Bagian 01. Kue Tar Stoberi

29 6 6
                                    

Sudah dua hari berlalu sejak ide gila ku gagal diluncurkan, sebagai pemilik ide yang gagal aku hanya bisa meratapi apa yang terjadi kepadaku. Kejadian dua hari lalu benar-benar seperti mimpi, ada seoang pria dewasa datang menarikku dari belakang dan membawaku kerumah sakit terdekat begitu dirinya mengetahui bahwa aku tidak sadarkan diri.

Aku tidak mengenalnya, wajahnya saja tidak bisa aku ingat. Hanya saja rambutnya, warna rambutnya benar-benar sangat mengganggu pikiran ku. Bagaimana bisa dia memiliki warna kehidupan yang seindah itu?. Saat ini aku berada di stasiun kereta lagi, menunggu dan terus mencarinya.

Setelah aku bertanya-tanya kepada petugas rumah sakit mengenai siapa pria yang membawaku, ternyata dia hanyalah seorang pegawai kantoran biasa yang baru pulang kerja sore itu. Sekarang sudah pukul 15.00 tapi aku tidak bisa menemukan nya dimana pun.

Aku mulai bosan menunggunya. Langit di ibukota Jepang baru saja selesai meneteskan air hujan yang cukup deras, seragam sekolah ku hampir kebasahan dan lihat, sepatu sekolah ku terasa sangat dingin karena terciprat oleh genangan air yang tidak sengaja kuterobos.

Sekarang sudah setengah jam lebih aku menunggunya di stasiun. Tidak ada tanda-tanda kehadiran nya sama sekali, aku duduk di kursi tunggu, perlahan dan mulai mengantuk.

Namun saat aku sedikit terlelap setengah sadar tiba-tiba suara seseorang yang kukenal membangunkan ku dari lelapan itu.

"Baiklah, aku akan pulang cepat malam ini. Apa kamu sudah makan?" Suara itu terdengar ceria.

"Tidak-tidak, kamu tidak perlu makan-makanan milikku yang ada di lemari pendingin rumah, aku sudah membawa yang baru" tambahnya sambil memegang sekantong pelastik di tangan kirinya.

"Baiklah sampai jumpa di rumah," tambahnya terdengar menenangkan.

Pria itu kembali berjalan cepat setelah melambat beberapa saat, namun aku segera menghentikan nya. Kedua tangan ini terasa gemetar untuk memanggil seorang pria yang bahkan nama dan wajahnya tidak bisa kuketahui, namun dia berhenti.

"Siapa?"

"A-anu.. apa anda mengingat saya?" Hanya itu yang bisa ku ucapkan saat pertama kali melihatnya.

Surai oranye milik pria itu seakan-akan menghipnotis kedua mata dan pikiran ku, ketika dia bertanya mengenai siapa aku, dan bagaimana bisa aku menemukan nya tiba-tiba dia berhenti, ternyata pria ini sangat konyol dan humoris. Aku bisa melihat iti dari tatapan matanya yang perlahan-lahan mulai mengenaliku.

"Kamu, anak yang waktu itu?" pria itu menatapku khawatir.

"Apa kamu baik-baik saja? Maaf karena aku meninggalkan mu di rumah sakit sendirian," dia mengatakan nya dengan mudah.

"Tidak apa-apa, aku datang kesini karena mau mengucapkan rasa terima kasih kepada anda tuan, jadi mohon terima permintaan maaf saya karena telah merepotkan anda.." aku membungkuk dengan perasaan sungguh-sungguh.

Kedua tangan ku,ku ulurkan ke depan dengan sebuah amplop putih berisikan uang beberapa ribu won sebagai tanda permintaan maaf dan uang pengobatan. Namun bukannya diterima pria itu malah menetertawakan ku seperti aku melakukan hal yang konyol di hadapan nya.

"Nak, jangan begitu. Melihatmu selamat saat itu saja  sudah membuatku bahagia, kamu tidak perlu memberikan apapun kepadaku," tegasnya membuat hatiku terasa panas.

Aku masih membungkuk dan memaksakan kehendak bahwa pria itu harus menerima yang uang tabungan ku selama seminggu yang ada di dalam amplop ini. Aku menyodorkan nya dengan paksa, diam-diam rasa bersalahku benar-benar muncul ke atas permukaan, pria itu lagi-lagi tersenyum kepadaku dan kini dia mendekat ke arah ku.

"Baiklah, tapi apakah hadiah yang kamu berikan bisa berubah menjadi selain uang?" Pria itu mulai bertanya.

"Tentu, apapun itu." Aku mengatakan nya dengan respon yang sangat berlebihan.

"Kalau begitu, cobalah berubah. Jangan pernah berniat untuk melakukan hal gila seperti itu lagi," pria itu mengusap bagian kepala ku dengan tangan lembut miliknya yang ber-aroma jeruk manis.

Aku menghirupnya sedikit, pria itu memerintahkan ku untuk berhenti membungkuk dan menyimpan uang iti untukku, apa dia bukan manusia? Mengapa hatinya begitu baik?.

Pria itu menggerakan salah satu tangannya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong belajaanya, dia mengeluarkan sesuatu yang ber-aroma manis dan membuat perutku yang kosong ini merasa kelaparan, aku menahan nya.

"Aku memberikan nya untukmu, ambilah." Perintahnya.

Aku mengambil satu kotak makanan manis itu, namun bukankah tadi dia baru saja menelfon seseorang untuk makan malam bersamanya dengan makanan ini, aku sungguh mendengarnya dengan jelas.

"Maaf, saya tidak sengaja menguping tadi. Bukankah makanan ini adalah menu untuk makan malam anda bersama kekasih anda?" Aku bertanya sedikit gugup.

Dia tertawa lagi.

"Ah kamu mendengarnya?"

"Tapi, kekasih? Aku tidak memiliki gelar itu, sebenarnya aku membeli terlalu banyak kue tar stroberi dan adikku sangat menyukai nya, aku mengambilnya tanpa mengingat berapa mahal harga makanan ini lalu aku melihatmu, aku pikir memberikan nya kepadamu akan membuat dirimu merasa lebih baik," jelasnya membuatku terkagum.

Ternyata benar, dia adalah pria yang baik dan penyayang keluarga.

"Kalau begitu aku harus pergi, jangan lupa habiskan kuenya." Dia berjalan menjauh namun lagi-lagi aku menghentikan nya.

"Tunggu, siapa nama anda?" Tanyaku penasaran.

Pria itu berhenti lagi untuk yang kedua kalinya, bibirnya bergerak dengan pelan lalu mulai menyebutkan dan mengucapkan namanya dengan lengkap.

"Hinata Shoyou"

Baiklah, sekarang aku sudah mengetahui namanya. Lalu selanjutnya aku hanya tinggal memikirkan cara, cara bagaimana agar aku bisa mendapatkan mu Hinata-san.

Not Your Sun || Hinata Shoyou x Extra ||Where stories live. Discover now