2. Sabotage.

96 27 33
                                    

Menakjubkan mungkin bukan kata yang cukup untuk mendeskripsikan tempat itu. Karena jujur saja, lebih dari sekedar menakjubkan, keindahan dan kemewahan yang tempat itu suguhkan mampu menyita seluruh inderamu hanya agar tertuju kepada keindahan yang tersuguh di sana. Degupan jantungmu seakan-akan terjeda, napasmu tertahan di kerongkongan, berkedip merupakan kerugian dan seakan-akan bumi berhenti berotasi, kau terpaku di dalam waktu.

Apakah ini fatamorgana atau ia adalah Alice yang terjerambab di dunia fantasi, Chanyeol yang berdiri di depan pintu katedral itu membeku kaku.

Ruangan yang sebelumnya hanya lautan bangku kayu dan ornamen kaca yang jelita telah dirombak sedemikian rupa dan menjadi lautan bunga Wisteria putih yang menggantung di langit-langitnya. Karpet putih dengan lentera kaca membimbing jalan menuju altar seperti laut merah yang terbelah. Bangku untuk para tamu terhias manis oleh rangkaian bunga. Pita berwarna putih dan emas teranyam menunjukkan kesakralan-- menggantung bersama Wisteria dan pelita yang belum menyala.

"Kami berencana menghamparkan kelopak mawar putih di atas karpet ini besok."

Jessica yang merupakan pemilik Wedding Organizer terkenal di Seoul sudah berbicara panjang lebar saat Chanyeol tiba di katedral itu. Ia menerangkan ini itu sementara Chanyeol menyimak dan memperhatikan karya Jessica yang sungguhsesuai reputasinya--memesona.

"Ini sangat indah, kau sangat luar biasa." Park Chanyeol--si pria yang akan menikah esok hari--menjabat tangan Jessica dan kembali berlalu memantau isi katedral.

"Aku sangat senang bisa bekerja sama denganmu. Bagaimanapun, pernikahan ini akan menjadi publikasi yang sangat baik untuk usaha kami."

"Publikasi, ya?" Chanyeol bergumam kepada dirinya sendiri.

Bagaimanapun, hari pernikahannya adalah hari yang sangat diantisipasi oleh kebanyakan orang.

Dirinya dan Misa akan menjadi perbincangan massa. Berbagai media besar bahkan berebutan untuk meliput perayaan pernikahannya.

Memikirkannya saja, Chanyeol merasakan beban berlipat ganda jatuh di pundaknya. Esok hari adalah hari yang harus berlangsung tanpa cacat. Karena setiap mata dan kamera akan tertuju ke arahnya dan setiap kekurangan akan menjadi headline utama.

"Apa kau gugup?" Jessica menggodanya dengan jenaka.

"Lumayan." Chanyeol merasa ujung jarinya lebih dingin daripada biasanya.

"Itu wajar, menikah itu sudah seperti memasuki gerbang menuju dunia baru. Dunia seperti apa? Kau hanya akan tau setelah kau memasukinya."

"Mmm." Chanyeol menanggapi seraya tersenyum.

"Aku rasa, daripada dirimu, Misa akan lebih kesulitan. Dia perlu melangkah ke altar dengan gaun panjangnya."

"Ah, itu benar."

Chanyeol merasa agak konyol ketika gaun pengantin yang memiliki panjang 5 meter itu diungkit kembali. Misa bahkan kesulitan berdiri saat memakai gaun itu, dan bukannya memilih gaun baru, gadis itu tetap ngotot ingin memakai dress yang mampu membenamkan lututnya ke tanah.

"Ngomong-ngomong, apa Misa akan datang kemari?" Jessica berencana akan menunjukkan situasi di ballroom hotel pada Chanyeol setelah ini.

Chanyeol melirik jam di tangannya dan menggeleng. "Aku akan menjemputnya sehabis dari sini dan langsung ke hotel."

"Ah, kalau begitu aku akan pergi duluan." Jessica memasukkan tab-nya ke dalam tas tangan merah muda yang ia jinjing kemana-mana.

"Sampai ketemu di hotel."

"Oke."

Selepas bertukar perpisahan dengan Jessica, Chanyeol lalu melenggang meninggalkan katedral besar yang berada di belakangnya. Ia melewati beberapa pekerja yang masih sibuk menata bagian luar katedral dan melenggang menuju mobilnya yang terparkir di depan gerbang utama.

SEE YOU AGAIN? (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang