Bagian 41 • Rania

6.1K 723 8
                                    

Halohalo ...
Akhirnya aku update lagi!

Hari ini aku ujian hari terakhir teman, mohon doanya agar semua lancar
Amin 🤲

Terima kasih dan selamat membaca

***

"Selamat ya, Mas, Mbak!" Aku memeluk Mbak Siska setelah bersalaman dengan Mas Aldo yang berdiri di sampingnya.

Kesan ku pada Mbak Siska tidak berubah sejak pertama kali melihatnya. Tetap cantik dan menawan, apalagi dengan gaun berwarna biru laut yang saat ini dikenakannya.

"Jangan langsung pulang ya, Ra." Mbak Siska membisikiku agar tidak langsung pulang.

Aku sempat mengobrol singkat dengan Mbak Siska sebelum ini, dan dia orangnya memang  humble sehingga tidak butuh waktu lama untuk menjadi dekat, dan mengobrol mengenai banyak hal dengannya.

Aku hanya tersenyum. Tidak mengiyakan atau pun menolak permintaannya itu. Meski keluarga Mas Biru semuanya baik, tetap saja aku merasa canggung karena ada beberapa sepupunya yang seumuran denganku memandangku seperti tidak senang.

Aku tidak tau masalahnya dimana, yang jelas sebagai seorang yang terbiasa mengamati sikap seseorang, aku tau jika perempuan yang bernama Kila yang merupakan anak bungsu Tante Rena memang terlihat tidak menyukaiku sama sekali.

"Jangan lupa Rania nya di ajak makan, Dek!" Aku masih bisa mendengar Mbak Siska memberitahu Mas Biru untuk menemaniku makan.

Padahal sebelum ini saja, kami sudah mencoba banyak makanan karena penasaran.

Ku lirik Mas Biru hanya mengangguk, lalu berjalan hingga tepat di sisiku, dan menggenggam tanganku untuk diajaknya berjalan.

Sweet sekali bund!

***

"Mas!" Aku menoleh ke arah Mas Biru yang duduk di sebelahku.

Entah bagaimana ceritanya, kami berdua malah terdampar di sini. Di sebuah tempat ngopi yang tidak jauh dari rumahnya, karena aku yang tadi mengeluh padanya bahwa sedikit capek karena banyak sekali orang yang mengajakku berbicara.

Bukan, bukannya tidak suka. Hanya saja aku memang sedikit lelah karena semalam kekurangan tidur karena terlalu khawatir menunggu hari ini. Hari dimana akhirnya aku bertemu dengan Tante Nala dan juga Om Ari, orang tua Mas Biru yang ternyata sangat ramah padaku.

Well, aku jadi sedikit menyesal karena merasa khawatir dengan hal-hal yang ternyata sia-sia. Tidak bisa tidur hampir semalaman, dan bersiap dari pagi buta hanya karena tidak ingin terlambat dalam menghadiri acaranya Mbak Siska. Padahal sebenarnya, just be my self adalah hal utama yang harusnya aku lakukan.

"Kenapa, hm?" Mas Biru mendongak dan melihat ke arahku.

"Lihat apa sih?" tanyaku karena sedari tadi dicuekinya.

Sedari sampai di tempat ini, laki-laki di depanku ini terus saja menatap hp dan menggulirkan layarnya ke samping kanan dan kiri. Benar-benar fokus hingga bahkan tidak mengajakku berbicara sama sekali.

"Foto kita, Ra. Bagus banget!" Satu kalimat darinya berhasil membuatku penasaran.

Sebagus apa fotoku dan fotonya yang tadi diambil oleh Mas Seno, salah satu sepupu Mas Biru yang lain.

"Lihat, Ra. Yang ini paling bagus." Mas Biru sedikit mencondongkan tubuhnya, lalu menunjukkan layar ponselnya tepat di depanku.

JejaringWhere stories live. Discover now