Chapter 3

13.4K 1.5K 20
                                    

Gelak tawa terdengar nyaring, pandanganku jatuh pada Aron yang berlarian bersama pengasuhnya ditaman luas yang terletak disisi kanan mansion, dia nampak begitu bebas, tertawa lepas tanpa beban. Aku juga ingin tertawa bersamanya, anak manisku...

Ini sudah hampir satu minggu sejak kedatanganku didunia ini dan bersemayamnya jiwaku pada tubuh Ivanna. Cassius memang pantas dibenci, sebenarnya sampai kapan dia akan terus mengurungku dikamar sunyi seperti ini? Aku juga ingin bermain!

Sebenarnya dia tidak sepenuhnya mengurungku, aku diperkenankan untuk keluar, sekedar menikmati cuaca musim semi dengan duduk anggun sembari menikmati teh harum yang menyegarkan. Aku belum terbiasa dengan semua rutinitas nyonya bangsawan ini! Aku ingin bermain dengan Aron... tetapi karena aku sudah melakukannya dua hari lalu, berlarian ditaman bersama Aron yang membuatku berakhir jatuh tersandung, karena alasan sepele itulah Cassius mengurungku!

Itu mengerikan, aku harus bertahan selama setengah jam hanya untuk mendengarkan omelannya. Dia sangat berlebihan, aku jatuh tersandung dipadang rumput, bahkan dengan posisi terlentang, sama sekali tidak menyakiti perut! Dan setelah dia memanggil Baron Weldon, pria tua itu mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Cassius tetap bersikeras mengurungku dan melarangku untuk berlarian selama 9 bulan kedepan.

Hah! Dia pikir aku ini apa? Robot? Patung Liberty?

Sungguh kehidupan yang menyedihkan. Aku lebih baik menjanda dan mengurus dua anak sendirian daripada harus memiliki kehidupan yang dituntut penuh oleh suami.

Itu hanya sebuah kesalahan kecil, aku bahkan hanya mengalami pening dikepala selama sesaat karena kala tersandung hanya bagian kepalaku yang menjadi korban, dan itu sama sekali bukan hal yang serius. Cassius saja yang menanggapinya terlalu berlebihan, Libeia memang segalanya baginya.

Pandanganku kembali terpaku pada Aron, dia tampak lucu saat menghirup sari bunga digenggamannya dan tiba-tiba bersin. Aku sama sekali tidak bisa menahan senyuman, bagaimana bisa tokoh populer lainnya dalam novel yang terkenal dengan sifat kejamnya ini menjadi sangat menggemaskan diusia 4 tahun?

Aron Reglin, dia sosok kakak tokoh utama yang menjadi duplikat dari ayahnya, Cassius. Selalu dengan enteng mengangkat pedang jika seseorang berani mengganggu adiknya, kakak yang posesif dan sering kali menjadi tokoh pengganggu ditengah-tengah kemesraan kedua tokoh utama.

Aku selalu membayangkan setiap kali ada adegan dimana Aron yang berlatih pedang dengan keringat yang mengucur disekujur tubuh, dimasa depan dia akan menjadi ketua dari kelompok ksatria yang dilatih keluarga Reglin dan menjadi Duke muda. Sekarang saat aku membayangkan Aron dewasa yang ada dinovel saat Aron kecil tepat berada dalam pandanganku, aku malah merasa bersalah.

Maafkan ibu penggantimu ini, nak... tapi bagaimanapun, kau akan tumbuh dewasa menjadi pria tampan nan gagah yang akan menjadi satu-satunya ksatria pelindung Libeia, bukan salahku jika aku membayangkan hal vulgar yang tertulis dalam novel karena aku tidak tahu akan bertemu dengan Aron kecil secara nyata.

Setelah aku puas memperhatikan Aron yang terus bermain bersama pengasuhnya, aku tiba-tiba dilanda rasa bosan. Ini membuatku gila, aku ingin bermain dengan Aron!

"Ah, persetan. Lagipula Cassius selalu berkutat dengan dokumen terkutuk diruang kerjanya."

Senyumku lantas merekah, benar, pria itu selalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya sebagai seorang Duke. Tidak ada waktu untuknya mengawasiku, sekarang aku bisa bermain dengan Aron-ku yang imut sepuasnya.

Aku melangkah keluar kamar dengan perasaan gembira, bersenandung riang bahkan sama sekali tidak memperhatikan pintu ke 3 diseberang kamarku yang seharusnya menjadi pintu paling kuwaspadai karena itu adalah pintu ruang kerja Cassius.

One Day, I Became Heroine's MotherΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα