Part 26🌹

55.7K 5.9K 605
                                    

"Bagaimana keadaannya sekarang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana keadaannya sekarang?"

"Seperti yang tuan inginkan. Dia sudah dikeluarkan dari kampus, tidak diterima bekerja dimanapun, dijauhi para perempuan kaya incarannya, tidak punya tempat tinggal, dan dimaki semua orang."

"Kerja bagus."

"Lalu, bagaimana selanjutnya, tuan? Melepaskannya atau tetap menambah penderitaannya?"

"Tentu saja menambah penderitaannya." Seringai Isaac.

Mana mungkin Isaac membiarkan George begitu saja. Apapun caranya dia akan menyeret George ke dalam lubang penderitaan dan kesengsaraan.

Di kehidupan sebelumnya pria itu bersekongkol dengan saudara tirinya untuk merampas hartanya, mengambil Nara-nya, mengurungnya, menyiksanya, dan membunuh Nara.

Begitu banyak perlakuan buruk George padanya di masa lalu. Tentu saja sekarang Isaac akan membalikkan keadaan itu pada George supaya pria tersebut merasa terpuruk hingga merasa tak sanggup lagi melanjutkan hidup.

Isaac tidak akan sekejam ini pada George jika pria itu tidak mengusik kehidupannya dan membuatnya memiliki akhir kehidupan yang menyedihkan.

"Nikmati lah kehidupanmu sekarang pria sialan karena ini adalah balasan dari perbuatanmu di masa lalu padaku dan Nara." Kekehnya.

Mata tajamnya menatap layar komputer bahagia. Senyuman puas terukir di bibirnya melihat betapa menyedihkan nasib George. Yang mana pria itu harus memungut makanan dari tong sampah dan tidur di jalanan seperti gelandangan.

****

"JADI KAU AKAN MENIKAH DENGAN TUAN ISAAC SEMINGGU LAGI?!"

Nara memutar bola mata malas melihat reaksi berlebihan Krasnaya.

"Kenapa aku mendadak tidak rela kau menikah dengan Tuan Isaac ya?"

"Kau masih menyukai calon suamiku?" Balas Nara santai.

"Ya. Aku masih menyukainya karena dia idola yang tak akan pernah tergantikan di hatiku."

"Kenapa kau tidak mengidolakan Pak Galih saja? Dia kan pacarmu."

Krasnaya menyandarkan punggungnya ke kursi. "Untuk apa aku mengidolakannya? Tidak ada yang menarik dari dirinya."

Nara mengerutkan kening heran. "Bukankah sebelumnya kau mengatakan dia sangat tampan dan perhatian?"

"Ya. Dia memang sangat tampan dan perhatian tapi Tuan Isaac lebih tampan daripada dirinya." Kikik Krasnaya.

"Dasar Mandang fisik!"

"Hei! Kau pun Mandang fisik! Bukannya kau mau menikah dengan Tuan Isaac juga karena ketampanannya?"

Nara menyentil kening Krasnaya sebal. "Sembarangan!"

Teman Nara satu itu mengusap keningnya dengan bibir yang mengerucut kesal. "Aku tidak sembarangan karena kau tidak mungkin mau menikahi Tuan Isaac Kalau dia jelek."

Nara berdecak tak percaya. "Jangan pernah berpikir aku mau menikah dengannya karena dia tampan. Aku mau menikah dengannya karena dia baik, perhatian, rela berkorban, lembut, memanjakanku, menyayangiku, dan sangat mencintaiku."

Krasnaya mengibaskan tangannya kesal. "Sudah, sudah. Jangan pamer lagi padaku."

Nara tertawa geli. Hendak membuka suara namun tertahan oleh kedatangan pacar Krasnaya.

"Krasnaya. Ayo ikut aku. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan," kata Galih tanpa basa basi.

Krasnaya mengangguk dan berpamitan pada Nara.

Setelah kepergian keduanya, Nara menyandarkan punggungnya ke kursi lalu memejamkan matanya. Menikmati suasana tenang di sana.

Belakangan ini, Nara merasa hidupnya sangat tenang tanpa gangguan George.

Kehidupan kampusnya berjalan sangat lancar tanpa kehadiran pria itu. Dia juga sudah mulai mendapatkan banyak teman meskipun Nara tidak mempercayai mereka.

Gadis cantik itu membuka mata kala merasakan kehadiran seseorang di sisinya.

Bibirnya menyunggingkan senyuman manis. Tanpa mengatakan apapun langsung meletakkan kepalanya di bahu orang itu.

Elusan lembut mendarat di puncak kepalanya. "Tanpa membuka mata pun ternyata kau bisa mengenaliku, amour."

Sudut bibir Nara terangkat. "Tentu saja aku bisa mengenalimu karena cintaku padamu tidak sedangkal yang kau pikirkan."

Isaac tertawa kecil. "Kapan aku pernah mengatakan bahwa cintamu padaku itu dangkal?"

"Tidak pernah mengatakannya tapi aku tahu apa yang kau pikirkan."

"Jangan sok tahu." Ledek Isaac.

Nara menegakkan tubuhnya. Menatap Isaac sebal. "Aku bukan sok tahu tapi aku memang tahu. Kau pikir aku tidak akan bisa menilai ekspresimu yang sering meragukanku itu?"

Isaac mendekatkan wajahnya ke arah Nara dengan tampang polosnya. "Memangnya ekspresiku seperti apa sampai kau bisa menyimpulkan demikian?"

Nara membuang pandangannya ke arah lain karena wajah mereka terlalu dekat.

"Kenapa malah mengalihkan tatapan ke arah lain, amour?"

Nara menatap Isaac sewot. "Terserah aku! Mengalihkan tatapan ke arah lain atau tidaknya, itu kan hakku."

Isaac terbahak. "Jangan marah-marah, nanti aku makin cinta, amour."

"Gembel terus!!" Decak Nara.

Isaac semakin tertawa melihat tingkah menggemaskan Nara. Dia bahkan kian menggoda Nara sampai perempuan itu kesal tingkat dewa. Berakhir dengan memukulinya.

Mereka tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Tertawa dan bercanda ria tanpa beban. Membuat siapapun yang melihatnya akan merasa iri.

"Sialan. Pemandangan ini sungguh menyiksa. Aku menjadi tidak sabar untuk menghancurkan hubungan kalian." Desis seseorang yang melihat interaksi sepasang suami istri itu.

Bersambung...

firza532

25/12/21

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang