Memory

50.4K 9.6K 2.5K
                                    

Untuk part ini, bacanya pelan-pelan ya. Biar feelnya dapet.

Happy Reading

***

Tubuh Kevlan serasa lemah. Mengapa? Mengapa kata-kata Mikaila barusan bisa berefek begitu kuat terhadapnya? Rasanya benar-benar sakit. Hatinya terasa dicabik-cabik.

Otak Kevlan seketika blank. Kata 'benci' yang keluar dari mulut Mikaila, masih terngiang-ngiang di telinganya. Tanpa sadar ingatannya kembali mengingat kejadian Mikaila yang masih mengejar kasih sayangnya.

Seorang gadis kecil yang setiap harinya akan berdiri di depan pintu kamarnya hanya untuk menyapanya.

"Ayah, selamat pagi. Aku sayang Ayah."

Atau ... ketika dia meminta untuk dipeluk, karena iri melihat anak seusianya dipeluk oleh orang tuanya.

"Ayah? Kapan Ayah akan memelukku? Aku hanya ingin merasakan pelukan Ayah, dari dulu ... Ayah tidak pernah memelukku. Teman-temanku sering dipeluk oleh Ayahnya, Carlos juga. Aku juga ingin seperti mereka Ayah."

"Apakah anak sial sepertimu pantas berharap dipeluk olehku? Pergilah pembunuh, semakin aku melihatmu semakin aku membencimu."

Kemudian Mikaila kecil, hanya mati-matian menahan tangis agar Sang Ayah tidak semakin membencinya.

Sejak kecil, Mikaila memang tidak suka menangis. Bukan tanpa alasan, orang bilang, orang dewasa cenderung tidak menyukai anak cengeng. Maka dari itu, dari kecil Mikaila selalu berusaha untuk tidak menangis agar ayahnya bangga terhadapnya, bahwa dia tidak cengeng seperti anak kecil kebanyakan. Sekuat apapun kata-kata kasar yang keluar dari mulut orang-orang Mikaila sangat jarang mengeluarkan air matanya. Dia hanya takut ... takut Ayahnya semakin membencinya. Apapun dia lakukan agar Ayahnya mau menganggapnya ada.

Saat Mikaila mulai mengerti dan menanyakan mengapa ia membencinya.

"Ayah, kenapa Ayah dan kakak sangat tidak menyukaiku? Kak Evands bilang aku adalah penyebab kematian Ibu.  Tapi ... Ayah, apa itu kematian? Marry bilang, kematian adalah jalan menuju surga. Dan surga adalah tempat-tempat orang berbahagia berkumpul. Kalau begitu Ayah, bisakah aku mati dulu agar bisa ke surga dan menemui Ibu? Setelah itu aku akan meminta Ibu untuk kembali ke sini, agar Ayah dan Kakak tidak sedih lagi."

"Diam! Kau anak sial! Jika kau mati, mati saja sana. Jangan panggil dia Ibu, karena pembunuh sepertimu tidak pantas memanggilnya Ibu!"

Mikaila menatap Kevlan sedih, dia hanya ingin menjemput Ibunya kembali, kenapa Ayahnya malah memarahinya lagi. "Ayah, mengapa Ayah dan kakak selalu memanggil aku anak sial dan pembunuh? Aku tidak mengerti apa arti kata itu, tapi Marry bilang, itu artinya kalian menyayangiku? Benarkah?"

"Menyayangimu? Kau tidak pernah pantas untuk dicintai."

Atau ketika Mikaila yang selalu merasa iri pada Helena.

"Mengapa Ayah dan kakak sangat baik kepada Helena tapi tidak terhadapku? Aku adalah putri kandung Ayah bukan? Lantas ... mengapa aku diperlakukan secara berbeda?"

Kevlan menatap Mikaila tajam dengan senyum miring di wajahnya. "Helena lebih pantas untuk menjadi putri kandungmu, sementara kau, lihat dirimu. Dari awal kehadiranmu tidak pernah diinginkan, sampai kau sebesar ini kau hanya tau cara membuat masalah dan membuat malu keluarga."

"Tidak apa Ayah, jika Ayah membenciku. Tidak apa, aku akan selalu menyayangi Ayah. Ini memang salahku, jika saja aku tidak membunuh Ibu, pasti kalian akan menjadi keluarga yang bahagia. Kalian benar aku hanyalah seorang pembunuh pantas saja kalian membenciku."

The Cold Villains Lady ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang