Curhat 2

26 17 63
                                    

"Sebenarnya apa sih yang mau lo omongin?" tanya Airin penasaran.

Kaffa melepaskan jaket yang sedari tadi ia kenakan, "kenapa ya semua orang di sekitar gue itu kayak nyembunyiin sesuatu dari gue."

Airin mengerutkan dahinya dan menatap ke arah Kaffa, "kok bisa sih lo mikir seperti itu!"

"Ya coba lo pikir aja, sejak dulu gue dilarang dekat sama cewek apalagi sampai pacaran, dan itu semua tanpa alasan yang sangat jelas." Kaffa semakin tegas. "Seakan bokap, pengen gue jadi orang yang belok."

Dengan wajah polosnya Airin bertanya, "maksudnya belok gimana sih Kaf?"

Kaffa menatap Airin dengan pikiran aneh. "Rin, lo beneran polos, atau belum di cuci? Itu loh jeruk makan jeruk."

Dengan wajah yang terlihat seperti orang mengerti Airin berteriak. "Oh iklan minuman itu ya, yang di bintangin sama si joshua!"

"Dahlah gue kagak mau ngotorin otak polos lo itu." Kaffa memalingkan pandangannya. "Selain hal tadi, yang gue bingung kenapa gue kagak bisa nyaman dengan ibu gue, padahal kalo gue sama Marcel berantem ibu lebih mementingkan gue."

"Tunggu maksud lo, gak ada ikatan batin gitu antara lo sama Ibu lo?"

"Ya iya. Itu juga alasan gue kagak bisa curhat secara terbuka kepadanya, bagaimanapun usaha gue tetap aja penuh keraguan dalam pikiran."

"Ngeri juga ya hidup lo. Tapi masa sih lo kagak punya teman cewek sama sekali? Gue kira lo itu playboy cap kudanil!" celetuk Airin.

"Kagak Rin. Cuma sama lo aja gue bisa akrab kayak gini." setelah itu Kaffa menatap Airin. "Tunggu! Lo pikir gue ini seorang playboy? Lo belum tahu aja abang gue kayak gimana!"

Dengan menaruh wajah penasaran Airin bertanya, "emang kak Marcel gimana orang nya?"

Kaffa tak menyangka Airin akan penasaran dengan latar belakang Marcel. "Apaan dah kok langsung ngomongin Kak Marcel sih, 'kan gue lagi curhat!"

"Ya abisnya omongan lo bikin gue penasaran!" pekik Airin.

Terdengar ponsel Airin berdering, dan saat di lihat ternyata itu telepon dari bunda Dinda. "Hallo, Assalamu'alaikum. Ada apa ya Bun?"

"Waalaikumsalam, Rin cepat pulang langit udah gelap, nanti kamu kehujanan," jawab Dinda dari seberang telepon.

"Tapi Bun... Aku jarang main keluar, di rumah bosen rebahan mulu," balas Airin.

"Airin, kenapa kamu membantah?!"

Secara tiba-tiba Kaffa merebut ponsel dari genggaman tangan Airin. "Tante ini Kaffa. Sebentar lagi saya akan antarkan Airin pulang. Jadi tante gak perlu khawatir."

Melihat respon Kaffa yang secara tiba-tiba, Airin kembali mengingat Kafka yang memiliki sifat sama, selalu menjaga keselamatan Airin.

Flashback on

Seperti anak pada umumnya. Airin dan Kafka suka lupa waktu jika mereka sedang bermain bersama di rumah Kafka, hingga pada saat Bunda Airin menjemputnya untuk segera pulang, namun Airin yang masih asyik bermain menolak permintaan orang tuanya tersebut.

Sedangkan Kafka, sengaja menghampiri Dinda dan mengatakan, "kami akan segera pulang, nanti aku yang antarkan Airin."

Dinda pun mengiyakan pernyataan Kafka, dia setuju Airin pulang bersama Kafka.

"Rin gue anterin lo pulang yuk, besok kita main bareng lagi," ucap Kafka.

"Tapi, Kaf kita belum selesai," jawab Airin memelas.

Kafka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang