|SUI 81| Apakah Berakhir?

484 41 56
                                    

Kalau pun aku tidak diberikan keselamatan, setidaknya berilah aku waktu untuk memperjuangkan.

***

Assalamualaikum, apa kabar semuanya? Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen dan vote ya guys. 😍

***
Udah follow? Kalau belum cus lah follow.

Tiga hari setelah semua masalah datang, kini semuanya kembali berjalan lancar. Ulfi dan Riko yang sudah datang meminta maaf kala itu, Riko yang berterus terang, dan Ardana yang sudah memaafkan semua kesalahan, membuat hidup Inayah lega sekarang. Karena tak akan ada lagi hubungan yang membara karena ulah satu wanita yang tak lain adalah Gina. Ya, ia berharap semoga kabar wanita yang sudah pulang itu baik-baik saja. Seperti dirinya, yang tiga hari ini harus di tinggalkan oleh Ardana, karena pria itu yang harus mengadakan pertemuan ke Dubai. Bukan pertemuan biasa, kalau pertemuan itu biasa mungkin saat ini ia bisa menahannya, tapi sayangnya ini demi masa depan anak dan dirinya. Jadi, mau tak mau ia harus mengantar kepergian Ardana untuk bekerja, walau saat ini ia sangat kesepian di buatnya.

Hari di Jakarta sudah menunjukkan awan gelap yang pertanda bahwa senja sudah berganti dengan malam. Saat ini jam menunjukkan pukul 18:00 WIB harusnya saat ini ia shalat magrib bukan? Tapi entah kenapa ia memilih untuk menelepon Ardana yang sudah tentu akan menjawab teleponnya. Karena mama Ardana pergi ke rumah Ulfi, ia tak bisa turun ke bawah, di saat rumah megah ini terlihat sangat sepi. Yang bisa ia lakukan hanya bisa diam di kamar saja sembari menunggu Ulfi yang mengantar balik ibunya.

"Assalamualaikum, Mas. Kamu udah selesai kerja, kan?"

Inayah yang tak kuat menahan kerinduan langsung melakukan panggilan Vidio bersama Ardana yang terus tersenyum dari balik ponselnya. Bisa ia lihat pria itu sedang makan dan bekerja di sana. Tentu saja hal itu membuat dirinya terharu, pasalnya Ardana bekerja untuk menghidupi dirinya.

"Walaikumsallam, enggak sayang. Ini cuman mengecek beberapa pekerjaan aja. Dua hari lagi insyaallah aku pulang, kamu mau titip apa sayang?"

"Aku mau kamu bawain sajadah untuk aku, ya. Aku dengar di sana pusatnya sajadah bagus, jadi tolong belikan, ya?"

"Boleh, kamu udah makan?"

"Ud ----"

Belum sempat Inayah menjawab pertanyaan dari Ardana, tiba-tiba lampu kamarnya mati. Inayah yang kelabakan pun di buat bingung atas situasi ini. Ardana juga melihat jelas, bahwa lampu kamar istrinya mati, dan yang terlihat hanyalah kedua mata Inayah dan mukanya yang terkena cahaya ketika wanita itu membuka pintu kamarnya.

"Loh, mati lampu? Tapi ruangan lain hidup, mas."

"Mungkin lampu kamar kita mati sayang. Gak apa-apa, kamu tenang, ya. Gak akan terjadi apa-apa, kok."

Inayah yang merasa ada yang ganjal pun hanya diam di dekat tangga. Bisa ia lihat bahwa ruangan yang berada di bawah pun hidup semua, hanya ruangan kamarnya saja yang mati saat ini. Ketika kakinya ingin melangkah masuk ke dalam kamar, tiba-tiba ada yang menarik tangannya dengan sangat kuat, membuat ponsel yang masih tersambung itu pun jatuh ke lantai. Hanya gelap yang bisa Ardana lihat dari ponsel Inayah yang jatuh ke bawah. Bukan hanya di cengkram erat oleh seseorang, tubuhnya kini di benturkan di tiang tangga yang membuat ia ketakutan.

Sajadah Untuk Inayah Where stories live. Discover now