Chapter 18: Tanpa Paksaan

7 1 0
                                    

Setelah membereskan tempat yang digunakan untuk Pati Geni, Ki Jaka dan Reyyan pulang ke desanya karena tugasnya membantu Ki Dharman berperang telah usai.

Ki Dharman duduk di teras pendopo melihat pemandangan sore hari yang cerah setelah badai melanda. Warga-warga yang selamat sudah kembali ke persinggahannya masing-masing.

"Lek..." Seorang petani menyapa Ki Dharman yang sedang duduk sendiri.

Ki Dharman membalasnya dengan anggukan dan senyum ramahnya.

"Monggo lek.." Terdengar suara Nemo dari kejauhan sedang bertegur sapa dengan pedagang sayur yang memikul hasil panennya.

Nemo berjalan menghampiri Ki Dharman yang sesang duduk di teras. Nemo celingukan terlihat bingung.

"Kenapa?" Tanya Ki Dharman dingin.

"Dhanawati mana?" Tanya Nemo.

"Pergi." Jawab Ki Dharman singkat.

"Pas banget." Nemo kegirangan.

Ki Dharman mengerutkan alinya menatap Nemo.

"Aku mau ngomong sama Romo." Terang Nemo.

Ki Dharman menghela nafas panjang.

"Ngomong apa?" Tanya Ki Dharman.

"Romo bisa lihat apa yang aku lakukan lewat Jumantoro kan?" Tanya Nemo.

Ki Dharman mengangguk seraya menyeruput kopinya yang masih panas.

"Berarti Romo mendengar apa yang Paijo katakan sebelum aku menusuknya?" Tanya Nemo.

Ki Dharman menggeleng dingin merapikan rambutnya yang berantakan tertiup angin.

"Paijo berpesan kepadaku." Terang Nemo dengan serius.

"Hmm?" Sahut Ki Dharman.

"Katanya...." Nemo berbisik kepada Ki Dharman yang sedang menyeruput kopinya.

PPRRSSTTT....

Kopi yang baru saja masuk kedalam mulutnya, kembali tersembur keluar menyembur Nemo.

"APA?!" Ki Dharman kaget mendengar pesan dari Paijo untuk Nemo.

"Ish.., iya." Sahut Nemo agak kesal sembari mengelap wajahnya yang disembur kopi pahit.

"Jadi selama ini, paijo....," Gumam Ki Dharman.

"Tapi kamu mau?" Tanya Ki Dharman serius  kepada Nemo.

"Ya..., kalau saya sih mau-mau aja..." Nemo malu-malu.

"Oh... Jadi gitu..., kamu juga ya... yaudah deh. Nanti malam kamu kesini pake baju rapi." Sahut Ki Dharman yang senyum-senyum melihat Nemo.

"Beres deh..." Ujar Nemo.

"Kalo bisa pake beskap." Jawab Ki Dharman.

*****

Malam yang sunyi ditemani dengan ribuan bintang dan bulat sempurnanya bentuk bulan, Dhanawati duduk bosan dalam Pendopo. Ki Dharman keluar dari dapur membawa segelas kopi hitam pait kegemarannya. Di hisapnya sebatang rokok menyan lintingan yang terletak diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya.

"Belum tidur?" Ki Dharman memecah keheningan malam dan suara binatang malam yang membentuk instrumen.

Dhanawati menggeleng dengan tatapan kosong.

"Yang sudah berlalu, biarlah berlalu nduk." Ujar Ki Dharman seraya menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

Dhanawati mengangguk sembari menggaruk-garuk kepalanya.

Solah [END]Where stories live. Discover now