [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora