Chapter 1

21.9K 2K 39
                                    

Sebuah cahaya yang panas terasa menusuk kulitku, namun rasa nyaman dan dingin disekitar membuatku enggan beranjak, memilih membalik posisi tidur kearah kanan. Namun lagi-lagi, sebuah aroma harum yang asing memasuki hidung, segera mataku membelalak setelah menyadari situasi aneh yang tiba-tiba kualami.

Meja kantorku tidak mungkin memiliki selimut sutra yang lembut dan halus ini, apalagi posisi tidurku seharusnya tidak bertelentang mengingat setiap tertidur dikantor aku hanya akan menelungkupkan kepala dimeja. Lantas dimana aku saat ini? Ruangan yang asing, luas, mewah mengkilap, bergaya rococo. Tidak mungkin bukan jika aku tiba-tiba saja diculik oleh pria kaya dan akan dijadikan Nyonya keluarga terhormat secara paksa?

Merasa situasi aneh yang kualami saat ini bukanlah mimpi maupun halusinasi, segera aku bangkit dari posisi tidur, terduduk dengan pandangan linglung. Mata yang terasa sipit dan berat aku paksa untuk membelalak, bahkan saat tanganku berkali-kali mengusak mataku yang berakhir mendatangkan rasa perih, ruangan asing ini belum juga terganti dengan suasana kantor tempat aku bekerja.

"Apa-apaan..?"

Belum juga sepenuhnya nyawa terkumpul, rasa mual yang aneh tiba-tiba mendatangiku, perut rasanya seperti dililit. Karena merasa ingin muntah dan tidak ingin memuntahkan cairan menjijikkan di sprei satin yang aku duduki saat ini, aku segera beranjak, kalang kabut mencari kamar mandi yang memiliki wastafel. Lantas setelah menemukan apa yang dicari-cari, hanya air liur yang keluar saat aku memuntahkan apa yang aku rasa ingin aku muntahkan.

Aneh, kondisi aneh ini... mengingatkanku pada gejala umum saat kehamilan. Dan, sebenarnya dimana tempat ini? Aku sangat kebingungan sekarang.

Zzsss

Air dari keran keluar deras setelah aku memutar keran, setelah membasuh mulut dan mengelapnya menggunakan punggung tanganku, aku mendongak dan sedetik kemudian terbelalak, tertegun, terkejut dan sepertinya hampir terkena serangan jantung.

Siapa... wanita yang ada dicermin itu? Tidak, dibanding itu, siapa diriku?! Tidak, maksudku, umumnya cermin adalah benda yang menghasilkan replika diri, jika seseorang yang berada dalam cermin bukanlah diriku, lantas siapakah aku? Mengapa aku memiliki wajah secantik ini?!

Rambut pirang bergelombang, hidung mancung, bibir merah muda yang mungil, mata bulat dengan netra hijau zambrud. Segala fisik sempurna ini jelas-jelas bukan milikku, lalu siapa wanita ini? Mengapa dia menjadi diriku?

Berkali-kali aku mencoba kembali pada kenyataan, mencubit pipi hingga meninggalkan bekas kemerahan, bahkan beberapa kali menamparnya sampai bekas kemerahan itu bertambah parah. Namun bukannya kenyataan yang kuhadapi, melainkan rasa sakit serta pedih di wajahku.

Beberapa saat bergeming seraya memperhatikan wajah asing yang nampak dicermin, tiba-tiba sebuah pikiran konyol melintas dibenakku. Jika memang ini bukanlah khayalan, apa mungkin jiwaku berpindah ketubuh orang lain? Atau yang lebih parahnya... aku berpindah dimensi kedunia novel atau semacamnya.

Plak!

Ahahah! Mana mungkin! Yang benar saja ada hal semacam itu? Sepertinya aku terlalu banyak membaca cerita novel transmigrasi sehingga pikiran konyol itu melintas di kepalaku.

Mana mungkin... 'kan?

Ya, mana mungkin, namun segala keanehan yang kualami ini terasa nyata, jelas nyata. Lantas masalah apa yang kuhadapi sekarang? Permasalahan macam apa?

"Mama! Mama?"

Aku segera tersadar dari segala pikiran konyolku, tertegun beberapa saat, pandanganku tertoleh saat mendengar suara anak kecil yang memanggil ibunya. Siapa pula anak itu? Sekarang keanehan macam apa lagi yang akan kuhadapi?

One Day, I Became Heroine's MotherWhere stories live. Discover now