1. GASOLINE

284 35 20
                                    

"Tidak ada yang lebih mengerikan di dunia ini daripada wanita yang tenggelam di dalam dendam dan kemurkaan. Tidak peduli apakah itu tanah berduri atau lantai berapi, kau akan berjalan di atasnya dengan dagu terangkat penuh kepercayaan diri. Seperti Phoenix yang bangkit dari abunya sendiri, kau mungkin akan terbakar oleh api dendam yang membara, tapi ketika kau selesai, kau akan terlahir kembali. Lebih kuat dari dirimu yang sebelumnya, kau akan berbahagia!!!"

Seakan-akan sedang mendeklarasikan perang, suara wanita itu menggema penuh aspirasi dan perjuangan. Suara itu pula menarik perhatian Kwon Sujin yang baru memasuki ruang tengah. Aroma mawar dari parfume-nya membaur di dalam ruangan yang beraroma seperti roti panggang dan kacang almond.

"Ada apa dengan monolog menyeramkan barusan?" tanya Sujin kepada saudara kembarnya--Kwon Hajin yang barusan berpidato di ruang tengah keluarganya dalam keadaan masih memakai piyama dan rambut seperti singa.

"Monolog? Apa kau pikir aku berbicara sendiri?"

"Kelihatannya seperti itu." Sujin menarik bangku kayu yang menghadap meja makan dan menyantap sepotong roti yang tersaji di meja persegi berukuran sedang itu.

"Aku sedang berbicara pada Eylin," ujar Hajin. Tangannya yang memegang sendok sebagai mic sekarang teracung ke arah Lee Eylin--gadis yang duduk di sofa dekat jendela, mata sendu dan bibir terkatup kaku.

"Dia tidak terlihat seperti orang yang akan menyimakmu berbicara."

"Oh, Sujin, apa yang kau mengerti memangnya? Eylin tidak mampu mendengarkan siapa pun, tidak kecuali reporter di televisi berbicara dan menyebutkan nama 'kau-tau-siapa'."

"Apa kita perlu menyebut orang itu seperti menyebut Voldemort?"

Hajin mengangkat bahu. "Kau tau bagaimana reaksi Eylin setiap kali nama orang itu disebutkan, bukan? Dia akan memikirkannya siang malam, dan meratap seperti anjing tanpa tuan. Aku tidak bisa merisikokan situasi itu sekarang. Tidak, terutama sekarang. Situasi saat ini suram."

Meskipun agak hiperbola, Sujin tidak akan menyalahkan Hajin. Eylin satu bulan belakangan ini sudah tenggelam dalam depresi. Dia jarang berbicara, napasnya terdengar berat dan matanya seperti keran yang rusak. Tentu saja, penyebab utama dari situasi ini adalah sosok 'itu'.

Dia yang namanya tidak boleh disebutkan sudah merusak suasana hati Eylin semenjak ia kembali ke Seoul enam bulan lalu. Kemudian, seakan eksistensinya tidak cukup menghancurkan hati, konferensi menyangkut berita pernikahannya disebarkan di media dan menjadi bahan perbincangan sebulan belakangan.

Sebuah pasangan idaman.

"Apa kau sudah menyembunyikan remote TV?" Sujin sedikit prihatin pada kondisi Eylin. Gadis itu biasanya seceria mentari musim semi, tapi sekarang dia layu.

"Apa kau pikir itu akan berguna? Dia mempunyai ponsel."

"Ah, kau benar." Sujin memijit dahi. Ia tidak bisa melakukan apa-apa.

"Aku sudah memikirkan ini," ucap Hajin, ia datang dengan solusi di tangan. "Eylin! Eylin!"

"Hei, apa yang kau pikirkan?" Sujin agak panik. Saudara kembarnya itu sedikit gila dan itu mencemaskannya.

Mengabaikan Sujin, Hajin meninggalkan meja makan dan duduk berseberangan dengan Eylin. Mata mereka bertemu, Eylin yang sendu dan Hajin yang penuh ambisi.

"Ada apa?" Suara Eylin sedikit serak.

"Aku tidak bisa membiarkan kau seperti ini." Hajin menarik lembut pergelangan tangan Eylin dan menggenggamnya penuh kepedulian. "Obat dari hati yang terluka adalah waktu, seseorang pernah mengatakan itu padaku. Tapi percayalah, sayangku, itu omong kosong."

SEE YOU AGAIN? (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang