Bagian 37 • Rania

6.1K 729 9
                                    

Halohalo ....
Gimana nih kabarnya?
Semoga kalian sehat, baik, dan juga bahagia ya 🤲

Hari ini aku update cerita jejaring
Boleh lah ya buat kasih masukan, saran, dan juga kritiknya biar aku tau mana aja yang perlu di perbaiki

Jangan lupa juga buat selalu menikmati hidup, karena bentar lagi mau taun baru dan kita harus berubah untuk 2022 yang lebih baik 🤭

Selamat membaca teman!

***

Jujurly aku tidak pernah menyangka bahwa perkembangan hubungan kami akan secepat ini. Aku yang awalnya pesimis bahwa hubungan kami akan berhasil, amat sangat tidak menduga bahwa hanya dalam waktu beberapa bulan saja Mas Biru sudah begitu akrab dengan ayah dan bunda.

Aku tidak tau dia punya pelet apa, tapi yang jelas jika dibandingkan dengan pacarku dulu di jaman SMA, belum pernah ada satu pun yang bisa sedekat itu dengan mereka dan hanya dia satu-satunya yang bahkan bisa sampai berhasil di undang personal oleh ayah untuk main catur bersama.

"Gimana, Ra?"

"Nanti aku tanyain dulu ya, Yah. Takutnya dia ada acara atau apa."

Aku masih merasa kaget saat aku baru duduk di meja makan untuk makan malam, ayah mengatakan padaku untuk menanyakan pada Mas Biru apakah bisa datang dan menemani beliau bermain catur.

Ayah yang biasanya amat sangat selektif dengan teman laki-laki ku, kini dengan santainya justru mengundang Mas Biru lebih dulu.

"Bisa lah pasti, Ra. Baru dia yang bisa ngalahin ayah main soalnya. Jadi ayah penasaran dan mau ngajak main lagi." Ayah memberitahuku bahwa selama ini gelar juaranya bermain catur di kompleks belum pernah ada yang menggesernya, sehingga beliau cukup kaget saat ternyata Mas Biru berhasil mengalahkannya.

Ayah begitu senang dengan Mas Biru karena menurut beliau dia adalah laki-laki yang jujur. Tidak berusaha menutupi kemampuannya dalam bermain hanya karena agar ayah menang, sehingga hal tersebut membuatnya merasa jika Mas Biru adalah salah satu calon mantu idaman yang diinginkannya.

Off course aku sampai batuk-batuk karena tersedak saat ayah mengatakan langsung hal semacam ini padaku. Aku sempat terheran-heran tentang bagaimana bisa beliau menetapkan bahwa dia layak di jadikan menantu hanya karena masalah kecil semacam ini? sungguh sesuatu yang tidak bisa aku nalar.

"Iya, Ra bener. Bunda juga kemaren baru bikin kue kering banyak, dan mau bunda titipin ke dia buat kasih ke mamanya nanti."

"Barangkali nanti cocok dan mau di ajak besanan kan." Lanjut bunda sembari melirik ayah dan tersenyum.

Aku benar-benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang. Ayah dan Bunda tiba-tiba bersikap aneh dan mengatakan bahwa ingin menjadikan Mas Biru sebagai menantunya.

I mean aku barusaja semester lima, tapi kenapa orang tuaku sudah ngebet banget aku di nikahi orang? apa keberadaanku di rumah ini begitu merepotkan?

"Ini kenapa deh ayah sama bunda tiba-tiba aneh gini. Mana mau jadiin Mas Biru mantu lagi. Aku sama Mas Biru aja baru kenal beberapa bulan lalu, Yah, Bun." Tanyaku terus terang.

"Loh memangnya kalo baru kenal beberapa bulan nggak boleh nikah, Ra?" aku mendelik ke arah ayah.

Bukannya bermaksud tidak sopan, hanya saja aku benar-benar tidak menyangka bahwa beliau akan mengucapkan hal semacam ini.

JejaringWhere stories live. Discover now