Chapter 12: Bahaya

9 2 0
                                    

Dhanawati membawa masuk barongan miliknya yang setia menemani dan membantunya. Ki Dharman meneliti dari segi bahan, bentuk, serta sosok yang berada didalamnya.

"Barongan Jawa dengan bentuk singa yang sangat realistis, rambut kuda, dipadu kayu pohon nangka yang kokoh. Warna dan bentuknya sangan singkron, sangat menyerupai singa sungguhan. Siapa namanya?" Tanya Ki Dharman.

"Singo Argani." Sahut Dhanawati tersenyum.

"Singo Argani? Menurut bahasa Argani adalah pemberani dan pemberantas bahaya. Tapi, menurut kepercayaan orang Jawa Argani berarti sebatang kara. Kenapa Argani? Apa karena kamu sebatang kara?" Tanya Ki Dharman kembali.

"Ya bisa dibilang begitu," Jawabnya kembali.

"Tapi, ada suatu hal yang mau ku ceritakan kepada romo, perihal proses pengisiannya." Sambung Dhanawati.

Ki Dharman menyilahkan putrinya untuk membuka suara tentang sosok yang berada didalam barongannya.

"Dulu, saat proses pengisian, aku tidak memberinya nama." Terang Dhanawati.

"Lantas?" Tanya Ki Dharman.

"Aku membiarkan sosok tersebut untuk memilih namanya sendiri. Pikirku agar menjadi sebuah kejutan pada saat itu." Terangnya kembali.

Ki Dharman terdiam, ia pernah diajarkan metode tersebut. Disaat orang-orang memberi nama terlebih dahulu sebelum diisi, sebaliknya, Ki Dharman mengisinya dan membiarkan sosok tersebut memilih namanya sendiri.

"Lalu, aku melakukan mediumisasi dengan patigeni untuk melihat masa lalu dari Argani. Dan, pada saat itu, aku ditemani Paijo- hiks.." Dhanawati mendadak menjatuhkan butiran bening dari matanya.

*patigeni: bersemedi diruang tertutup tanpa penerangan, hanya terdapat lilin untuk penerangan.

Dengan penuh kasih sayang, Ki Dharman menghapuskan air mata yang menetes ke pipinya.

"Apa yang dia lakukan? Dia melukaimu?" Tanya Ki Dharman agar tak terjadi salah paham.

Dhanawati menggeleng.

"Aku, memintanya untuk memasukan setengah energi dari Argani." Sahut Dhanawati dengan suaranya yang bergetar.

"Terus?"

"Aku melihat bayang-bayang cepat dengan suara tangisan yang melintas dipikiran, hati dan mataku terasa berat untuk dibuka," Terang Dhanawati seraya mengusap air matanya.

"Apa yang kamu lihat? Masa lalu Argani?" Tanya Ki Dharman yang penasaran.

Dhanawati mengangguk pelan.

"Argani adalah seorang panglima perang, sosoknya singa berkepala tiga dengan ekor api. Dia difitnah oleh adik sang raja yang telah membunuh permaisuri. Hiks..." Dhanawati tak kuasa membendung tangisnya ketika mengingat kejadian itu.

Dhanawati membenamkan wajahnya di dada Ki Dharman. Ki Dharman membalasnya dengan pelukan hangat seorang ayah.

"Kalau gak kuat cerita, gak usah aja. Romo paham, nduk." Ujar Ki Dharman.

"Padahal, Argani adalah panglima perang yang berhasil memenangkan banyak peperangan. Argani adalah sosok yang banyak membantu sang raja dan adiknya," Suara Dhanawati bergetar tak kuasa menahan tangis.

"Tapi, setelah kejadian adik raja yang membunuh permaisuri kemudian menuduh Argani, raja itu tak mau mendengar alasan apapun yang dijelaskan oleh Argani," Sambungnya seraya mengusap air matanya.

"Argani diusir, dia diasingkan di sebuah pemakaman."

"Mungkin, itu bukan pemakaman. Saat itu, ratusan tahun lalu, tempat itu mungkin masih hutan." Gumam Ki Dharman.

Solah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang