pawang cinta

18 9 0
                                    

Kaffa ingin memperlihatkan sesuatu kepada Airin, namun sebelumnya ia akan mengantarkan Airin pulang, agar Bunda Airin tidak mencari keberadaannya.

"Kaf, kok awal masuk sekolah kamu gak pernah pake motor ini?" tanya Airin spontan.

"Ya kan lagi di bengkel. Biasalah Rin, motor bekas."

"Oh gitu toh. Terus kenapa sekarang kamu gak pulang dulu, kan harus ganti baju?"

"Gapapa lah pake jaket ini, udah biasa juga main dulu baru ganti baju." ujar Kaffa.

***

Airin sampai di rumah, selagi Kaffa memarkirkan motornya Airin mencari makanan ringan untuk menemani Kaffa.

"Kaf, ini cemilan buat kamu nunggu. Aku mau ganti baju dulu," ucap Airin.

Kaffa melepaskan jaket yang sedari tadi menempel, dan saat hendak duduk seseorang memanggil dari arah dalam.

"Eh ada Kaffa?" panggil Dinda

Kaffa terkejut dan membuatnya berdiri kembali lalu menyalami Dinda.

"Hallo Tan, maaf nih aku mau izin ajak anak tante main!"

"Jangan manggil tante, panggil aja bunda." Dinda duduk di kursi yang lain. "Boleh aja kamu bawa anak bunda, tapi kamu harus hati-hati jaga dia Baik-baik."

"Iya tan- eh Bunda." Kaffa merasa canggung saat berbicara empat mata dengan Dinda.

Dinda menatap ke meja yang ada di depan, dan terlihat hanya ada makanan ringan saja.

"Rin, bawain minumnya juga dong buat Kafka!" teriak Dinda.

"Maaf bund, nama saya Kaffa bukan Kafka."

"Ya ampun maafin bunda, emang nih kebiasaan." Dinda tertawa saat Kaffa menegurnya. "Maaf ya Kaf, jadi gini dulu juga Airin mainnya itu sama Kafka terus, mau ke danau sama Kafka, mau ke warung sama Kafka, mungkin kalo mau juga kayaknya tidur juga maunya sama Kafka."

Sekarang Kaffa semakin serius mendengarkan cerita Dinda.

"Terus sekarang si Kafka itu kemana?"

"Bunda juga kurang tahu, saat kami tinggal di Bandung kami lost kontak dengan keluarga Kafka. Jadi kami tidak tahu apa kabar Kafka sekarang."

"Oh gitu." Seketika Kaffa menundukkan pandangannya dan membuat Dinda terkejut.

"Kaffa!" panggil Dinda.

Kaffa melirik ke arah Dinda.

"Tapi kenapa selain nama dan sikap kamu yang mirip, postur wajah kamu juga sangat menyerupai Kafka, terutama saat kamu tertunduk?" tanya Dinda.

"Cuman kebetulan aja kali bund, soalnya bunda sedang memikirkan Kafka pasti wajahnya akan terbayang." jelas Kaffa.

Terlihat dari raut wajah Dinda, ternyata selain Airin Dinda juga sangat merindukan Kafka. Namun Dinda yakin Kaffa akan menyayangi Airin dan menjaga Airin.

***

T

ernyata Kaffa ingin membawa Airin berkumpul dengan teman-temannya di basecamp mereka yang tak lain adalah rumah Panca.

Kafka?Where stories live. Discover now