7 <<

785 89 0
                                    

Luke's POV

Aku berjalan menyusuri koridor kampusku.

Dimana Vischa? Sejak tadi aku sama sekali tak melihat batang hidung gadis itu.

Tiba-tiba saja seorang gadis dengan rambut brunette-nya melangkah tergesa-gesa dengan arah yang berlawanan denganku.

Ya, gadis itu adalah Vischa!

"Lepaskan tanganku!" Ucap Vischa sambil berusaha melepaskan cengkramanku.

"Apa maumu?" Tanya Vischa ketus.

"A--aku ingin minta maaf atas kejadian beberapa hari yang lalu." Ucapku berharap Vischa mau memaafkanku.

"Kau pikir dengan kata 'maaf' kau dapat memperbaiki semuanya? Hah?!" Pekik Vischa.

"Maaf Vischa, aku sama sekali tak bermaksud," Ucapku. "A--aku.." Belum selesai aku menyelesaikan kata-kataku, Vischa sudah memotongnya.

"Kau telah menyakitiku dan kekasihku, Niall!" Teriak Vischa. "Kau jahat, Luke! Kau tidak seperti yang kupikirkan selama ini."

Vischa pun berlalu pergi meninggalkanku yang tengah termenung mengingat ucapan Vischa tadi.

'Kau telah menyakitiku dan kekasihku, Niall!'

Seketika, hatiku mencelos mendengarnya. Selama ini aku mencintai Vischa. Tetapi, apa ini balasannya?

"I loved you first why can't you see, Vischa?" Ucapku pelan sambil menundukan kepalaku.

Vischa's POV

"I loved you first why can't you see, Vischa?"

Aku pun memperlambat langkahku ketika mendengar ucapan Luka yang cukup pelan. Namun, terdengar olehku.

Jadi, selama ini ia mencintaiku? Selama ini Luke memendam perasaan padaku? Entah mengapa, aku merasa sedikit bersalah pada Luke.

Aku memang tidak benar-benar berkencan dengan Niall. Tetapi, aku malah mengatakan hal yang sebaliknya.

Maafkan aku, Luke. Tetapi, ini semua juga bukan sepenuhnya kesalahanku.

Seharusnya, Luke tidak memukul Niall tanpa mau mendengar penjelasanku sama sekali.

Yeah, walaupun aku yang terkena pukulannya.

***

Aku melangkah menuju tempat parkir kendaraan. Mataku terus mencari-cari sesosok Niall yang sudah berjanji untuk menjemputku.

Pandanganku pun berhenti pada seorang lelaki blonde dengan beanie dan kacamata hitamnya.

Itu pasti Niall!

Aku pun menghampiri Niall dan langsung mendekapnya erat.

"Hiks..hiks.." Dapat kurasakan seseorang mendekap tubuhku dengan sangat erat.

"Lebih baik kita segera pergi darisini. Kau bisa menceritakan semuanya nanti." Ucap Niall sambil merangkul memasuki mobilnya.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Tanya Niall di tengah perjalanan.

"L--Luke..." Lirihku tak sanggup lagi melanjutkan perkataanku.

Jujur, aku merasa sangat bersalah padanya. Namun, aku juga tidak tau harus melakukan apa.

"Keparat itu lagi? Apa yang ia lakukan padamu?" Tanya Niall dengan nada bicara yang ketus. Sepertinya, Niall benar-benar tidak menyukai Luke.

Dan, semua ini karenaku. Aku benar-benar tidak berguna! Lebih baik, aku tidak usah hidup di dunia ini.

Aku hanya bisa menghancurkan hubungan Niall dan Barbara ditambah lagi dengan Luke yang terus menerus membuatku merasa bersalah.

Akhir-akhir ini, nilai-nilaiku pun menurun. Sehingga, ada kemungkinan besar aku akan mengulang semesterku.

"Vischa, Apa aku salah berbicara?" Tanya Niall sembari menyelipkan rambutku ke samping telingaku.

"T--tidak, tidak apa." Dustaku. Justru, Niall malah membuatku merasa terus bersalah pada Luke.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Niall membuatku menoleh ke arahnya.

"Tidak ada." Ucapku sambil tersenyum. Walaupun, sebenarnya sangat sulit untuk melakukannya.

Beberapa menit kemudian, kami pun sampai di apartement-ku.

"Huft.." Niall pun segera menghempaskan dirinya di atas sofa.

"Kau mau minum apa?" Tanyaku pada Niall.

"Apa saja, babe." Jawab Niall.

Babe? Ah mungkin itu hanya bagian dari fake dating.

Aku pun segera membuatkan Niall orange juice. Karena, memang hanya itulah satu-satunya minuman yang tersisa di dalam lemari pendinginku.

"Terima kasih banya, Vischa." Ucap Niall seraya meraih segelas orange juice.

"Kalau begitu, aku berganti pakaian terlebih dahulu." Ucapku.

Usai mengganti pakaianku, aku menemukan Niall yang tengah menatap foto-fotoku yang terpajang di ruang tengah.

"Apa yang kau lihat?" Tanyaku sembari menghampiri Niall yang nampaknya tidak menghadiri kehadiranku.

"Kau cantik." Ucap Niall tiba-tiba.

Entah kenapa, jantungku berdetak 2 kali lebih cepat.

"Pantas saja Luke sampai mau menghajarku ya?" Ucap Niall seketika membuat pipiku memanas.

"T--tidak juga." Ucapku berusaha menyembunyikan semburat merah pada kedua pipiku diantara rambutku yang sengaja kugerai.

Tiba-tiba Niall meraih sebuah pita yang terletak di salah satu meja dan mengikat rambutku dengan pita itu.

"Jangan sembunyikan kecantikanmu."

DEG!

Kali ini Niall sukses membuat jantungku berkerja dua kali lebih cepat. Ya Tuhan, apa Uncle Simon memintanya untuk bersikap semanis ini?

Beruntung sekali ya, Barbara. Ia dapat merasakan yang sesungguhnya.

Eh? Apa yang kupikirkan?

*****

Fake Dating ♡ n.hWhere stories live. Discover now