Pengakuan

112 7 0
                                    

Jari-jari Felicia tidak berhenti mengetuk-ngetuk meja, hingga menimbulkan suara bergemelutuk. Gadis itu menghela nafasnya bingung mengapa Naya belum datang juga.

Dahi Felicia berkerut ketika melihat si penanggungjawab atau ketua kelasnya berdiri di depan kelas dengan wajah yang muram.

"Mohon perhatian teman-teman semuanya!" ucap Sipen. Felicia merasa gelisah tiba-tiba saja.

"Mari kita mengheningkan cipta sebentar, di karenakan ayah teman kita, Naya Fhadiah telah kembali ke pangkuan sang pencipta."

Otak Felicia langsung ngeblank begitu saja.

"Mari kita berdoa semoga amal ibadah nya di terima sang pencipta, berdoa dimulai!" pimpin Sipen.

Felicia menundukkan kepalanya, dengan perasaan yang begitu tidak mengenakkan. Gadis itu berusaha berdoa untuk ayahnya Naya. Gadis itu ingin mengunjungi Naya sekarang juga, ia merasa begitu khawatir serta kasihan kepada gadis itu.

"Berdoa selesai!" lanjut Sipen.

"Gal, lo serius?" celetuk Gina setelah berdoa selesai.

"Iya, gue baru dapet kabar dari Naya. Dia bilang dia gak bisa masuk, karena ayah nya meninggal," jawab Sipen yang bernama Galang itu.

"Ya ampun kok dia diem-diem aja sih!" ujar Gina.

"Ayo kita datengin rumah Naya, sebagai bentuk bela sungkawa, siapa aja yang mau ikut?"

"Gue! Gue mau ikut!" ujar Felicia sambil mengacungkan tangannya tinggi-tinggi.

"Fel lo gak dikabarin juga sama Naya?" tanya Gina kepo, secarakan Felicia yang paling dekat dengan Naya.

Felicia menggeleng lemah. "Mungkin dia terpuruk banget Na, jadi gak sempet buat kabarin," ujar Galang.

"Ayo ada lagi yang mau ikut? Kita pergi setelah kelasnya dokter Rina selesai," ucap Galang lagi.

"Gue mau ikut Gal!" ujar Gina. Galang mengangguk.

"Gue mau juga Gal," ujar Fina.

"Oke, ada lagi?"

"Gue ikut Gal, nanti pake mobil gue aja." Suara seseorang membuat Felicia menghela nafasnya.

"Oke Sa, makasih ya!" ujar Galang kepada Ersakha.

"Ya udah, gak ada yang mau ikut lagi?" tanya Galang.

"Titipin salam aja deh Gal!" ucap Evan. Galang mengangguk. "Pasti!"

"Gimana kita patungan aja, setidaknya kasih uang lah buat keluarga nya," ujar Galang lagi.

"Boleh tuh!"

-FELICIA-

"Fel, ikut kita aja, kenapa sih kok gak mau bareng?" tanya Gina bingung karena Felicia tidak mau ikut berangkat bersama dengan mereka menggunakan mobil Ersakha.

"Gapapa, nanti di mobilnya jadi sempit, gue naik ojol aja," tolak Felicia dengan halus.

"Mobil Ersa gede kali, bisa muat lah. Lagian kita cuma berlima, nanti Galang di depan, kita perempuan-perempuan di belakang aja," bujuk Gina.

"Udah Fel, bareng aja, nanti lo nyasar lagi kalo naik ojol," timpal Galang.

"Iya Fel, kenapa sih emang nya?" sahut Fina sedikit kesal karena gadis itu sangat keras kepala.

Felicia menggelengkan kepalanya. Gadis itu sangat tidak ingin berada di dekat Ersakha. Untuk berada satu kelas dengan lelaki itu saja rasanya engap.

"Eh iya Sa, lo udah izin kan ke tunangan lo? Nanti kita cewek-cewek diamuk lagi sama tunangan lo," ujar Gina yang membuat hati Felicia terasa ditikam oleh belati tajam.

Felicia's EarthOnde histórias criam vida. Descubra agora