Part 4 - Meeting Again

18 0 0
                                    

Kara tak tahu kenapa saat ia masuk kelas semua orang berbisik-bisik sambil memandangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kara tak tahu kenapa saat ia masuk kelas semua orang berbisik-bisik sambil memandangnya. Ia sedikit gugup, tangannya sedikit berkeringat. Ia mulai berpikir aneh. Apa mungkin anak-anak di sini sudah tahu tentang dirinya? Masa lalunya? Riana yang memberitahu? Perempuan itu bisa saja masih sangat jahat dan kejam padanya kan?

Ia bahkan tidak fokus memperhatikan penjelasan salah seorang dosen. Jam di tangannya berdenting lama sekali. Ia sangat berharap segera keluar dari ruangan ini. Haruskah ia pindah universitas lagi?

Bodoh. Salahnya juga kenapa tidak mencari universitas yang tidak sama dengan Riana. Tapi bagaimanapun jurusan Musik di fakultas ini yang paling baik. Pelatihnya di Paris bahkan manajernya yang merekomendasikan. Dia hanya nurut saja. Semua berkas sudah diatur. Tapi ia tidak pernah berpikir kalau satu univ dengan Riana.

Sialan.

Kara bahkan merasa udara di sekitarnya sangat panas padahal ruangan kelasnya ada AC. Akhirnya setelah kelas bubar Kara segera berjalan cepat meninggalkan kelas tanpa menoleh lagi ke belakang. Ia begitu takut. Anehnya di sepanjang perjalanan semua orang memandanginya. Ada apa sebenarnya?

Akhirnya Kara memasuki salah satu ruangan musik di jurusannya. Bersyukur di ruangan itu ada piano meskipun kecil—bukan grand piano. Di saat panik seperti ini hanya suara piano yang mampu menenangkannya.

Ia harus berpikir jernih.

Baru satu hari dia berada di kampus, mana mungkin dia tiba-tiba minta pindah lagi kan?

Kara memainkan piano yang biasanya ia dan Bundanya mainkan. Sejenak hatinya tenang, degup jantungnya tak lagi berdetak kencang. Ia merasakan Bunda hadir di sampingnya—menenangkannya.

Begitu ia selesai bermain, tiba-tiba dari arah luar suara tepuk tangan membahana. Kara syok menyaksikan beberapa anak sudah masuk ke dalam ruangan itu dan menontonnya. Astaga! Kenapa mereka mengikutinya? Buru-buru Kara mengambil tasnya dan berjalan cepat melewati mereka semua. Beberapa anak memanggil namanya—demi Tuhan dari mana mereka tahu namanya?!

Ketika telah keluar ruangan, melewati lorong, ia menatap ke belakang—pada beberapa anak yang masih memandangnya. Ada apa dengan semua orang?! Ia tidak habis pikir. Apa yang sebenarnya terjadi?

Tiba-tiba seseorang menggaet tangannya. Spontan Kara menepis tangan itu. Bahkan ada yang berani bermain fisik dengannya!

"Kumohon jangan—"

Kara mendongak. Namun keningnya langsung mengernyit memandang sosok di depannya. Seorang laki-laki cukup tinggi tengah memandangnya penuh penilaian. Tanpa diduga jantung Kara berdegup kencang. Meski bertahun-tahun tidak bertemu tentu saja ia mengenali sosok itu.

"Hai." sapa laki-laki itu lebih dulu.

Kara berusaha menetralisir raut wajahnya. "Hai."

"Lama tidak bertemu, ya."

TRULY DEEPLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang