Delapan

1.9K 352 13
                                    

Yes, i lost my mind
-

Akeno memandang heran ke arah (Name) yang sibuk memasak. Rasanya adiknya itu seperti kehilangan semangat hidupnya. Akeno jadi khawatir.

"Kamu yakin baik baik saja?" Tanya Akeno khawatir.

"Tentu, aku baik baik saja." (Name) memaksakan seulas senyum.

Mimpi buruk semalam benar benar membuatnya ketakutan. Melihat sosok yang sangat mirip dengannya dalam penampilan bersimbah darah benar benar mengerikan.

"Ngomong ngomong, ponselku hancur. Jadi untuk sementara aniki tidak bisa menghubungiku." Ucap (Name).

"Ponselmu apa?" Tanya Akeno.

"Hancur." Ulang (Name).

"Mengapa bisa?" Tanya Akeno.

"Tidak sengaja jatuh." Bohong (Name). Tidak mungkin ia menjawab jujur mengatakan ia melempar ponselnya setelah melihat pesan Wakasa.

"Aku akan mampir untuk membeli yang baru sepulang dari kantor nanti." Putus Akeno.

(Name) bangkit dari duduknya. "Aku berangkat dulu." Pamit (Name).

"Cepat sekali. Kamu tidak berangkat bersama Narumi?" Tanya Akeno heran.

"Ada urusan yang membuatku harus datang lebih cepat. Bye." Pamit (Name).

(Name) beranjak meraih ranselnya dan meninggalkan Akeno.

Bukannya mengambil jalan menuju sekolah, (Name) berbelok ke arah yang berlawanan. Dia terus berjalan hingga tiba di satu tempat.

Pemakaman umum.

(Name) berjalan menuju sebuah pemakaman yang sudah sering kali ia kunjungi.

"Aku datang mengunjungimu, Yuki onee-chan." Gumam (Name) lirih. Ia duduk sembari memeluk lututnya.

"Aku rindu sekali bisa bercerita denganmu." Gumam (Name) lirih.

"Yah, banyak yang ingin aku ceritakan padamu."
.........

Wakasa menghela nafas sembari menatap layar ponselnya. Sejak pagi ia sudah mengirim pesan pada (Name) namun sampai saat ini tidak ada satu pun pesannya yang mendapat balasan.

Pesannya kemarin pun hanya dibaca tanpa diberi tanggapan apa apa.

Apa gadis itu menjauhinya karena pernyataan perasaannya?

"Sudahlah. Kalau memang kamu ingin bicara dengannya, datangi saja sekolahnya." Shin buka suara.

"Aku tidak yakin dia mau menemuiku." Balas Wakasa.

"Well, setidaknya kamu mencobanya." Balas Shin.

"Baiklah, aku akan mencobanya." Gumam Wakasa.

Saat sore tiba, Wakasa berpamitan untuk pergi ke sekolah (Name). Gadis itu pasti di sekolah kan saat ini.

Wakasa tiba di depan gerbang masuk sekolah (Name). Dan lagi lagi ia merasa tidak nyaman saat beberapa orang menatapnya sembari berbisik.

Salah satu dari orang orang itu memberanikan diri mendekati Wakasa.

"A-anu, maaf. Aku sempat melihatmu  juga saat itu. Boleh aku meminta nomor ponselmu?" Tanya gadis itu.

Belum sempat Wakasa buka suara, sosok lainnya muncul. Sosok itu menahan bahu gadis yang baru saja meminta nomor ponsel Wakasa.

"Gomen, dia sudah punya kekasih. Bisa kamu tidak mengganggunya?"

"A-ah, maaf." Gadis itu menunduk dan langsung beranjak pergi.

Wakasa's Mine (Wakasa x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang