Berjuang-19

1.8K 125 4
                                    


"Habis dari mana kamu?" Tanya pak Ditto yang menyambut Bagas di ruang tamu

"Habis main pak," jawab Bagas sambil berlalu meninggalkan ayahnyanya

"Sini kamu!" Perintah pak Ditto

Bagas pun mendekati ayahnya. Bagas duduk disamping ayahnya.

"Ada apa kamu sama Raisya?" Tanya pak Ditto membuat mata Bagas melotot.

Bagas kira, ayahnya akan menanyakan sekolah militernya.

"Hah? Ga ada apa-apa pak," jawab Bagas agak gugup.

"Pesan bapak, kalo kamu mau miliki dia kamu harus berjuang demi dia. Cinta aja gak cukup. Perlu duit dan yang pasti pekerjaan. Jadi kamu harus berjuang," kata pak Ditto sambil menepuk bahu anaknya

Bagas tersenyum mendengarnya.

"Siap komandan!" Ucap Bagas sambil berdiri dan memberi hormat kepada ayahnya.

Ayahnya hanya tersenyum. Bagas pun masuk ke kamarnya sambil tersenyum.

*****
[Sekolah]

Setelah beberapa hari Raisya tidak masuk, akhirnya hari ini Raisya masuk sekolah. Raisya melihat semua bangku telah terisi oleh tas yang pemiliknya entah kemana. Ada satu bangku dipojok yang tidak diisi oleh tas. Raisya pun duduk dan meletakkan tasnya. Awalnya, Raisya duduk dengan seorang perempuan bernama Lara. Ternyata, ada perpindahan dan pembagian kelas lagi. Raisya di kelas XA sedangkan Lara berada di kelas sebelah.

Tak lama, pemilik dari bangku sebelahnya datang dan duduk di sebelah Raisya. Raisya kira pemiliknya adalah perempuan tapi ternyata laki-laki.

Jam pelajaran pun dimulai. Raisya melihat teman disebelahnya asik dengan headset di telinganya. Guru yang melihatnya asik sendiri, menegur laki-laki disebelah Raisya itu.

"Devian," panggil guru itu.

Devian tidak mendengarnya karena ada headset ditelinganya. Karena gemas, guru itu mendekati Devian dan mencabut headset yang ada di telinga Devian itu.

"Kamu itu yah, saya nerangin pelajaran kamu malah enak-enakan dengar musik," ujar guru itu.

"Lah, saya merhatiin ibu kok. Cuman telinga saya dengernya bukan penjelasan ibu tapi lagu ini," kata Devian.

Seketika satu kelas tertawa mendengar jawaban Devian.

"Diam semua!" Teriak Bu guru
"Liat temen disamping kamu, dia rajin, nulis, ibu liat juga dia merhatiin ibu
terus," ucap  Bu guru itu sambil menunjuk Raisya.

"Dia ya dia Bu, beda sama saya," celetuk Devian membuat Bu guru gemas mendengarnya.

"Sekarang kamu keluar!" Perintah Bu guru yang sudah habis kesabarannya karena Devian.

Devian pun keluar dengan santainya.

Tak lama, jam istirahat pun tiba. Raisya keluar kelas hendak ke kantin. Raisya bertemu dengan Adhyra.

"Heiii," sapa Adhyra

"Eh, kak Dhyra," ucap Raisya sambil tersenyum.

"Kemana aja lu?" Tanya Adhyra yang baru melihat Raisya.

"Hehe... Ada urusan kak," jawab Raisya.

Hanya obrolan ringan antara mereka berdua. Akhirnya mereka berdua duduk di kantin. Raisya melihat Devian sedang duduk di pojok. Tak lama, rombongan geng Atenos datang. Ternyata, bangku yang di duduki Devian adalah tempat Atenos biasa duduk. Tak lama, ada segerombolan laki-laki yang mengusir Devian dengan kasar.

"Heh! Nak cupu, minggir Lo!" Usir salah seorang dari mereka.

Devian pun beranjak dari duduknya sambil menggebrak meja.

"Ini tempat umum, bukan punya Lo doang!" Balas Devian.

Seseorang yang mengusir Devian pun melayangkan tonjokan ke muka Devian membuat Devian terjatuh. Hal ini membuat Raisya panik. Dengan beraninya, Raisya menarik kerah baju seseorang yang telah menonjok Devian hingga seseorang itu terjatuh.

"Dia temen gue! Jangan macem-macem Lo!" Ujar Raisya.

Raisya membantu Devian berdiri.

"Ngapain lo nolongin gue?" Tanya Devian.

Raisya hanya diam.

"Karena gue ga suka liat orang berantem!" Jawab Raisya sambil sedikit berteriak.

Adhyra yang melihatnya hanya bisa melongo melihat keberanian Raisya melawan ketua geng Atenos.

Devian menyeret Raisya masuk ke kelas. Posisi kelas sepi tidak ada orang.

"Lepas!" Raisya kesakitan karena diseret oleh Devian.

"Gue gak butuh pertolongan dari lo! Yang ada lo cuma bikin gue malu!" Ujar Devian.

Raisya hanya menatap Devian kesal.

*****

Hari ini, Bagas berangkat ke Bandung untuk menempuh pendidikan militernya. Sebelumnya, dia mencari info apakah Secaba di Bandung masih buka atau tidak. Ternyata masih menerima pendaftaran dan hari ini Bagas langsung menuju ke Bandung.

Sebelumnya, Bagas memberi kabar kepada Raisya. Namun, belum dibaca oleh Raisya.

****

Raisya duduk di bangku dan mengambil buku biologi. Devian yang tadinya ingin ke kantin, dia malah mendekati Raisya.

"Gue bingung sama lu, kenapa bisa rajin?" Tanya Devian yang berdiri di samping Raisya.

Raisya hanya diam mendengar pertanyaan dari Devian.

Melihat Raisya yang tak menggubrisnya, Devian memancing Raisya. Dia mengambil buku yang sedang di baca oleh Raisya.

Raisya berusaha mengambilnya dari tangan Devian. Karena, Devian tinggi, Raisya tidak bisa menggapainya.

Semakin Raisya berusaha mengambilnya, semakin Devian terdorong ke belakang. Devian pun menabrak bangku-bangku yang ada di kelas.

"Sinii...," Teriak Raisya berusaha mengambil bukunya.

Braaaaakkk.....

Mereka berdua pun terjatuh dengan posisi Raisya berada di atas badan Devian.

Akhirnya, Raisya bisa mengambil buku biologi di tangan Devian.

*******

Bagas masih melihat handphone-nya. Chatnya masih belum dibalas oleh Raisya. Bagas pergi ke Bandung naik kereta karena orang tuanya tidak bisa mengantarkannya.

*****

Pulang sekolah, Raisya baru membuka handphone-nya. Dia melihat pesan dari Bagas.

Ka Bagas
Dek... Abang pamit ya mau
pendidikan di Bandung
                                 

Mia Acha
Oh... Iya kak. Maaf baru bales
tadi aku lagi di kelas

Raisya melihat chatnya tidak dibalas. Hanya tersampaikan. Raisya merasa tidak enak hati kepada Bagas.

"Tunggu aku lulus dari Secaba dek... Abang bakal buat kamu bahagia," ucap Bagas dalam hati ketika dia menginjakkan kakinya ke sekolah calon tamtama itu.




Haiii para reader's yang terhormat
Aku lanjut cerita lagi nih... Setelah Hiatus 6 bulan hehe...
Semoga suka yah sama kelanjutannya.

Don't forget to voment:)

Ada sedikit perubahan buat sekolah militer Bagas yaitu Secata (sekolah calon tamtama) bukan Secaba (sekolah calon Bintara)

Dear Letnan|TNI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang