Part 2

16 0 0
                                    

Keenan berdiri di depan anggota BEM lain saat sesosok perempuan masuk dan dengan santainya memanggil nama Keenan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keenan berdiri di depan anggota BEM lain saat sesosok perempuan masuk dan dengan santainya memanggil nama Keenan.

"Keenan, ayo keluar bentar. Ada yang pengen gue omongin."

"Keenan mendesah. Saat ini seluruh pasang mata memandang dirinya dan perempuan itu bertanya-tanya, bahkan ada yang berbisik-bisik. Hanya Galih dan Max yang menatapnya perhatian—seolah menyemangatinya.

"Lo nggak lihat kita ada rapat?" tolak Keenan.

"Whatever. Ayo ikut aku."

Daripada semakin menjadi bahan gosip, akhirnya Keenan minta izin keluar ruangan sebentar. Namun sebelum ia benar-benar keluar, ia mendengar dua orang perempuan menggosipkannya.

"Katanya mereka akan bertunangan—dijodohkan."

"Oh ya? Politis banget ya. Pasti buat membangun singgasana yang lebih tinggi."

"Padahal Aldrich Corporation udah bener-bener besar loh—sampai pasar Asia. Gimana jadinya kalau ditambah dengan Morhoe Corporation."

"Gila sih emang orang-orang kayak mereka itu."

Keenan menghela nafas panjang dan segera menemui Clarissa yang menunggunya di depan ruangan. Perempuan itu selalu kelihatan stylist dan mendominasi, membuat siapapun tidak akan pernah tidak memandangnya. Apalagi harga outfit-nya sekarang? Mungkin bisa bikin beberapa orang tidak habis pikir.

"Lo membuat semua orang menggosipkan kita."

Clarissa menatapnya santai. "Emang kenapa? Itu kenyataan, bukan gosip."

Keenan lagi-lagi menghela nafas. "Bagi gue gosip karena gue sebenarnya nggak pengen."

"Tapi lo nggak melawan. Cowok lemah. Ya sudahlah, jalani apa saja yang diminta nyokap lo." Clarissa tersenyum sinis.

Keenan berpikir bahwa dia memang cowok lemah. "Ada apa?"

Clarissa mengulurkan satu tiket bioskop kepadanya. "Ayo nonton. Double date sama Riana dan Alex minggu depan."

"Gue nggak mau. Harus berapa kali gue bilang, gue nggak suka elo. Jadi jangan bertingkah seolah kita emang pacaran." Apalagi bersama Riana.

"Gue akan mengadu ke Mama lo."

"Whatever." Balas Keenan dan kembali berkata, "Lo udah membuang waktu gue untuk hal nggak penting kayak gini."

Setelah itu ia pergi meninggalkan Clarissa dengan kejam. Kejam? Iya, sebut saja ia kejam. Emosinya tidak lagi bisa terkontrol. Ia bukan lagi Keenan yang dulu—meski saat ini yang bisa mengontrolnya hanya Mama. Ada sesuatu dalam hatinya yang ingin memberontak dan berteriak, menginginkan kebebasan?

Dan kebebasan apa yang bisa diperoleh dari seorang anak tunggal keluarga Aldrich yang nantinya akan mewarisi harta kekayaan itu?

Kebebasan adalah sebuah kemewahan.

TRULY DEEPLYWhere stories live. Discover now