4

856 194 5
                                    

***

"Kalian mau makan sesuatu? Aku yang traktir," tawar Lisa, pada rekan-rekan yang ada di studionya. Keempat member Pure— Hwang Inyeop, Han Jihyun, Punch dan Real.be— juga seorang manager mereka, Roseanne Park.

"Tidak boleh, mereka sedang diet," celetuk Rose, sibuk dengan tabletnya, mengatur jadwal untuk enam bulan kedepan.

"Jus juga tidak boleh? Buah? Aku lapar, aku belum sarapan," tanya Lisa, sibuk melihat-lihat aplikasi belanja di handphone Jiyong. "Wahh... Dia membeli cincin baru? Cantiknya," komentarnya, melihat barang-barang yang Jiyong beli lewat handphonenya.

Tanpa izin Rose, Lisa membeli beberapa makanan. Ia bayar makanan itu dengan uang yang Jiyong simpan di aplikasi belanjanya, uang yang Lisa anggap tidak pernah habis karena memang selalu ada. Dengan sidik jarinya sendiri, ia selesaikan pembayarannya kemudian memutar sebuah lagu yang sudah ia siapkan. "Aku berencana membuat lagu duet, bagaimana? Kalian cukup percaya diri?"

"Bagaimana pembagiannya?" tanya Real.be, rapper di grup itu sekaligus aktor yang dikenal dengan nama Kim Minjae.

"Belum tahu," geleng Lisa. "Kalian semua harus mencobanya kemudian kita pilih yang paling cocok. Tiga lagu berempat, dua lagu duet. Lima lagu, cukup untuk satu mini album, iya kan? Hasil meeting tadi, kalian akan membuat mini album lagi. Sudah tahu, kan? Aku punya beberapa demo, coba dengarkan dan pilih yang kalian suka."

Satu persatu demo di putar, sampai telepon di studio itu kemudian berdering. Panggilan di lakukan oleh seseorang di lobby utama, katanya ada tamu yang ingin bertemu Lisa. "Ah? Jiyong? Suruh dia langsung ke studioku," santai Lisa yang langsung mematikan panggilan itu, kemudian menatap Rose di depannya. Dengan cepat gadis itu mendorong kursinya yang beroda. Roda kursinya bergulir sampai tepat di hadapan Rose. "Jiyong akan ke sini, dia di lobby sekarang," ucapnya hampir tanpa suara, melirik empat orang lain yang sedang sibuk memilih di meja kayu di tengah-tengah studio.

"Aku akan ke meja kerjaku," ucap Rose begitu mendengar informasi dari Lisa. Ia bangkit dari duduknya, memberi tahu empat member grup yang jadi tanggung jawabnya kemudian meninggalkan ruangan itu sebelum tamu Lisa tiba.

Sepuluh menit berlalu kemudian pintu studio rekaman dengan nama Lisa di depannya di ketuk. Gadis itu membukakan pintunya, dan muncul lah Jiyong di depannya, dengan dua kantong makanan juga camilan di tangannya. "Wah... Ini makanan yang aku pesan?" tanya Lisa dan Jiyong mengangguk, mengatakan kalau ia berpapasan dengan kurirnya di lobby tadi.

"Kalian belum pernah ku kenalkan kan?" tanya Lisa, setelah Jiyong juga grup yang harus ia buatkan lagu bertukar tatap. "Ini Jiyong, temanku sejak sekolah. G Dragon, kalian pasti kenal. Lalu mereka Pure, grup yang baru didebutkan Hanbin satu tahun terakhir ini, tapi semua orang sudah fansnya masing-masing. Leadernya Punch, kau pasti sudah sering mendengar lagunya. Lalu ada Inyeop, Hwang Inyeop kau menontonnya di 18 Again. Kemudian Real.be, Kim Minjae, kau juga pasti sering melihatnya di drama. Yang terakhir Hanjiji- maksudnya Han Jihyun, anak nakal di Penthouse, tapi aslinya dia baik," berkat Lisa mereka berkenalan. Mengobrol selama beberapa menit, sampai membicarakan lagu demo yang Lisa putar.

Jiyong tinggal di tempat itu sekitar tiga puluh menit, sampai Lisa selesai makan kemudian mengantarnya ke tempat parkir sembari menukar kembali handphone mereka. "Tadi Toil meneleponmu," ucap Jiyong sembari mengembalikan handphone Lisa.

"Kenapa?"

"Dia ingin tahu caranya memakai bor tapi sudah dia sudah menelepon Jisoo. Katanya dia baru membeli kursi kayu untuk halamannya."

"Ah... Sepanjang pagi tidak ada yang meneleponmu," lapor Lisa, juga sembari mengembalikan handphone Jiyong. "Kau tidak sedang mengencani seseorang?"

"Tidak," geleng Jiyong.

"Kau baik-baik saja kan?"

"Apa maksudmu? Aku tidak sakit."

"Tidak ada, hanya... Tidak apa-apa, tidak apa-apa kalau kau baik-baik saja," tenang gadis itu sembari mengusap-usap bahu Jiyong.

Akhir-akhir ini Lisa sedikit mengkhawatirkan pria di depannya. Sepulang dari wajib militernya, pria itu berkali-kali menulis lagu baru namun tidak pernah cukup puas dengan musiknya. Biasanya Jiyong akan mengeluh atau mengatakan sesuatu tentang kesulitannya, namun belakangan ini Jiyong justru menghindari topik tentang musiknya.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Membuat sepatu dan menggambar ternyata menyenangkan," tenang pria itu, membuat Lisa langsung menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, uangmu masih banyak meski tidak melakukan apapun. Tadi aku memakai uangmu lagi, tidak apa-apa kan?"

"Kalau hanya membelikanmu makanan, aku tidak akan jadi miskin, tidak apa-apa. Aku pergi- ah! Nanti malam kau senggang kan?"

"Sebenarnya tidak, tapi aku bisa meluangkan waktu kalau benar-benar penting."

"Aku ingin mengenalkanmu pada D'splay."

"Daesung?" tebak Lisa sembari terkekeh.

"Bukan, YouTubers, D'splay," canda Jiyong yang juga terkekeh. "Dia bermain drum dengan lagumu, lalu ingin kau melihatnya dulu sebelum merilisnya."

"Dia pasti memainkannya dengan baik, tidak perlu izinku."

"Jadi, kau makan malam bersama kami atau tidak?"

"Mau, untuk apa aku menolak makan malam gratis?" santai Lisa, yang kemudian melihat handphonenya. Benda persegi itu bergetar, panggilan dari Rose dan dengan terburu-buru Lisa berpamitan untuk kembali ke studionya. Ia tidak bisa bicara lebih lama lagi dengan Jiyong. "Hati-hati di jalan! Kirim saja alamat restorannya nanti, tidak perlu menjemputku, Lice-borghini ku bisa pergi kemana pun," serunya sembari berlari kembali ke studionya, sesekali gadis itu melambai sampai sosoknya menghilang di balik pintu kaca.

Baru saja Jiyong naik ke mobilnya, hendak menyalakan mesin Rolls-Royce-nya, dan handphonenya berdering. Sebuah panggilan baru saja masuk dari Toil. "Hei, aku pinjam gitarmu," ucapnya begitu Jiyong menjawab panggilannya.

"Gitarku atau gitar Lisa?"

"Gitarmu. Antar ke agensiku."

"Jam berapa? Aku di agensi Lisa hari ini."

"Aku tahu, aku baru saja menelepon Lisa," suara santai Toil terdengar. "Sebenarnya, aku membutuhkanmu dan gitarmu sekitar dua jam. Jadi datang ke agensiku secepat yang kau bisa."

"Sebenarnya, apa yang kau inginkan?" tanya Jiyong, mulai mengemudi ke arah agensinya, tempat ia bisa mendapatkan gitarnya.

"Mainkan gitar untukku, aku melukai tanganku," lapornya. "Bawakan obat juga, plester, kasa, apapun itu. Aku sangat membutuhkanmu sekarang, cepatlah."

"Bukankah kau sedang merakit kursimu tadi?"

"Hm... Dan gagal..."

"Ternyata Lisa dan Jisoo lebih berguna daripada dirimu."

"Hm... Harusnya aku menyuruh mereka merakitnya. Sakit sekali, cepat ke sini, selamatkan aku."

***

Making Songs Is EasyOnde histórias criam vida. Descubra agora