Bagian 05. Perasaan Aneh

9 3 6
                                    

Seseorang menarik bahuku dengan kasar, kata-kata bernada dinginnya mulai membekukan jantungku yang sepertinya mau berhenti karena ketakutan. Di depan mataku terlihat seorang pria dengan pandangan tajam menatap ku dengan lekat, sesekali aku memalingkan pandangan dan berusaha tidak membuat kontak mata dengannya.

"Mengapa orang itu bisa mengantarmu kemari?" Pria itu bertanya lagi kepadaku dengan nada kasar.

Aku menundukan kepala ku karena ketakutan. Hatiku begitu sangat lemah, bahkan otakku sama sekali tidak merespon adanya keberanian saat orang itu bernapas di hadapan ku. Dia menekan kedua tangannya di bahuku yang mungil lalu menyuruhku untuk menatap nya tanpa ada rasa takut.

"June, tatap mataku. Bisakah kamu melakukan itu?" Dia menyuruhku menatapnya, tapi yang benar saja dia terus terlihat menakutkan.

"S-suna-san! Maafkan aku," aku menundukan kepala lagi dan lagi karena merasa bersalah.

Namun di saat yang bersamaan aku juga sangat terkejut karena Suna-san pulang lebih awal dari jadwal yang sudah dia tetapkan sebelumnya, yah meski begitu perasaan senang ,ketakutan dan terkejut kini mulai membasahi dan melumuri seluruh tubuhku, hingga rasanya benar-benar merinding.

"Berhenti berkata 'maaf, maaf dan maaf' itu membuatku jengkel." Cetusnya membuatku tambah ketakutan.

Aku masih menunduk, sungguh menyebalkan... mengapa aku harus ditakdirkan dengan memiliki hati yang sangat lemah? Dengan keberanian ku yang mulai kubendung aku mulai berbicara beberapa kata, dan Suna-san terlihat mendengarkan nya dengan perasaan acuh tak acuh.

"A-anu, kami berdua bertemu beberapa hari sebelumnya! Apakah Suna-san sudah mengenal Hinata-san sejak lama?" Aku bertanya dengan nada ragu.

Suna-san terdiam, dia melepas cengkraman kedua tangannya dan mulai melipatnya di ambang dadanya yang bidang. Aku hanya menunggu jawaban nya dengan wajah gugup sekaligus penasaran, karena saat Hinata-san melihat Suna-san yang membuka pintu gerbang aku merasakan sesuatu yang aneh ada di antara mereka.

Suna-san dengan tatapan matanya tang sipit dan tajam saat itu berubah menjadi sangat mengerikan dan menganalisis, lalu Hinata-san yang juga terlihat mencari-cari sesuatu untuk mengingat Suna-san. Sebenarnya ada apa du antara mereka?.

"Aku tidak mengenalnya..." Suna-san berjalan meninggalkan ku dengan jawaban yang tidak sesuai dengan harapan ku. Lalu aku berkata..

"Bohong..." Suna-san terlihat menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arahku dengan cepat.

"Baiklah, aku mengenalnya... dia adalah salah satu orang yang tidak aku sukai,"

"Tcihh... apalagi si mata empat," batin Suna.

Suna-san menatap ku lagi selama beberapa saat, namun pandangannya mengecil dan berhenti pada suatu titik, dia berjalan kembali ke arahku dan mengusap ujung kepalaku dengan lembut. Bibirnya berdesis dan mengucapkan beberapa kata yang membuatku merasa nyaman, ternyata Suna-san masih saja mengkhawatirkan ku.

"June, aku dengar badai kecil muncul di Taman Aoi? Ayah dan Ibu bilang kamu pergi pagi sekali, sudah kuduga kamu pergi ke sana," Suna-san kini memeriksa keadaan ku, dia sangat berbeda sekali dengan Suna-san yang tadi.

"Benar, ada badai kecil disana. Aku bersyukur karena badai itu tidak melukai ku," ucapku terlihat sedikit tenang dengan tatapan mata sayu sedikit lelah.

"Lain kali ajak aku, aku akan menemani mu.." ucap Suna-san membuatku mengdipkan mata karena bingung.

☀️☀️☀️

Aku masuk ke dalam rumah, kedua orangtua Suna-san adalah Paman dan Bibi ku, meski kami memiliki hubungan darah tapi keduanya benar-benar tidak menyukai ku. Aku berjalan santai ke arah meja makan dan duduk dengan tenang seperti biasanya, kedua pasang mata itu terus mengabaikan ku dan tidak memperdulikan adanya keberadaan ku di antara mereka.

Suna-san duduk di sebelah ku, saat ini waktunya sarapan pagi namun hal mengejutkan membuat bulu kuduk ku sedikit berdiri, yang benar saja Suna-san menyuruh Paman dan Bibi menunggu ku pulang untuk sarapan pagi bersama? Aku jadi merasa bersalah.

Semangkuk nasi kuhabiskan dengan cepat, setelah itu aku bangkit dari kursi dan bergegas pergi ke kamar untuk menikmati kesendirian di hari libur. Namun kata-kata yang Suna-san ucapkan kepadaku membuat pikiran ku sedikit berpikir keras.

Setelah mengusir Hinata-san dan memaksa ku untuk masuk ke pekarangan rumah tiba-tiba sikap Suna-san jadi berubah. Ditambah apa arti kata-katanya barusan, dia menyuruhku untuk mengajak nya jika pergi ke Taman Aoi, mungkin itu akan membanggakan karena untuk pertama kalinya ada seseoeang yang secara sukarela ingin menemaniku.

Saat aku tiba di depan pintu kamar, tiba-tiba tangan Suna-san yang besar menghadangku dan menutupi tubuhku yang mungil dari belakang, spontan aku terkejut dan mematung di tempatku dengan keadaan bingung.

"Jangan masuk ke kamar mu, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu.."

"Berdua saja, di kamar ku.."

Aku terdiam, napas hangat Suna-san masih saja memenuhi leher bagian belakang ku, aku hanya mengangguk kecil karena ini tidak seperti Suna-san yang biasanya.

Not Your Sun || Hinata Shoyou x Extra ||Where stories live. Discover now