Part 10. Bimbang (2)

18 10 2
                                    

Mentari berada diufuk, sinarnya begitu terang seterang hatiku. Rasa hati ingin berjumpa, tapi harus ku menahan. Mungkin ada waktu kelak kita berjumpa jika fajar dan senja telah berganti.

Setelah pertemuan tak terduga dengan Setya membuatku bimbang, tak harus bagaimana. Semua sudah tidak sama. Dahulu kita sangatlah dekat, tapi sekarang harus ada hati yang dijaga. Ada pihak lain lagi, selain kedatangan Setya, mas Ryan yang kehadirannya disaat hubunganku dengan Putra hampir genap tiga tahun. Aku belum buka whatsapp dari mas Ryan dan tidak tahu isinya.

Mumpung masih belum beraktivitas, aku coba cek whatsapp. Aku kaget dengan isi pesan yang disampaikan mas Ryan.

"Assalamu'alaikum Adek. Sejak semalam whatsapp Mas tidak ada balasan ada apa ya.....?"

"Adek, marahkah dengan yang Mas ungkapkan? Apa yang Mas katakan itu benar adanya. Mas ingin menjadi bagian dari hidupmu kalau boleh dan Mas serius. Jika kamu menerima, Mas akan senang sekali. Mas tidak memaksa. Bolehkah, Mas tunggu jawaban adek."

Aku kaget dengan penuturannya, belum genap satu bulan, dia sudah mengungkapkan perasaannya dan ini membuatku bingung harus jawab apa ?

"Wa'alaikumussalam Mas, maaf sebelumnya ini terlalu cepat untukku. Bagaimana nantinya, aku belum bisa menerima perasaan Mas. Lihat saja nanti berjalan waktu ya, sementara ini kita begini saja dulu. Aku juga tidak mau menaruh harapan."

Lalu dia menjawab, "tidak apa Dek kita jalani saja dulu, kalau ada masalah atau adek ingin curhat bisa bicara sama Mas, anggap sebagai abang insyaallah bisa membantu. Sudah dulu Dek, nanti di lanjut lagi whatsappnya kalau Mas sudah tidak sibuk.

Mas pamit, Assalamu'alaikum...."

"Wa'alaikumussalam. Maaf ya Mas, Hanya sebatas berteman ini yang bisa aku berikan, tidak bisa lebih."

Lega rasanya bisa membalas whatsapp dari mas Ryan. Aku tidak mau berharap dan memberikan harapan, kalau memberikan harapan juga tidak enak karena hubunganku dan Putra baik-baik saja.

Ya, Allah baru ingat seharusnya pertemuanku yang lalu menanyakan kenapa Putra tidak memberi kabar kalau tidak bisa menjemput, walaupun ternyata dia menjemputku juga. Kucoba tanyakan kalau dia ada waktu saja, atau kita ada ketemuan.

Bingung itu yang kurasa, terlihat ada yang berubah dari sikap Putra, sangat terasa sekali walau dia berusaha menghiburku tapi perasaanku tidak bisa ditipu. Merasakan kalau ada perubahan tapi dia masih tetap perhatian, hanya saja ada yang aneh atau cuman feelingku saja. Daripada bertanya-tanya dan menebak jadi tidak enak.

****
Hari, minggu dan bulan sudah terlewati hubunganku dengan Putra tetap berjalan, walau tidak ada kemajuan setelah pertemuan terakhir kita berdua di kampusku. Ada yang berubah, entah cuma perasaanku, semoga saja tidak karena setiap kali aku ajak ketemuan dia selalu mengelak dan tidak menepati janji dengan alasan selalu ini dan itu.

Aku sungguh lelah dengan hubungan yang seperti ini, komunikasi pun jarang, pertemuan terakhir memang dia sudah terbuka tapi masih belum semua. Dia menghindar terus bagaimana aku bisa menanyakan alasannya, daripada pusing sendiri mending lihat handphone.

Aku cek satu persatu tidak ada whatsapp masuk dari Setya maupun mas Ryan. Aduh, mikir apa toh aku ini? Kok mengharapkan mas Ryan 😂, masih ingat terakhir dia menyatakan perasaan dua kali dan memang belum bisa menerima. Aku masih menunggu kabar Putra tidak mungkin menerima mas Ryan yang baru kenal.

Ada notifikasi masuk, "Assalamualaikum. Dha, bagaimana kabarmu? Aku kangen kapan kita bisa meet up bareng, sudah lama enggak pernah jalan bareng."

Aku lihat siapa kira-kira yang whatsapp, ternyata Mita yang chat.

"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah kabar baik Mit. Kamu gimana juga? Ya, sudah lama kita enggak ngobrol dan jalan bareng, yuk kapan kita bisa meet up bareng? Ada yang mau aku bicarakan sama kamu Mit.

falling in love [ End] Where stories live. Discover now