Lima

318 24 0
                                    

Di Publis ulang.

****

Kania memilih menghadap cendela, dengan tangan yang masih menggenggam amplop coklat yang sudah pasti berisi gaji terakhir Kania. Berkali-kali Raka mencoba bicara pada Kania, "Lo marah sama gue?" Masih di tanya, Kania benar-benar enggan menjawab pertanyaan Raka. Raka yang masih fokus dengan jalannan ibukota sesekali melirik Kania.

Setelah sampai di apartment, Kania memilih keluar mobil terlebih dahulu, ia mendinggalakan Raka begitu saja. Raka biarkan Kania masuk terlebih dulu, Raka memilih berjalan santai sembari memainkan ponselnya.

Saat lift terbuka, Raka menyipitkan matanya, dari depan lift Raka bisa melihat Kania yang berdiri di depan pintu.

"Lo nunggu gue, gue pikir lo ninggalin gue?" Raka yang sudah semakin dekat dengan Kania.

Kania menghela nafas kasar, "Gue gak tau kodenya angka apa aja."

Raka tertawa "Kodenya tanggal pertama kita ketemu."

Mendengar jawaban Raka, Kania mengernyitkan dahi, ia mencoba mencerna ucapan Raka.

Pletak

"Auuww,," aduh Kania saat Raka menyentil dahi Kania.

"Jangan GR, gue tau lo lemot, kalau pake kode yang lain gue yakin di ingatian puluhan kali pun lo bakal lupa."

Setelah pintu terbuka, Kania yang masih kesal segera mengambil bantal beserta selimut, ia segera berbaring di sofa dan menyelimuti seluruh tubuhnya dari kaki hingga kepala. Ia tidak peduli dengan bau keringatnya sendiri.

Raka tarik selimut Kania, Kania terduduk dengan mata yang penuh amarah.

"Lo sudah berani lawan gue?" Kenapa ia baru sadar sekarang tentang siapa yang memiliki kedudukan tertinggi.

"Gue capek Rak, mau tidur." Dan pada akhirnya Kania mengalah, ia ambil selimut dari tangan Raka, kembali ia pake menyelimuti seluruh tubuhnya.

Sebenarnya Kania masih belum tertidur, ia hanya tidak ingin berdebat dengan Raka yang pada akhirnya ia harus selalu tunduk pada Raka.

Betapa bodohnya Kania, ia yang terlalu kesal pada Raka membuat semua yang ia rencanakan sepulang kerja menjadi terlupakan. Ia berencana membeli bahan makanan, karena memang tidak ada yang bisa dimakan disana. Kania yang tidak mungkin keluar sendiri di tengah malam meminta cacing di dalam perutnya untuk bersabar hingga besok pagi.

Kania tidak tau jam berapa ia tertidur semalam, yang jelas pagi ini ia bangun lebih pagi. Ia beranjak dari sofa tempat ia tidur, saat menuju kamar mandi langkahnya terhenti sejenak ia memilih menghampiri Raka yang masih tertidur pulas.

"Coba aja wajah tidur lo sama dengan wajah lo saat bangun, tenang, gak dingin dan kejam. Hufh,,,"

Aktifitas Kania masih sama seperti biasa, ia membersihkan rumah, membuat sarapan tapi karena tidak ada bahan makanan jadi ia memilih membuat teh hangat, ia sudah memcuci pakaian Raka yang tergeletak sembarangan padahal sudah Kania siapkan tempat pakaian kotor disana.

Suara bising vacum cleaner membuat Raka terbangun, bukan tanpa sengaja Kania melakukannya, ia masih kesal dengan Raka.

Raka mengerjap, merenggangkan otot-otot tubuhnya, ia kemudian bangkit dan merebut vacum cleaner dari tangan Kania.

"Berisik tau gak." Kesal Raka.

"Gue masih belum selesai Raka." Kania berusaha mengambil vacum cleaner dari tangan Raka tapi sayangnya Raka menghindar.

"Lo denger gak sih gue bilang berisik ya berisik."

"Tapi gue belum selesai Raka." Kania berusaha mendekat pada Raka untuk kembali mengambil vacum cleaner.

KaniaWhere stories live. Discover now