31. Jangan Salahkan Hijab Saya!

47.3K 5.7K 312
                                    

Antara hijab dan akhlak adalah dua hal yang berbeda. Jangan kaitkan menjadi satu jika ada diantara keduanya yang belum baik.

Perfect Captain
Karya Alfia_ramadhan11

Perfect CaptainKarya Alfia_ramadhan11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Srak..srek..srak..srek..

Rayna membolak-balikkan badannya ke kanan dan ke kiri, ia merasa tidak nyaman karena perutnya yang tiba-tiba terasa nyeri. Matanya terbuka dan langsung menangkap jam menunjukkan pukul sebelas malam. Ia meraba-raba ke kasur di sampingnya, namun ia kaget saat tidak melihat ada Rayyan di sana.

Sontak Rayna bangkit dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang untuk mengumpulkan kesadaran terlebih dahulu. Tak lupa ia memastikan bahwa Syafiya masih tidur dengan nyenyak di baby box. Setelah kesadaran terkumpul, Rayna bangun untuk memastikan dimana suaminya berada.

"Ayang, ayang dimana?" Rayna berjalan sembari memegangi perutnya yang masih nyeri.

Ceklek.

"Astaghfirullah." Rayna kaget saat tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar. Setelah dilihat ternyata Rayyan. Laki-laki itu bahkan sudah rapi dengan seragam pilotnya.

"Loh, ayang kok udah siap? Kenapa nggak bangunin Ay?" Rayna merasa bersalah, harusnya ia membantu suaminya bersiap. Tapi untungnya semalam Rayna sudah menyetrika seragam Rayyan, jika tidak tentu ia akan sangat merasa bersalah.

Rayyan mengerjapkan matanya saat mendengar samar suara alarm yang sengaja ia setel. Laki-laki itu harus berangkat ke bandara sebelum jam dua belas malam, jadi jam sepuluh waktu yang tepat untuk memulai bersiap diri.

Rayyan memperhatikan Rayna yang tengah tertidur, ia cium keningnya dan memeluknya sekilas. "Sayang, katanya mau temenin mas siap-siap?" bisik Rayyan pelan sembari menepuk-nepuk bahu istrinya.

Beberapa saat menunggu tidak ada jawaban, dan melihat Rayna tampak sangat pulas akhirnya Rayyan memutuskan untuk tidak membangunkannya. Lagipula semalam Rayna sudah membantu menyetrika seragamnya. Mungkin saat berangkat nanti baru ia akan membangunkan.

"Mas emang nggak bangunin, soalnya sayang nyenyak banget bobonya, jadi nggak tega deh," ujar Rayyan berbohong agar istrinya tidak terus merasa bersalah. Jika ia jujur telah mencoba membangunkannya tapi tidak bangun, Rayna pasti akan sangat merasa bersalah. Ia paham betul bagaimana Rayna dalam kondisi ini.

"Yah, harusnya bangunin nggak papa."

"Nggak papa sayangku, lagian kamu sudah bantuin semalem. Iya kan?" Rayyan mencubit pipi Rayna gemas. "Mau peyuk dulu sebelum berangkat." Rayyan merentangkan tangannya, kemudian Rayna berhambur dalam pelukan Rayyan.

"Aw, aw, sakit."

"Loh, kenapa sayang?" Rayyan panik saat Rayna tiba-tiba merintih kesakitan.

"Perut aku nyeri yang, aku ke kamar mandi dulu ya," Rayna hendak beranjak. "Tunggu." Tanpa aba-aba Rayyan menggendong Rayna ala bridal style. Saking kagetnya Rayna tak bisa berkata-kata, ia tak kuasa menahan senyumnya. Kemudian ia lingkarkan tangannya di leher Rayyan.

Perfect Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang