2 <<

1.3K 108 8
                                    

Niall's POV

Aku mengendarai mobil ferrari hitam milikku. Aku langsung menancap gas menuju basecamp 1D. Tetapi aku mendengar suara ponselku berbunyi menandakan ada telepon masuk.

Driing driing

Aku langsung mengambil ponselku di dalam saku celanaku. Aku melihat caller ID nya dan ternyata uncle Simon tertera dilayar ponselku.

Aku hanya bisa mendecah kesal melihatnya. Dengan terpaksa aku pun mengangkat panggilan dari uncle Simon.

"Hallo?" Sapaku kepada uncle Simon.

"Niall, dimana kau?"

"Sedang menuju basecamp."

"Kalau begitu, temui aku disana." Ucap uncle Simon sambil mengakhiri hubungan telepon.

Aku menaruh ponselku, dan langsung menancap gas menuju basecamp 1D.

-Skip-

Setelah sampai di basecamp 1D aku pun berjalan menuju ruang rekaman.

"Hey, mate." Sapaku kepada Louis dan Harry.

"Hey, Niall." Sapa mereka berdua berbarengan.

"Dimana uncle Simon?" Tanyaku kepada mereka.

"Sepertinya ada diruangannya." Jawab Louis.

"Okay, thanks Larry." Ucapku, mereka hanya bisa tersenyum simpul.

***

Aku pun membuka knop pintu ruangan uncle Simon.

"Hi, Uncle." Sapaku kepada uncle Simon.

"Oh, hey Ni!" Jawabnya.

"Jadi, apa yang kau ingin katakan?" Tanyaku.

"Hmm, jadi begini hari ini paparazi akan datang dan aku ingin kau dan Vischa tampil profesional, okay?" Ucapnya panjang lebar.

"What? No!" Tolakku.

"Kau harus mau, Ni. Karna para paparazi sudah mengetahui kedekatanmu dengan Vischa!" Katanya.

"Astaga, yang benar saja!" Ucapku kaget.

"I don't know, mungkin ada orang yang mensabotase rahasia kita."

"Oh ya Horan, kau harus jemput Vischa sekarang." Lanjutnya lagi.

"Baik, uncle Si." Jawabku malas.

Aku pun segera melajukan mobilku menuju university of london, tempat Vischa berkuliah.

Selang 20 menit kemudian, aku pun sudah sampai di kampus Vischa yang terlihat sudah cukup ramai. Aku segera mengeluarkan ponselku dan menghubungi Vischa.

"Halo." Terdengar suara seseorang di seberang sana.

"Cepatlah datang ke parkiran, aku menunggumu disana." Ucapku panjang lebar.

"T--tapi...." Belum sempat Vischa menyelesaikan kalimatnya, aku sudah menutup telepon.

Vischa's POV

"T--tapi...." Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, si blonde nan menyebalkan itu sudah menutup telepon.

"Dasar makhluk pirang menyebalkan." Gerutuku.

"Ada apa?" Tanya Luke, sahabatku.

"Tidak, tidak ada." Dustaku sambil menyunggingkan senyumanku pada Luke.

"Kalu begitu, bagaimana kalau kita mengerjakan tugas sejarah di perpustakaan?" Usul Luke.

"Uh--eh, maaf Luke aku ada perlu." Ucapku membuat Luke mengerutkan dahinya bingung.

"Keperluan? Apa kau ingin pergi ke toilet?" Tanya Luke sambil terkekeh.

"Tidak, bukan itu. Tetapi, aku ada keperluan lain." Ucapku sambil berlalu pergi meninggalkan Luke.

"Kalau begitu, hati-hati!" Teriak Luke padaku.

Maaf Luke, aku tidak bisa mengatakan semua ini padamu. Aku pun segera melangkahkan kakiku menuju tempat parkir.

"Hey makhluk idiot, bisa sedikit tidak?" Omel Niall dari dalam mobil.

Huh, Niall benar-benar kelewat menyebalkan. Apa ia tidak tahu bahwa buku-buky didalam tasku ini begitu berat.

Ingin rasanya aku menyumpal mulutnya dengan buku-buku sejarah yang halamannya mencapai ratusan.

"Dasar siput!" Cibir Niall saat aku sudah didalam mobilnya yang dipenuhi dengan bungkus chips. Uh, menjijikan!

"Apa tidak ada mobil yang lebih bersih dari mobil ini?" Sindirku pada Niall.

"Ini mobil terbersih yang kumiliki." Ucap Niall membuatku tertegun.

"Menjijikan." Aku pun memutar bola mata membuat Niall berdecak sebal.

Sepanjang perjalanan, hanya terdengar suara radio. Tidak ada satu pun dari kami yang angkat bicara.

Selang beberapa menit kemudian, kami pun sampai di basecamp one direction.

"Cepat turun!" Perintah Niall.

"Sabar sedikit makhluk idiot." Aku pun segera melangkahkan kakiku keluar dari mobil sampah milik Niall. Lagipula siapa yang ingin berlama-lama didalam mobil itu.

Sesampainya didalam basecamp, uncle Simon langsung meminta kami untuk duduk dan lagi-lagi membahad masalah fake dating bodoh itu.

"Apa harus secepat ini?" Tanya Niall dengan nada yang cukup ketus.

"Sudah kukatakan, tidak ada penolakan." Uncle Simon pun menyerahkan selembar kertas untuk kami tanda tangani.

Kurasa, sebentar lagi perang dunia ketiga akan segera dimulai!

Fake Dating ♡ n.hOnde histórias criam vida. Descubra agora