Chapter II

37 8 0
                                    

"Arghh-! Aduh.."
Warren terbangun dan melihat sekitar. Tiba-tiba ia ada di rumah sakit, ia tak tau dimana ini, namun ia merasa seperti kenal sekali dengan rumah sakit ini. Dia pun berdiri dan memanggil-manggil,
"Halo? Apakah Ada orang? Kenapa aku di sini?"

Ia heran mengapa ada rumah sakit dibawah tanah seperti ini. Akhirnya ia mencoba untuk menulusuri rumah sakit ini. Ia melihat sekitar, sunyi senyap, tidak ada seseorang pun disana. Namun tiba-tiba lampu pun mati. Warren tak bisa melihat apa-apa. Dia ingat bahwa dia membawa senter. Saat ia menyalakan senternya, ada suara di belakangnya.

Ternyata itu dari pintu masuk yang terkunci, sekarang terbuka dan terlihat patung patung dokter, perawat dan orang orang sakit. Warren terkejut kenapa tiba-tiba ada patung di sana, saat ia mengarahkan senternya ke arah lain...

"SHHHRK."
Tiba-tiba muncul bunyi dari patung patung tersebut. Warren pun menoleh kebelakang, dan patung patung itu sudah persis tepat dibelakangnya. Dia terkejut dan terjatuh, senternya lepas dari tangannya dan terlihat patung-patung itu mulai mendekati warren, patung-patung itu membawa pisau. Warren mencoba kembali untuk mengambil senternya.

Sang patung sudah mengangkat tangan dan hampir menusukan pisaunya ke leher warren, tepat sedikit lagi kena. Warren sudah mengambil kembali senternya dan menerangi mereka semua, tiba-tiba mereka semua tidak bergerak, mereka kaku seperti patung biasa, ia sangat kaget akan semua hal yang ada di sini. Ia menarik nafas lebar dan menghembuskan, lalu kabur sambil jalan mundur dengan menyinari mereka semua menggunakan senternya.

Ia sangat panik saat itu, kakinya kaku dan tak bisa digerakkan lagi. Ia melihat ke depan, seperti ada aura gelap yang tiba tiba memunculkan seorang wanita berpakaian serba merah yang menatap tajam ke arah Warren. Matanya merah menyala, tangannya berkeriput dan memiliki kuku yang tajam.

Tiba-tiba ia menunjuk ke arah kanan, Warren pun menoleh, di situ ada lorong yang bisa dilalui oleh Warren, dan pada saat dia melihat kembali tiba-tiba sang wanita berpakaian merah itu hilang.

Warren tak memercayainya, tapi saat ia menatapi sang wanita, ia terlihat seperti sangat jujur. Maka akhirnya warren pun berdiri kembali dan melanjutkan perjalanannya menuju lorong sebelah kiri. Lorong itu terasa panjang, tiba-tiba muncul suara dari pintu sebelah kiri warren, ia sungguh takut untuk membukanya, namun akhirnya ia memberanikan diri dan membukanya.

Setelah terbuka terlihat anak kecil yang melihat sedih kearah warren.

"Apa yang kau lakukan disini anak kecil? Ini tempat berbahaya," kata Warren ke anak kecil tersebut.

"Aku.. aku juga tak tahu, tiba tiba saja aku disini"
kata sang anak kecil kepada warren sambil memeluk bonekanya erat-erat.

"Disini sangat bahaya, ayo ikut saya saja.. mungkin saya bisa menjaga mu."
Warren kasihan melihat anak ini yang sendirian dalam rumah sakit gila ini dan akhirnya ia mengajak sang anak kedalam perjalanannya. Sang anak tak mengarahkan apa-apa dan berdiri, ia pun mengikuti dari belakang warren. Warren sama sekali tak curiga dengannya, karena dia hanyalah anak kecil.

Warren terus melakukan perjalanan dan sambai diujung lorong, disana ada sebuah pintu yang terkunci menggunakan sidik jari, Warren sudah mencoba berkali kali, namun hasilnya sama saja, tidak bisa.

"Hei.. bisakah aku membantumu?" Ucap sang anak kecil kepada Warren yang sedang mencari cara untuk masuk.
"Heh, silahkan saja" kata warren dengan sombong mengira sang anak tidak akan bisa.

Anak kecil itupun menempelkan jari jempolnya ke arah mesin itu dan tiba-tiba pintu terbuka, Warren sungguh bingung siapakah anak tersebut, mengapa ia dapat membuka pintu ini dengan sidik jarinya.

"Kenapa kau bisa membukanya?" Ucap warren bingung kepada sang anak kecil yang sedang bermain dengan bonekanya.

"Hum, aku juga tidak tahu.. mari lanjutkan saja perjalanan."

Warren masih menyimpan kebingungannya, namun apa boleh buat, ia tak bisa mencurigai anak kecil.

Ternyata didalam ruangan tersebut ialah ruangan kantin, banyak makanan disana yang disajikan.
"Wah lihat ! Sungguh banyak makanan.."
Sang anak langsung berlari ke arah makanan tersebut dan memakannya.

"Hei-! Bisa jadi itu beracun.." kata warren tegas kepada sang anak, namun sang anak tetap saja memakan, dan tidak terjadi apa apa kepadanya.
"Ayolah makan saja, aku tahu kau lapar"
Kata sang anak, dan memang benar, warren sedang lapar. Apa boleh buat, akhirnya Warren pun ikut memakan makanan tersebut dengan lahap.

Tiba tiba kepala mereka pusing sekali, semuanya terlihat berputar
"K.. kenapa ini?"
Warren bingung dengan makanannya, dan tiba tiba iapun pingsan karena makanan tersebut.

Merekapun bangun di sebuah ruang yang berbeda, warren terbangun di kasur dengan tangan yang terikat ke tiang kasur, badan dirantai. Ia tak bisa melakukan apa-apa
"Arghh... LEPASKAN AKU!"
Warren mencoba melepaskan diri, namun semuanya sia-sia.

Seorang perawatpun masuk kedalam ruangan warren
"Hai..!" Sapa sang perawat kepada warren.
Warren merasa mengenali sang perawat, ternyata ia adalah perawat yang ada di dalam mimpi Warren.

"Kau.. kau yang menculik metty-! Lepaskan aku dan metty sialan-!!"
Warren berteriak kepada sang perawat dan tetap mencoba melepaskan diri.

"Ohh, kau tahu. kesenangan ini belum bisa berakhir," sang perawat lalu mengambil pisau dan berjalan mendekat ke arah warren.
"A-apa yang kau akan lakukan!?"
Warren pun ketakutan dan semua badannya kaku.

"Cuma akan mengambil sebagian..."
Perawat itu menuju ke arah tangannya, mendirikan pisau di atas lengannya, dan mengiris pelan.
"A-ARGHH HENTIKAN, PERAWAT SIALAN!"
Tangan Warren sudah berdarah-darah, sang perawat lalu mengangkat tinggi pisaunya, dan hampir menusukannya ke tangan Warren. Namun tiba-tiba ada suara bunyi telepon.

"Oh, mungkin kita akan lanjutkan nanti saja. Haha, sungguh menyenangkan."
Lalu sang perawatpun pergi dari sana dan menutup pintu.

Warren menahan kesakitan akibat tangannya, ia pun baru sadar tiba-tiba didalam lukanya ada sebuah kunci.
Ia sungguh terkejut dan heran, mengapa ada kunci didalam kulitnya.

Ia mengambil pelan dari dalam tangannya sambil menahan rasa sakit. "Ah, akhirnya dapat.."
Lalu ia pun membuka ikatan tangannya dan rantai-rantai itu. Terdengar suara sepatu sang perawat di lantai, ia pasti sudah dekat, lalu ia bersembunyi dibawah ranjang, sungguh sempit, tangannya yang luka harus terlentangan dan membuat lukanya semakin besar, warren menutupi lukanya agar tak terlalu membuat banyak darah sambil menahan sakit, ia menutup mulut supaya tak mengeluarkan suara akibat sakitnya.

Pintu terbuka dan terlihat kaki perawat menuju ke kasur
"Oh.. dia kabur, aku harus mencarinya"
Lalu iapun pergi darisana. Warren pun keluar dari sana dan duduk sebentar dikasurnya.
"Aku harus keluar dari sini!"

Lady of The Devil (with Maxine)Where stories live. Discover now