Mimpi-39

1.3K 97 7
                                    

Malamnya, Raisya sudah keluar dari rumah sakit. Dokter menyatakan kalau Raisya sudah terbebas dari penyakit ginjal. Meski begitu, jahitan operasi masih belum kering dan Raisya selalu merasa nyeri ketika hendak duduk.

Raisya menuju kamarnya dan membuka lemari. Raisya mengambil kerudung dan gamis yang di beri oleh Bagas.

"Ih... Bagus juga," gumam Raisya ketika melihat pantulan dirinya di cermin.

"Ntar besok aku mau pake kerudung ah ke kampus," Raisya memutar dirinya di cermin.

"Ngapain Sya?" tanya Rayyan ketika lewat kamar Raisya.

"Lagi nyoba-nyoba aja," jawab Raisya.

"Kamu beli di mana? Anjay designer nya Dian Pelangi," ujar Rayyan melihat merk kerudung yang Raisya pakai.

"Ini mah di kasih," jawab Raisya masih fokus dengan gamis rufflenya

"Sama siapa?" Rayyan mengerutkan keningnya.

"Kak Bagas," jawab Raisya tanpa melirik Rayyan sedetikpun.

"Owalah..." Rayyan keluar meninggalkan Raisya.

Setelah mencoba-coba semua gamis dan kerudung yang Bagas beri, Raisya mengambil wudhu dan melaksanakan sholat isya, setelah itu di lanjut sholat istikhoroh.

Allahumma inni astakhiruka bi 'ilmika wa astaqdiruka biqudrotika, wa as aluka min fadhlikal 'adziim. Fainnaka taqdiru wala aqdiru wa ta'lamu wala a'lamu wa anta 'allamul ghuyub.

Allahumma in kunta ta'lamu anna hadzal amro khoirun li fii diinii wa ma'asyi wa 'aqibati amri, faqdurhu lii yassirhu lii tsumma baarik lii fiih. Wa in kunta ta'lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma'asyi wa 'aqibati amri. Fashrifhu 'anni washrifnii 'anhu. Waqdur lil khoiro haitsu kana tsumma ardhinii bih

Robbanaa atinaa fiddunyaa hasanah, wa fil akhiroti hasanah, waqinaa 'adzabannaar.

Raisya membaca doa yang sudah ia tulis di kertas dengan tulisan latin. Hati Raisya lebih tenang dari biasanya.

"Ya Allah... Sudah berapa kali aku berpaling darimu." gumam Raisya mengingat semua dosa yang ia pernah lakukan.

Raisya merasa ngantuk. Beberapa kali ia menguap. Raisya melepas mukenanya dan merebahkan tubuhnya ke ranjang. Beberapa detik kemudian, Raisya sudah terlelap.

[Mimpi Raisya]

Entah Raisya sedang berada di mana, tapi dirinya memakai baju perang khas kerajaan jaman dulu. Raisya menaiki kuda dan membawa beberapa busur panah.

Di depannya, seorang laki-laki tinggi tegap mengawalnya dan sama-sama membawa busur panah.

"Apa kamu sudah dapat buruan?" tanya laki-laki itu tanpa menengok Raisya.

"Tidak." jawab Raisya.

Laki-laki itu turun dari kudanya. Dan berbalik menghadap Raisya.

"Bang Yudha," gumamnya.

"Saya butuh daun ini untuk obat." ujar Yudha dan memetik beberapa daun yang ia butuhkan.

Setelah mengambil beberapa daun, Yudha menaiki kudanya lagi dan kembali melanjutkan perjalanan.

Ketika jalan hutan terbelah menjadi dua, kuda Yudha tiba-tiba berhenti. Mau tidak mau Raisya dan kudanya juga ikut berhenti.

"Ada apa?" tanya Raisya dan turun dari kudanya.

"Tugasku sudah selesai," jawab Yudha singkat lalu dengan anehnya tiba-tiba menghilang.

"Hey... Jangan tinggalkan saya... Kamu tega ninggalin saya sendiri di sini??" raung Raisya sambil menangis ketakutan.

Dear Letnan|TNI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang