23. Sah..?!

12.3K 752 50
                                    

* Yazid




Astagfirullahallazim..

Kenapa begini lagi ya Allah..
Hamba sudah menyerah dan ikhlas satu kali..

Hamba sudah mengalah satu kali..
Tolong jangan kali ini juga..

" Maaf Gus, tapi Bapak dan Ibu memutuskan menerima lamaran Dokter Farun.. Dan pernikahan mereka akan di gelar 2 minggu lagi.." Kata Aqsa kala itu dengan raut penuh penyesalan.

Tentu saja perkataan itu tak ubahnya seperti bom yang mampu meledakkan hatiku dan menghancurkannya berkeping keping.

Jujur aku tidak bisa lagi menyembunyikan raut kecewa ku. Lagi lagi Aku kalah dan tertinggal. Dan kali ini entah kenapa rasanya jauh berkali kali lipat lebih sakit dibandingkan ketika mengetahui bahwa Ustadzah Syifa menikah dengan Ustadz Zakir.

Aku telah mempersiapkan segala nya dengan matang. Tinggal sedikit lagi maka Aku siap datang kerumah nya untuk meminangnya. Rumah yang kupersiapkan untuknya sudah hampir rampung, Usaha usaha ku pun mulai berjalan dan akan menghasilkan keuntungan di bulan depan, Abi dan Umi bahkan telah mempersiapkan lamaran untuk Ustadzah Syifa dalam waktu dekat.

Tapi ya Allah..

Kenapa lagi lagi hamba engkau uji dengan cinta ini..

Apakah ini pertanda bahwa Ustadzah Syifa bukanlah jodoh hamba..

Apakah selama ini sia sia doa hamba yang selalu menyebut nama nya ketika beribadah kepadamu Ya Rabb..

Kurasakan sebuah pelukan hangat mendekap tubuhku dengan erat yang saat ini sedang duduk melamun di daun jendela kamarku dengan ekspresi miris berderai air mata.

" Istighfar Nak.. Yang kuat, yang tabah.. Mungkin Dia memang bukan jodoh kamu.. Insyaa Allah kalau kamu ikhlas, Allah akan gantikan dia dengan wanita lain yang lebih baik.." Suara Ummi terdengar serak oleh telinga ku.

Beliau mengelus kepalaku dengan lembut dan menenangkan ku sebisa mungkin. Aku balas memeluk erat Beliau, menangis tanpa suara. Membiarkan kesedihan akibat patah hati ini tumpah dalam pelukan wanita kesayangan ku.

" Maafin Ummi dan Abi ya.. Seharusnya Kami bisa melamarkan Asyyifa lebih cepat untuk kamu.. Maafkan Kami yang menunda nunda niat baik Kamu hingga akhirnya ada orang lain yang melangkah maju lebih dulu.."

Aku meregangkan pelukan dan meraih kedua tangan Ummi seraya menggeleng.

" Ummi dan Abi tidak salah.. Bagaimana pun untuk bisa melamar seorang wanita, seorang laki laki wajib memiliki penunjang berupa jaminan nafkah untuk calon istrinya.. Dan jika kemarin kita memaksa datang dengan hanya membawa uang, meski jumlahnya jutaan Riyal sekalipun pasti akan di tolak oleh Pak Imron.." Kata ku dengan memasang ekspresi berusaha setegar mungkin karena tidak ingin membuat ummi ku sedih.

Ummi hanya bisa memandang ku prihatin dengan raut sendu Beliau berusaha menenangkan dan memberiku kata kata motivasi agar Aku bisa kembali ikhlas dan tabah.






Dan ketika hari Pernikahan itu tiba, Aku memutuskan untuk bangkit dan berpakaian serapi mungkin. Aku menyiapkan banyak hadiah yang memang ku beli dari Yaman dan ku simpan untuk Ustadzah ku. Aku tersenyum miris melihat box berisi seperangkat Alat Sholat dan Alquran dari Yaman yang sempat ku bungkus rapi dengan niat ingin menjadikannya salah satu mahar di Pernikahan ku nanti jika Lamaran ku di terima.

Aku membawa box itu dan memasukkan nya dalam mobil bersama dengan hadiah hadiah dari Ummi dan Kak Aisyah.

" Yazid.."

Aku menoleh dan melihat Kak Aisyah telah rapi dengan menuntun Putra semata wayangnya, Rahman Al malik.

Kak Aisyah meminta Rahman untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu dan kemudian dia menatap ku dengan pandangan kasihan dan prihatin.

Ustadzah Assyifa✔️Where stories live. Discover now