Part 6

21.2K 931 5
                                    

Bian hampir meneteskan airmatanya namun muncul pria itu disana, lengkap dengan kemejanya yang sudah kusut dan berjalan sambil memeluk gulingnya "Sudah bangun ?" tanya Rafael dengan suara seraknya.

Ada apa dengan bibirnya yang terlihat berdarah ?
Bian mengerjap sambil memeluk dirinya kuat-kuat. Ia sadar bahwa saat ini dirinya tidak memakai apapun kecuali selimut yang menutupi tubuhnya sepanjang malam.

"Sebelum kau salah paham... aku akan menjelaskan mengapa kau tidur dikamarku tanpa mengenakan pakaian" ujar Rafael. Wajah Bian kemerahan, pria ini tentu saja tahu semuanya.
Apa yang sudah dia lakukan ?

"Semalam kau mabuk karena pria itu mau menjebakmu, aku menemukanmu dipojok ruangan. Blazermu sudah terbuka, hanya kemeja dengan beberapa kancing yang sudah terbuka dan pria itu belum sempat melanjutkan aksinya karena aku menemukanmu. Lihat ini... ini hasil tinju dari tangannya" ujar Rafael sambil menunjukan bibirnya yang memang berdarah.

"Lalu, bagaimana bisa sekarang..."

"Telanjang ? aku meminta tolong pada pelayan hotel ini agar menggantikan pakaianmu dan aku tidak menemukan kunci kamarmu maka kau tidak bisa memakai baju atau apapun, pakaianmu basah karena kau muntah saat aku menggendongmu"

Bianca menelan ludahnya, ia menggigit bibirnya sendiri sambil memikirkan apakah ia perlu mempercayai ucapan pria ini ?

"Aku akan memanggil pelayan itu nanti untuk menjelaskan, saat ini kau cepat mandi dan menghilangkan bau alkohol itu pada tubuhmu"

"Maaf tuan... saya... merepotkan anda..."

"Tidak perlu minta maaf, hanya saja aku tidak mau kau selalu mencurigaiku. Jika memang aku mau berniat jahat padamu, aku bisa menidurimu semalam saat kau hilang kesadaran" ujar Rafael lalu membuka lemarinya sambil mengambil sweater tebal yang panjangnya mungkin akan sampai selutut Bianca.

Bian sempat merasa tidak enak karena Rafael mengatakan hal itu padanya. Dan sepertinya pria ini memang sedang berkata jujur, tidak pantas rasanya Bian mencurigainya. Jika Rafael tidak menemukannya, entah bagaimana nasib Bian.

"Pakai ini sementara resepsionis mengantar kunci kamarmu yang baru" Rafael menyerahkan sweater itu padanya. Tanpa celana dalam dan bra ? tentu saja Rafael tidak memiliki dua barang itu. ini sudah sangat menolong daripada selimut tipis ini, pasti sangat menerawang sekali jika Bian memaksa untuk memakainya.

"Mandilah..." desis Rafael menyadarkan Bianca yang masih ternganga, terlalu sibuk dengan pikirannya entah karena apa. Namun Rafael masih berpikir gadis itu mencurigainya dan meragukan ceritanya.

"Tapi..." Bian merapatkan selimut itu di tubuhnya, Rafael mengerti maksudnya dan membuang pandangan. Lagipula ia juga merasa tersiksa, memikirkan gadis itu telanjang dibalik selimut jauh lebih menyiksa daripada melihatnya.

"Okay, aku tidak melihatmu. Aku akan ke balkon" gumamnya sambil berjalan keluar membuka pintu menuju balkon.

**

Rafael memesan makanan dikamarnya, gadis ini tidak bisa pergi kemana-mana karena resepsionis masih belum mengantar kunci kamarnya dan kini Bian sedang mengamatinya makan tanpa menyentuh makanannya sendiri "Makanlah, semalam kau tidak sempat makan malam karena mabuk"

"Maafkan saya, terlalu banyak merepotkan tuan..."

"Aku merasa canggung jika kau menyebutkan kata 'saya-anda'. Bisakah kita berbicara seperti teman ? lagipula, aku tidak mau kau takut padaku terus menerus"

Bian diam, Rafael kembali mendengus "Cobalah untuk melupakan segala cerita miring tentangku, Bianca. Itu mengganggu profesionalitasmu dalam bekerja kau tahu ?"

LOVE FOR MY LOVEWhere stories live. Discover now