30. Eric

1.4K 145 10
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Ega bersiul riang menuju lorong kelas X, sesekali membalas sapaan adik kelasnya. Langkahnya terhenti di depan kelas X IPA 4, kelas siapa lagi kalau bukan calon pacarnya—Lizzya Sheilandri Asfer.

"Panggilin Zya, dong!" suruh Ega pada salah satu siswi yang baru saja ke luar dari kelas. Dan dengan patuh siswi itu menuruti perintah Ega.

"Zya ada yang nyariin!" teriaknya seraya melongokkan kepala ke dalam kelas, lalu kembali menghadap Ega. "Tunggu aja kak," sambungnya sembari meneruskan langkahnya lagi yang sempat terhenti.

"Eh, Kak Preman?" kaget Zya setelah melihat Ega di depan kelasnya. "Ada apa, kak?" lanjutnya sambil duduk di salah satu bangku, yang diikuti Ega setelahnya.

"Kangen," rajuk Ega dengan nada manja.

"Masa?" tanya Zya tak percaya. "Padahal tadi pagi ketemu deh, di parkiran yang ngga sengaja ketemu."

"Ya udah kalau ngga percaya mah," ucap Ega hiperbolis so sedih, seraya memunggungi Zya—mirip nesu ala Clayton, bayi lucu di tiktok.

"Iya, iya Zya percaya." Gadis cantik itu terkekeh pelan, merasa lucu dengan ekspresi merajuk Ega. "Pasti ada hal lain yang mau diomongin juga, kan?" sambung Zya bertanya.

"Oh iya bener, hampir lupa, kan." Ega menepuk jidatnya pelan, melupakan acara merajuknya. "Weekend nanti kita ke waterboom, yuk? Waktu itu kan, Ega janji mau ajak Zya berenang."

"Ayo, Zya mau banget!" pekik Zya girang. "Tapi, kayaknya Zya ngga bakal diizinin, deh." Ekspresi Zya berubah murung saat mengingat seberapa overprotektif keluarganya terhadapnya.

"Kalau soal itu mah gampang." Ega menjentikkan jari seraya membenarkan posisi duduknya agar berhadapan langsung dengan Zya. "Zya bilang aja mau nge-mall sama Jejes dan Andra. Pasti diizininkan? Nanti Ega ajak Ledric juga kok, jadi amanlah tenang aja."

"Berarti Zya bohong, dong?" Ega mengangguk sebagai jawaban. "Itu kan dosa."

"Kalau sesekali mah ngga dosa kok," dusta Ega.

"Oh gitu ya? Oke deh, nanti Zya praktekin saran Kak Preman."

Ega meringis mendengar balasan Zya. Tak ingin semakin mengotori otak polos Zya, Ega berniat undur diri untuk mencari sahabat sehidup sematinya.

"Kalau gitu Ega pamit dulu, mau nyari Ledric. Sampai bertemu lagi nanti, cantik." Ega mengacak rambut Zya gemas, sebelum pergi meninggalkan gadis polos itu yang kini pipinya memerah.

"Aduh, kok panas banget sih pipi Zya." Zya mengipasi wajahnya sambil berjalan memasuki kelasnya.

Setelah menemui Zya, kaki Ega melangkah menuju ruang OSIS—tempat sahabat sehidup sematinya bertapa saat istirahat. Senyumnya tak pernah luntur, mengingat weekend nanti ia akan jalan bersama sang pujaan hati. Baru membayangkannya saja sudah membuatnya senang, jadi tak sabar ingin segera hari minggu.

ZYAWhere stories live. Discover now