06. Takdir dan Kenyataan

76.2K 8.5K 330
                                    

Aku yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidupku sudah Allah gariskan. Dan Aku sangat yakin ketetapan Allah untukku pasti yang terbaik. Maka aku mohon lapangkan hatiku untuk menerima semua ketetapanMu.

~ Perfect Captain ~
Karya Alfia_ramadhan11

~ Perfect Captain ~Karya Alfia_ramadhan11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ray menghela napasnya berulang kali. Pikirannya beradu hingga membuat Ray semakin pusing. Satu sisi ia berpikir ini adalah keputusan yang tepat, seperti niatnya dari awal ingin membantu Ana. Disisi lain ia merasa janggal, pasalnya ini terlalu mendadak. Ray belum mengatakan hal ini pada Ayah dan Bundanya, dan yang terpenting pada walinya yang sekarang tak lain adalah Ammah Zia dan Om Faizal. Hal itu memang bukan syarat, tapi tetap saja Ray merasa ada yang kurang.

Dalam hatinya Ray tak henti memohon agar Allah memberinya pertolongan. Jika memang Allah ridho, Ray memohon agar lisannya di lancarkan untuk mengucapkan kalimat khitbah.

"Bismillah, kedatangan saya kesini berniat untuk-"

Allahu Akbar..Allahu Akbar...

"Alhamdulillah, adzan Dzuhur sudah berkumandang. Alangkah baiknya kita sama-sama sholat dulu. Sementara hal ini bisa dilanjutkan setelah ini," ujar Abi Zahid diiringi wajah kelegaan, begitupun dengan Umi Hida dan juga Gus Rafan.

"Ya Allah, terimakasih atas bantuanMu," gumam Ray dalam hatinya. Ternyata benar, ketika kita yakin dan sungguh-sungguh berdo'a, bahkan dalam keadaan yang mendesak pun Allah bisa saja mengabulkan.

"Tapi Bi-" Ana hendak mencegah mereka pergi.

"Nak, tidak ada yang lebih penting dari sholat. Ketika adzan sudah berkumandang, maka baiknya segala aktivitas dihentikan terlebih dahulu," jawab Abi Zahid membuat Ana bungkam.

"Mari nak Ray."

Ray mengangguk dan mulai bangkit mengikuti Abi Zahid juga Gus Rafan. Ia juga sempat melirik pada Ana yang tampak jelas raut kekecewaan di wajahnya. Namun beruntungnya ada Umi Hida yang mencoba menenangkan putrinya. Ah, Ray kembali teringat Bunda. Seharusnya dalam momen seperti ini ada Ayah dan juga Bunda yang bisa memberikan solusi untuknya.

Mereka berjalan menuju masjid yang ada di tengah-tengah pondok. Tampak para santri sedang berjalan juga menuju masjid. Ray tersenyum haru, beruntungnya mereka yang bisa merasakan kehidupan di pondok pesantren yang penuh ilmu dan barakah. Jika boleh jujur, tentu Ray iri, sangat iri.

Bagi Ray, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam terbaik yang bisa mencetak para generasi ahlul Qur'an dan ahlu ad-diin lainnya. Hal ini bisa dilihat langsung, pendidikan agama yang di dapatkan di sekolah formal hanya sedikit, paling-paling hanya dua jam pelajaran dalam satu Minggu. Sedangkan di Pesantren setiap hari mempelajari ilmu agama. Apalagi ia sebagai seorang laki-laki yang mau tidak mau akan menjadi imam dalam rumah tangga maka harus mempunyai ilmu agama yang lebih tinggi agar bisa membangun keluarga yang Islami. Mengajarkan istri dan juga anak-anaknya tentang agama Islam yang mulia ini.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang