Prolog

3K 254 17
                                    

***

Pintu bus ditutup sementara anak-anak di dalamnya duduk manis di kursi mereka masing-masing. Sebelum bus mulai bergerak, seorang wanita diakhir tiga puluhan, meraih secarik kertas miliknya kemudian mulai memanggil satu-persatu nama anak di depannya.

"Ahn Toil?" panggilnya.

"Hadir!" balas sang anak, menaikan tangannya tinggi-tinggi.

"Lalisa Park?" lanjut sang guru, memanggil anak berikutnya.

"Hadir! Hadir! Di sini!"

"Kim Jisoo?"

"Ada! Ada! Ada! Jisoo di sini!"

"Kwon Jiyong?"

"Ada!" teriak si kecil dari belakang, mengakhiri absen pagi mereka dan bis itu perlahan-lahan melaju, meninggalkan pekarangan sekolah menuju gedung pertunjukan yang akan jadi tempat wisata mereka— sekelompok anak-anak TK.

Tiba di tempat tujuan, mereka berbaris. Satu-persatu turun dari bus, berpasangan, berjalan menuju ruang pertunjukan. "Jiyong! Aku ingin berpasangan dengan Jisoo! Tukar!" protes Lisa, sengaja menoleh kebelakang agar bisa menatap lawan bicaranya.

"Tidak mau," geleng bocah yang sedang dibicarakan— Jisoo. "Aku berpasangan dengan Jiyong saja! Lisa jahil, tidak mau!" susulnya, menggenggam erat-erat tangan pasangannya sekarang.

Pertengkaran kecil berlangsung, yang awalnya hanya saling merengek, kemudian berubah jadi dorongan-dorongan kecil. Hingga tanpa sempat diantisipasi, mereka menangis. Merepotkan sang guru yang sudah sangat terbiasa dengan tingkah kekanakan itu.

Sampai pertunjukan akhirnya dimulai dan anak-anak rewel itu berhenti. Menatap panggung yang megah kemudian mematung, terpukau akan kemewahannya. "Ibu guru, aku ingin jadi seperti itu," anak-anak itu berkata.

***

Making Songs Is EasyWhere stories live. Discover now