Part 2

36.2K 1.3K 17
                                    

"Kalian benar-benar melakukannya ?" tanya Sherly dengan suara tidak percaya, Chyntia mengangguk dengan wajah bangga "Dan kau tahu, dia begitu seksi !" desis Chyntia membayangkan percintaan dahsyatnya semalam bersama pemegang perusahaan yang selalu disebutkan namanya dalam majalah ibukota itu.

"Bagaimana dengan Davin ?" tanya Sherly kemudian, membuat Chyntia mendengus mendengar nama laki-laki itu lagi "Hmm, pria lokal akan mudah dilupakan ! Tentu saja dia tidak bisa mengimbangi hobiku !"

"Aku tahu kau perempuan gila, dan hanya pria yang bisa membuatmu puaslah yang akan kau puja-puja" ujar Sherly kemudian. Chyntia tertawa. Sherly memang benar, selama ini sahabatnya itu terlalu memuja Rafael dan memimpikan bisa bercinta dengannya. Namun nasib baik berpihak padanya, ketika salah satu asisten Rafael mengenalkannya pada pria dingin tersebut dan pada akhirnya bersedia dilayani oleh Chyntia.

"Ya, dan aku ingin menaklukan Rafael sekali lagi" ucap Chyntia membuat Sherly menoleh padanya dengan cepat. Gadis itu mendengus dengan tatapan meremehkan "Jangan harap. Kudengar dia akan dengan mudah melupakan partner bercintanya dalam semalam"

"Sehebat apapun lawannya ?" tanya Chyntia, Sherly mengangguk mantap "Sehebat apapun, Chyntia" jawabnya mengulangi kalimat Chyntia.

Chyntia tersenyum mendengar ucapan itu. Terdengar seperti kalimat yang membuatnya terpacu untuk semakin gila untuk meluruskan rencananya.

Bukan hanya untuk kepuasan semata, namun bisa semakin dekat dengan Rafael tentulah akan sangat menguntungkan. Rafael adalah pewaris satu-satunya dan harta keluarganya juga sangat banyak. Chyntia akan dengan mudah menaklukannya sekali lagi.

Bianca mengernyit mendengar obrolan itu.

Entah sejak kapan, kakak satu-satunya itu begitu mencintai pekerjaannya. Entah mengapa fantasi kakaknya tentang pria asing itu dirasa berlebihan dan diluar akal sehat. Bian tidak pernah mengenal Rafael sama sekali dan hanya mendengar namanya disebut-sebut disaat Chyntia sedang bersama Sherly. Walaupun Bian - biasa ia disapa - menyadari betul bahwa segala biaya kehidupannya ditangani oleh kakaknya, Chyntia.

Mereka hanya hidup berdua dan kini Bianca sudah berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan nilai sempurna. Mungkin jika nanti ia sudah bekerja, beban kakaknya itu sedikit berkurang dan pekerjaan sebagai wanita malam itu akan segera dilupakan.

Chyntia tidak bisa kuliah karena tidak ada biaya dan semuanya diawali dengan pekerjaan sebagai pengantar minuman di bar. Bayaran sebagai pelayan tidak bisa menutupi segala kebutuhan dan Chyntia berani menjual tubuhnya hanya karena uang. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini kakaknya itu berjasa dalam kehidupan Bian.

Namun apakah harus terus menerus seperti ini ?

**

Chyntia baru saja sampai dirumah ketika Bian sudah memakai kemeja kerjanya "Kau mau kemana ?" tanya Chyntia dengan wajah heran. Gadis itu meraih gelas susu di meja makan, Bian selalu menyediakan sarapan setiap pagi untuknya sehingga gadis itu bisa makan sepulang bekerja dipagi harinya.

"Bekerja..." jawab Bian pendek, ia tersenyum "Kau... sudah masuk kerja ?" tanya Chyntia lagi, kali ini dahinya berkerut.

Bian menganggukan kepalanya "Ya kak, aku tidak sempat menceritakannya karena kakak jarang dirumah" jawabnya miris.

Chyntia membuka tasnya "Ohh... ini..."

Bian menggelengkan kepalanya dengan cepat sehingga Chyntia tidak jadi mengeluarkan dompetnya. "Tidak kak, uang yang kemarin masih utuh dan aku belum sama sekali memakainya"

"Hati-hati dijalan ya, kakak ngantuk... kakak mau tidur dulu" ujar Chyntia lalu tersenyum tipis. Bian membalas senyumnya dan membiarkan kakaknya masuk kedalam kamar.

LOVE FOR MY LOVEWhere stories live. Discover now