|SUI 67| Salah Sasaran

379 53 6
                                    

Siapa pun bisa jahat, yang menentukan kita baik atau tidaknya hanya orang terdekat yang bisa menjawab.

Kejahatan itu adalah perbuatan yang kurang menyenangkan untuk di rasakan, memanipulasi diri menjadi baik, untuk mendekati sasaran yang sudah hidup dalam diam. Tak pernah bisa di tebak, hanya bisa di lihat dari beberapa tingkah laku yang menjadi sebuah pembenaran. Siapa yang tahu? Bahkan jika sahabat kalian sendiri adalah pelakunya, kita yang dekat tak akan percaya. Tentu saja semua itu adalah manipulasi dari rasa saling percaya. Membuat kita terjebak oleh tipu daya yang tak kasat mata untuk kita lihat kebenarannya.

Acara pengajian yang sudah selesai di lakukan, membuat para sahabat dari Inayah dan Ardana berkumpul dalam satu meja makan yang sama. Saling melempar canda satu sama lainnya, itu lah yang mereka lakukan saat ini. Tatapan Ardana terus menatap ke arah Risa yang tampak canggung duduk di antara Ulfi dan Inayah, tapi sekali lagi, pandangan ia tak akan pernah terlewatkan dari Risa yang sudah memiliki hubungan baik lagi dengan Inayah.

"Eh, lo mau punya anak cewek apa cowok?" Gina tiba-tiba bertanya pada Ardana, membuat Ardana menolehkan kepalanya pada Gina yang duduk di hadapannya.

"Tergantung Allah aja. Kami menerima apa pun jenis kelaminnya. Cewek atau pun cowok," balas Ardana membuat Inayah yang tengah menikmati hidangannya pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Kalau Riko, mau punya anak cewek apa cowok?"

Pertanyaan Gina membuat Inayah yang akan melahap makanannya terdiam. Ia mengurungkan niatnya dan menatap Ulfi yang kemudian menundukkan kepalanya. Ia tahu, pertanyaan Gina itu terlalu serius untuk di bahas saat ini. Melihat bagaimana ekspresi Ulfi setelahnya membuat ia paham bahwa tak seharusnya Gina bertanya.

"Loh, kok pada diam? Gak ada yang mau jawab pertanyaan gue?" tanya Risa lagi. Tatapan Risa kemudian menatap Ulfi remeh. "Fi, jangan bilang, lo belum pernah melakukan apa pun?"

Ting

Sendok Inayah beradu sangat keras di bibir piring beling yang rata. Tatapan mata Inayah seolah tak bersahabat pada Gina yang melihat ke arahnya. Mereka semua menatap Inayah dengan tatapan terkejutnya, terutama Ulfi yang langsung menggegam tangan Inayah. Ulfi mengatakan lewat mata, agar Inayah tenang dan tak terpancing sekali pun oleh Gina.

"Maaf, nih. Pernyataan lo gak pantas di bahas ketika kita sedang makan. Lo lihat semua di sini lagi makan, kan? Kalau makan udah jelas diam. Gini, ya, kalau kelamaan di luar negeri, jadi gak tahu peraturan di rumah orang," ucap Inayah dengan senyuman manisnya.

"Oh, jadi Gina ini dari luar negeri ya, Nay?" tanya Risa menimpali.

"Iya, dia baru aja pulang ke Indonesia, waktu Riko dan Ulfi menikah."

Risa yang mendengar itu mengangguk. Pantas saja perilaku Gina tak mencerminkan tingkah laku bangsa. Ia hanya bisa bersyukur, setidaknya walau ia bukan wanita yang sempurna dalam agama, tapi ada tingkah laku yang harus di jaga, apa lagi di tengah keramaian seperti ini.

"Kok lo bawa-bawa luar negeri, sih? Gue cuman tanya aja. Emang salah? Ulfi sama Riko aja gak masalah. Emang lo tersinggung sama kata-kata gue, Fi?" tanya Risa pada Ulfi yang kemudian menatap Gina.

"Enggak, kok. Udah, ya. Gak enak sama yang lain."

"Tuh, denger. Dia aja gak masalah, kenapa lo yang repot? Istri lo Baperan tuh, Dan," ucap Gina pada Ardana yang hanya tersenyum saja.

Sajadah Untuk Inayah Where stories live. Discover now