Part 8. Aku Harap Hati ini Masih Untukmu

18 10 6
                                    

Drrrt, drrt. Astagfirullah bunyi apa itu?? Aku melihat, ternyata ada yang telepon. Mau angkat tapi ini masih dini hari jam tiga pagi. Telepon berhenti, tapi telepon berbunyi lagi langsung aku angkat.

"Hallo, ya...."

"Assalamu'alaikum, Dek yuk bangun salat tahajud?"

Aku tepok jidat, Mas Ryan tidak siang, malam juga dini hari hubungi. Maksudnya apa?

"Wa'alaikumussalam, ya Mas...."

"Bangun yuk, salat tahajud. Maaf bangunin langsung dengan telepon."

Huft, "Tidak apa Mas. Kaget saja, aku pikir siapa, dini hari telepon."

"Dek, sudah salat tahajud?"

"Belum Mas, ini aku mau bangun. Mas aku tutup teleponnya. Nanti aku whatsapp"

Setelah menutup telepon, aku langsung ambil air wudu dan salat tahajud dilanjut witir tiga rakaat dan setelahnya, aku berdoa memunajat, memohon jalan terbaik hubunganku dengan Putra. Kalau memang bukan jodoh aku ingin pengganti yang terbaik bisa membimbingku dan mau menerimaku apa adanya, bukan ada apanya.

Setelah menjalankan salat aku beristirahat sebentar sambil menunggu azan subuh. Ternyata ada whatsapp masuk dari Mas Ryan lagi. Aku hanya tersenyum tapi kalau pun memang dia serius pastinya Allah dekatkan. Wallahu a'lam.

Hari ini, aku menjalankan puasa sunnah seperti biasa. Banyak waktu buat ibadah juga istirahat karena mata kuliah hanya satu saja, yaitu siang hari.

Alhamdulillah subuh berkumandang, waktunya salat subuh, setelahnya aku mandi dan pergi ke pasar. Kegiatan setiap pagi yang selalu aku lakukan. Tidak terasa ada telepon masuk dan seseorang yang selama ini aku tunggu.

"Hallo, Assalamu'alaikum Say?"

Ternyata Putra yang telepon bukan Mas Ryan syukurlah.

"Wa'alaikumussalam, ya Put. Tumben telepon sepagi ini? Kamu kangen ya."

Dia tersenyum di sana, aku kan tidak bisa melihat karena ditelepon beda kalau beratatap muka langsung.

"Iya, aku kangen sama kamu. Kita habis bertemu tapi rasanya masih saja ingin ketemu lagi."

Aku terkejut dengan yang Putra bilang, dia rindu tidak biasanya. Pagi sudah telepon.

Hmmmm, "Ya, kah...."

"Ya, sayang...."

"Kamu tidak percaya ya, makanya aku telepon kamu. Lagi ngapain Say?"

"Habis masak lagi santai dan buka-buka Handphone. Menunggu pujaan yang mungkin Whatsapp, ternyata pakai telepon rumah. Kenapa kamu tidak beli Handphone saja?"

"Cie, cie, cie... Yang mengaku lagi kangen."

"Kamu tuh ya, malah diledeki terus. Ya deh, aku memang kangen juga. Alhamdulillah kamu telepon apalagi sepagi ini."

"Aku senang lihat tawa dan senyummu, daripada cemberut seperti kemarin tidak enak dilihatnya. Kamu ada waktu tidak hari ini, kuliah jam berapa?"

Aku senyam-senyum sendiri mendengar penuturannya.

"Hari ini aku masuk kuliah siang jam satuan selesainya jam tiga sorean. Kenapa mau ketemuan lagi!! Kamu belum jawab pertanyaanku, kenapa tidak punya Handphone sendiri memudahkan kita buat komunikasi?"

"Bukan aku tidak mau punya Handphone, hanya saja masih tidak perlu, terlebih tidak enak harus minta belikan orang tua. Insyaallah aku sudah kerja baru beli. Aku usahakan jemput sore nanti setelah pulang dari kuliah langsung jemput kamu."

falling in love [ End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang