Chapter 17: Tenang di Khayangan

7 1 0
                                    

Nemo mendorong pintu pendopo padepokan yang tertutup. Baru saja kakinya menapak di lantai pendopo, Dhanawati yang terlepas dari lilitan Pecut Aji Samandiman milik Reyyan langsung menjambak kerah baju Nemo yang basah air hujan.

Dhanawati menyeret Nemo masuk kedalam pendopo, kemudian menghempaskannya. Nemo pasrah tanpa ada perlawanan darinya, ia menyadari kesalahannya yang telah membunuh Paijo. Ia merasa berhak menerima perlakuan dari Dhanawati.

"Kenapa kau lakukan itu?!" Tanya Dhanawati yabg masih menjambak kerah baju luriknya.

Nemo hanya menangis sambil tersenyum. Ki Dharman menghampirinya, dilepaskannya jambakan Dhanawati dari kerahnya.

"Romo, biarkan aku membalas--" Ucapan Dhanawati terpotong.

"DHANAWATI, CUKUP!!" Bentak Ki Dharman.

Tak lama setelah Ki Dharman membentak Dhanawati dengan lantang, Nemo jatuh pingsan karena menangis terlalu lama. Nemo terjatuh dalam rangkulan Ki Dharman yang berdiri dihadapannya. Ki Dharman melihat sebilah golok milik Paijo yang masih basah terlumuri darah, serta Jumantoro yang tergeletak.

Ki Dharman dan Ki Jaka menggotong Nemo masuk kedalam kamar, kemudian Reyyan membawa Jumantoro ke dalam kamar isolasinya.

*****

Peperangan telah usai, Tumenggung Yaksha telah terbunuh, hujan telah reda, badai sudah berhenti. Kesedihan Nemo yang tak menerima kenyataan kini sudah sirna, ia telah mengikhlaskannya.

"Cakil gugur di tangan Nemo?" Tanya Ki Jaka.

Ki Dharman mengangguk.

"Lalu, arwah-arwah yang terjebak dalam kerajaan Yaksha..." Pertanyaan Reyyan yang sengaja dipotongnya.

"Tunggu Nemo sadar  dan pertanyaan kalian akan terjawab. Aku dan Mbah Jum tidak dapat melihatnya dengan jelas dan detail." Terang Ki Dharman.

Tak lama, Dhanawati keluar menemui Ki Dharman.

"Romo, Nemo sudah siuman." Bisik Dhanawati.

Ki Dharman hanya mengangguk dan meminta Dhanawati untuk duduk di sebelahnya.

"Kok gak ditemuin?" Tanya Dhanawati.

"Biar energinya pulih dulu." Sahut Ki Dharman sama-sama berbisik.

*****

Setelah 4 jam lamanya menunggu kesadaran Nemo pulih sempurna, akhirnya Ki Dharman beranjak menuju kamar dimana Nemo terbaring lemas.

"Tangisanmu tak akan menghidupkannya kembali. Sudah sepantasnya ia mengambil tindakan seperti itu." Ujar Ki Dharman sembari menyibakkan tirai kamarnya.

Nemo spontan menoleh kemudian berusaha untuk duduk. Namun tak bisa, tubuhnya masih terasa lemas. Ki Dharman membantunya untuk duduk, kemudian ia duduk di atas ranjang bersama dengan Nemo.

"Bagaimana?" Tanya Ki Dharman.

Nemo merogoh sakunya. Ia meraba-raba saku bajunya, serasa ada yang hilang. Ia mencari dimana golok yang bersimbah darah milik Paijo yang dibawanya.

"Golok?" Tanya Ki Dharman menatap Nemo dingin.

Nemo menunduk.

"Sudah disimpan oleh Dhanawati." Terang Ki Dharman.

"Romo..." Ujar Nemo.

Solah [END]Where stories live. Discover now