Bagian 44 • Rania

5.6K 705 20
                                    

Halo gaes ....
Selamat pagi dan selamat membaca!

***

Aku berdiri dan mematut diriku di depan cermin. Menghadap ke kanan dan ke kiri, dengan kedua tangan yang mengangkat rambut bagian atas agar bagian yang diberi warna dapat terlihat dengan jelas.

"Perfect!" Pujiku pada diri sendiri.

Aku memang sengaja hanya mewarnai bagian dalam agar ketika digerai tidak terlalu nampak. Meski demikian, kesan aestetic dan juga unik tetap bisa di dapat dari model seperti ini.

"Gimana, Na?" aku menoleh ke arah Nana yang duduk tidak jauh dariku.

"Gila..." pujinya hingga melupakan layar ponsel di hadapannya. "Sumpah lo cakep banget, Ra." Lanjutnya sembari berdiri dan melangkah ke arahku.

Kulihat Nana berdecak kagum saat memegang hasil rambutku yang baru. "Mbak, gue mau warna gini juga!" Tiba-tiba dia menoleh ke arah salah satu karyawan salon yang menanganiku, dan mengatakan bahwa dia juga ingin mewarnai rambutnya seperti milikku.

Aku menyatukan kedua alis. "Lo serius, Na?" tanyaku untuk memastikan apakah permintaannya barusan itu sungguhan atau hanya main-main saja.

Pasalnya sebelum masuk salon tadi, aku sudah mengajaknya untuk mewarnai rambut dan dia menolaknya mentah-mentah. Katanya dia ingin mempertahankan rambutnya yang sekarang dan tidak akan mewarnainya sama sekali.

Lalu apa yang aku lihat sekarang? Benar-benar berbeda dari Nana di beberapa jam yang lalu.

Kulihat Nana mengangguk. "Iya, Ra. Gue nggak expect hasilnya bakal sebagus itu."

"Gue juga pengen jadinya..." Lanjutnya sembari cengar-cengir tidak jelas.

"Bisa, Mbak?" lagi-lagi dia menoleh ke arah Mbak Anita.

"Bisa kok, Na." Jawabnya menanggapi Nana.

Salon yang kami kunjungi sekarang memang sudah menjadi langganan. Itulah mengapa kami  juga sudah akrab dengan beberapa karyawan di sini, termasuk si Mbak Anita.

Aku menghembuskan napas. Jika Nana sudah bertekad seperti ini, itu berarti bahwa aku masih harus stay di tempat ini untuk beberapa jam ke depan.

***

New colour with new hair style ❤️

Aku membubuhi satu kalimat dibawah fotoku dengan style rambut baru yang aku upload di Instagram.

Belum ada lima menit berselang, sudah ratusan like yang datang dan puluhan komentar yang membuatku banyak menuai pujian.

Mulai dari yang mengatakan bahwa  potongan dan warna rambut baruku benar-benar cocok dengan wajahku, hingga beberapa cuitan ledekan dari teman-teman laki-laki atau stranger yang mengatakan bahwa aku kelihatan semakin cantik dan membuat mereka ingin menjadi pacarku.

Aku tertawa mendengar komentar-komentar yang entah dituliskan dengan nada bercanda atau serius itu. Yang jelas dengan membaca komentar-komentar tersebut aku bisa menghibur diri dan sedikit melupakan kekesalanku.

Sayangnya, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba orang yang bahkan centang whattsapnya masih berwarna abu itu sedang aktif di Instagram. Beberapa teman-temannya yang mengetahui jika kami berpacaran, menandainya dengan berbagai komentar yang memanas-manasi jika aku bisa saja direbut oleh orang lain karena dunia tidak tahu bahwa kami menjalin hubungan special.

JejaringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang