Dua

3.1K 520 76
                                    

Atas nama uang jajan yang terancam di potong, (Name) mengaku kalah dan bersedia menemani Akeno hari ini. Lagipula ini weekend, tidak ada yang bisa (Name) lakukan di rumah.

Akeno sendiri sudah sangat antusias karena hari ini ia akan segera mempunyai motor.

(Name) dan Akeno kompak memasuki salah satu toko yang berhasil menarik perhatian Akeno. Dapat (Name) lihat ada berbagai jenis motor yang di pajang, lengkap dengan harganya.

"Cepat pilih." Ketus (Name).

"Jika kamu sedikit tidak ketus, aku akan mentraktir es krim untukmu setelah ini." Akeno merangkul bahu adik perempuannya.

(Name) mendengus namun akhirnya tersenyum dengan sedikit terpaksa. Es krim adalah makanan favoritnya. Ia tidak akan bisa menolaknya jika seseorang sudah menyebut es krim.

"Aku menunggu di sini saja." (Name) memasukkan tangannya pada saku cardigannya.

"Oke." Jawab Akeno dan beranjak menjauh untuk melihat lihat model motor yang ingin ia beli.

(Name) merongoh ponselnya dan memilih saling bertukar pesan dengan temannya untuk menghilangkan rasa bosan.

Seseorang berdeham membuat (Name) menoleh.

Irisnya menatap sosok jakung bersurai pirang dengan iris lilac lengkap dengan senyum kecil di bibirnya. Ia tampak sedang mengulum sebatang lolipop di mulutnya.

Tidak berkata apa apa, (Name) menggeser tubuhnya untuk menjauh. Namun pria tadi malah mendekat lagi.

"Apa masalahmu?" Tanya (Name) ketus.

Bukannya menjawab pertanyaan (Name), pria itu mengulurkan tangannya.

"Imaushi Wakasa."

"Aku tidak mau tau." Jawab (Name) dingin.

Menurut (Name) semua pria itu sama saja. Bajingan. Ya, kecuali Akeno, mungkin.

Bukan berarti (Name) jadi tidak menyukai lawan jenis, ia masih normal. Hanya saja berdekatan dengan pria membuat (Name) teringat kembali pada masa masa suram itu.

Tidak menyerah, Wakasa malah tersenyum semakin lebar. Ia malah jadi semakin penasaran.

"Siapa namamu?" Tanya Wakasa.

"Aku tidak mau memberitahu. Dan tolong jaga jarak dariku." Ucap (Name) ketus.

"Tidak perlu terlalu ketus, aku hanya ingin berkenalan." Balas Wakasa.

"Tidak bisa, pacarku posesif." Jawab (Name) tanpa pikir panjang. Ia hanya ingin Wakasa segera menjauh darinya.

"Oh ya?" Wakasa menatap tak percaya ke arah (Name) membuat (Name) semakin kesal.

"Hai, (Name). Bisa bantu aku memutuskan-" Akeno datang membuat (Name) buru buru merangkul lengan kakaknya.

"Lihat kan? Dia pacarku." Ucap (Name) lalu menyeret Akeno untuk meninggalkan toko milik Shin.

"Bukannya kamu bilang saat itu semua pria brengsek!? Pacarmu itu seorang pria lho!" Teriak Wakasa yang masih bisa (Name) dengar.

(Name) mengepalkan tangannya kesal dan menyeret tubuh kakaknya sembari mempercepat langkahnya.

Wakasa menyeringai. "Menarik sekali." Ia terkekeh pelan. "Jadi namanya (Name) ya."

Di sisi lain (Name) masih menyeret Akeno untuk menjauh. Bukannya (Name) tidak ingat bahwa Wakasa itu pria yang menyaksikannya menghajar berandalan yang ia tolak cintanya.

Mengapa pria itu bersikap seperti tadi?

"Hei, sejak kapan aku ini kekasihmu?" Protes Akeno. (Name) buru buru melepaskan pelukannya pada lengan Akeno.

Wakasa's Mine (Wakasa x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang