Chapter 7

11.3K 1.3K 30
                                    

This chapter contain mature content. Readers, please be wise!

・・・・

Malam hari tiba begitu cepat tidak seperti dalam perkiraan, aku masih terbaring ditempat tidur, buku sebagai benda untuk menghilangkan rasa bosan berada ditanganku sementara tanganku yang lain memegangi perut yang masih terasa nyeri. Sementara itu, Cassius ada diberbagai sisi kamar yang luas untuk menyalakan lilin pewangi disepenjuru ruang, entah apa tujuannya, tetapi dia memberiku alasan bahwa lilin dengan wangi lavender akan sangat baik untuk ibu hamil. Entah darimana dia mendapatkan ilmu itu.

"Urghh.." sebisa mungkin aku menahan ringisan, mengulum bibir dengan kuat untuk sekedar menahan rasa perih yang terus menyebar. Aku tidak percaya Ivanna asli dalam novel mengalami kesakitan seperti ini selama 9 bulan kehamilan, sekarang malah aku yang menggantikannya untuk mengalaminya secara langsung.

Barangkali pikiranku melayang pada kemungkinan, bisa saja Ivanna meminta penyihir untuk mengangkat jiwanya dan memasukannya ketubuh orang lain sementara raganya diisi dengan jiwa lain yaitu jiwaku hanya untuk menggantikan penderitaannya semasa kehamilan.

Jika memang begitu, itu sangat keterlaluan.

Bukan hanya perutku yang terasa perih, tetapi jantungku juga berdetak dua kali lebih cepat dari detak jantung normal. Sudah jelas ada yang salah dengan pusaka sihirnya, mungkin fungsinya mulai melemah seiring datangnya kekuatan sihir Libeia.

"Ada apa? Kau sakit?" Aku melupakan fakta bahwa Cassius memiliki pendengaran yang tajam, kelewat tajam sampai ringisanku yang bahkan hanya sebatas suara teriakan prajurit semut bisa ia dengar.

Cassius lekas menghampiriku, decakan dimulutnya terdengar nyaring. "Letakkan buku itu, segera berbaring."

"Aku akan membacanya sampai—"

"Letakkan."

Uhuhuh, padahal itu novel favoritku yang baru kudapatkan dengan susah payah dari luar, itupun dengan bantuan orang lain hanya untuk sekedar mendapatkan versi terbatasnya.

Bug!

"Sampai akhir kau tetap menyebalkan."

Aku meletakkan buku pada nakas lebar yang ada disamping tempat tidur dengan sedikit membanting sehingga mengeluarkan bunyi yang cukup nyaring, lantas segera berbaring sembari misuh-misuh sendiri, menyumpah serapahi Cassius bahkan menyebutnya bajingan dengan jelas. Aku tidak peduli. Dia harus tahu seberapa menyebalkannya dirinya.

"Oh, aku lupa. Baron memberikan herbal sihir untuk mengurangi rasa sakit. Bangunlah, kau harus meminumnya."

Apaa?! BAJINGAN INI!

"Kau membuatku bangun lagi setelah memaksaku berbaring?!"

"Maaf, aku sangat lupa. Itu karena aku mengkhawatirkanmu dan hanya bergegas kesini tanpa memikirkan apapun." Ujar Cassius sembari menuangkan air putih dari teko pada gelas, dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan botol kecil yang berisikan pil-pil yang bersinar. Cassius mengeluarkan satu pil untukku.

"Nah, minumlah." Dengan terus menggerutu aku terpaksa bangun kembali begitu dia menghampiriku dengan menyerahkan satu pil ditelapak tangan serta gelas berisikan air putih yang dia tuang. Aku menerimanya dan menegaknya dengan mempertahankan kernyitan didahi yang nampak jelas. Ueekk, pahit sekali!

Setelah selesai aku menyerahkan gelas air putih pada Cassius lagi, wajahku masih mempertahankan ekspresi kepahitan.

Cassius menerima gelas nya, "Kau bisa berbaring kembali."

Tak.

Cassius meletakkan cangkir pada nakas disampingku, tepat bersisian dengan novel yang baru kuletakkan. Saat ingin berbaring seperti apa yang dia katakan, aku tidak sengaja melihat pelipisnya yang mengucuri keringat, anakan rambut peraknya disisi pelipis juga dibasahi dengan keringat. Dia pasti merasa sangat panas, bahkan meski memakai kemeja tipis yang tembus pandang itu?

One Day, I Became Heroine's MotherWhere stories live. Discover now