15

827 150 4
                                    

***

"Wetboy!" seru Jisoo, berlari kecil masuk ke rumah Toil dan langsung memeluk seorang pria gemuk yang berdiri di depan meja makan. "Aku merindukanmu... Kemana saja kau selama ini? Kenapa tidak pernah datang ke sini lagi?" susulnya, sengaja mengusap-usap perut buncit Wetboy.

"Aku juga merindukanmu," balas pria itu, balas memeluk Jisoo hingga Toil juga Lisa yang sudah lebih dulu ada di sana menatap heran pada mereka. "Aku sangat merindukan masakanmu, Jichuu," susulnya, sengaja bersikap manis untuk menyenangkan lawan bicaranya.

"Apa yang ingin kau makan? Akan ku buatkan semuanya," senang Jisoo, sesekali mencubit perut padat milik pria itu, mengusapnya gemas seolah bagian tubuh itu adalah mainan kenyal yang biasa ia lihat di toko boneka. "Makanan pembuka, utama sampai penutup, akan ku buatkan semuanya untukmu," yakin Jisoo, masih sembari berpelukan dengan Wetboy.

"Aku merasa seperti anak pertama yang tersingkir oleh adik baru," komentar Toil, melihat kemesraan di depannya.

"Kalau pacarnya melihat ini, dia pasti salah paham," susul Lisa, dengan wajah datar yang sama seperti milik Toil. "Tapi saat pementasan kemarin, sutradaramu kelihatan lebih gemuk dari sebelumnya," tambahnya membuat Jisoo langsung tersenyum penuh kebanggaan.

"Benar kan? Dia jadi lebih tampan dengan pipi tembamnya, iya kan? Terlihat lebih manis dan lebih segar, daripada saat pipinya tirus," senang Jisoo, yang bangga bisa menaikan berat badan Park Hyunsik setelah hampir dua bulan resmi berkencan. "Tapi dimana Jiyong?" tanya Jisoo kemudian, kali ini sembari melangkah ke pintu, mengambil barang belanjaan yang ia tinggalkan di sana karena tadi harus berlari untuk Wetboy.

"Masih di jalan, langsung dari bandara," jawab Lisa. "Tadi pagi aku sudah ke bandara, karena dia minta di jemput. Tapi ternyata pesawatnya delay, jadi dia menyuruhku pulang. Katanya, orang dari agensinya yang akan menjemputnya. Kau ke sini dengan kekasihmu atau ibumu? Kenapa tidak menyuruh mereka mampir sebentar?"

"Aku kesini naik taksi-"

"Ya?! Sungguh?! Sendirian?!" seru Lisa, juga Toil hampir bersamaan.

"Memang apa salahnya kalau dia naik taksi? Ada apa dengan kalian?" tanya Wetboy, mulai mengeluarkan satu persatu barang belanjaan Jisoo.

Sulit dipercaya, bagi Lisa juga Toil, seorang Kim Jisoo yang tidak pernah pergi naik taksi sendirian hari ini berbelanja ke supermarket dan datang ke rumah Toil dengan taksi, seorang diri. Sembari mengeluarkan satu persatu barang belanjaannya, Jisoo bercerita kalau tadi ia gugup sekali. Ia tidak yakin bagaimana cara membayar taksinya. Ia tidak yakin bagaimana cara menghentikan taksi itu, apakah ia harus menepuk bahu supirnya atau hanya bicara seperti biasanya. Ia bahkan takut tertidur di dalam taksi tadi. Gadis itu benar-benar gugup saat berangkat ke supermarket.

"Tapi dari supermarket ke sini, aku seperti sudah berpengalaman. Aku bahkan berani meminta supirnya memasukan barang-barangku ke bagasi dan menurunkannya lagi," cerita gadis itu, membuat Lisa dan Toil menghela nafas lega sedang Wetboy menatap aneh pada mereka. Apa yang begitu hebat dari naik taksi?— Wetboy luar biasa heran.

"Apa yang hebat dari itu? Jisoo tidak pernah naik taksi?" tanya Wetboy kemudian dan Toil menggelengkan kepalanya.

"Tidak, dia tidak pernah naik taksi, dia juga tidak pernah pergi sendirian," jawab Toil, membuat Wetboy menunjukkan raut kagetnya yang cenderung aneh. Seperti dibuat-buat. Memang, tidak semua orang bisa memahami hidup yang Jisoo jalani. "Harusnya kau meneleponku, aku bisa datang dan menemanimu, ibumu tahu kau pergi sendirian?" ucap Toil kemudian.

"Aku tidak akan pernah bisa mandiri kalau terus menelepon kalian. Ibuku juga tahu, tadi dia yang menelepon taksinya. Tapi ibuku masih menelepon ke taksinya, bukan lewat aplikasi seperti kalian," cerita Jisoo. "Nanti, ajari aku caranya memakai aplikasinya," susulnya sembari tersenyum.

Making Songs Is EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang