V. Hujan Sedang Bercerita

118 26 10
                                    




Asa sampai di rumahnya, segera ia mandi dan mengganti baju.

Selesai itu, asa mencari ibunya kesana-kemari, asa kebingungan.

Akhirnya asa menelpon ibu.

"Halo?"

"...."

"Iya deh, Hati-hati bu"

"..."

Panggilan ditutup.

Ibu ternyata tidak jadi membuat pesanan hari ini, melainkan ibu ikut mbak untuk pelatihan.

Asa mengusap wajahnya kasar, lebih baik ia menunggu saja tadi ketimbang menerobos derasnya hujan. Rumah terlihat sangat sepi dan sunyi, bahkan asa membiarkan lampunya mati. Bapaknya belum pulang sejak kemarin. Asa tidak tahu kapan beliau pulang. Sepertinya akan lama, pikir asa.

Kemarin asa diberi tau bahwa, sang kepala keluarga pergi ke luar kota untuk di ruqyah.

"Ya Tuhan, asa pusing"

Asa memegangi kepalanya, pusing akibat rintikan hujan tadi. Brutal sekali.

Asa kembali menghirup inhaler asmanya. Asmanya tak kunjung terobati, asa berjalan ke tempat kotak obat. Tangannya meraba mencari obatnya.

Satu kata keluar dari bibir asa.

"Habis"

Hari ini sudah cukup sial bagi asa yang lemah. Asa merasa lelah, kini ia harus pergi ke apotek untuk membeli stok obatnya. Wajar obat asa cepat habis, asa saja kambuh setiap harinya. Hanya saja asa menyembunyikannya, bahkan ibu tidak tahu.

Asa menahan sesaknya, ia memakai jaket lalu mengunci pintu. Kenapa ibu tidak mengunci pintunya tadi, pikir asa.

Asa menaiki sepeda nya, ia mengayuh sepeda dengan pelan. Tangan kirinya menekan inhaler dan segera asa hirup dalam-dalam.

Ia rasa, inhaler asma tidak cukup lagi untuk menyembuhkan sesaknya. Sudah tidak begitu mempan.

"Perlu ga ya asa beli nebulizer? Tapi mahal..." Asa dilema.

Sesampainya di apotek, asa segera membeli obatnya dan membeli sebotol air minum agar ia langsung meminum obatnya. Asa tidak kuat menahan sesaknya.

Asa merasa sedikit lega.
Ia memilih untuk berdiam sebentar.
Ia melihat tetesan air hujan dari atas genteng, semuanya masih basah.

Asa mengayunkan kakinya di udara, bangku itu terlalu tinggi untuk asa yang pendek. Kakinya tak menyentuh tanah ketika duduk di bangku tersebut.

Lucu sekali asa sekarang, apalagi tangan mungilnya menengadah menampung tetesan air hujan. Iseng tapi sangat menggemaskan.

"Asa?"

"Eh, Azka!!"
























































Seorang pemuda mengendarai motornya dengan ugal-ugalan. Ia terlihat buru-buru, dengan cekatan ia menyalip bermacam kendaraan di jalanan menuju rumah seseorang.

Sesampainya pemuda itu, Ken Xavier di depan rumah asa. Segera kakinya melangkah masuk pekarangan rumah asa.

"Asa!!"

Teriak ken memanggil nama orang yang membuat hatinya kacau sedari tadi.

Jawaban tak kunjung ken dengar dari dalam rumah. Ken mencoba mengelilingi halaman rumah asa. Namun tetap tidak menemukan seseorang yang ia cari. Ken mengintip dari jendela, tak ada apa-apa. Hanya gelap yang menguasai rumah.

Bulan Dan GemintangWhere stories live. Discover now