Part 44🌹

31.4K 3.5K 85
                                    

Vote dulu sebelum baca🌟

Kecemburuan Isaac membuat Nara mendesah di dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kecemburuan Isaac membuat Nara mendesah di dalam hati. Demi meredakan kecemburuan suami tercinta, Nara bergegas mendekati Isaac dan memeluk lengan pria itu manja. "Kenapa kau ke sini tanpa mengatakannya padaku, sayang?"

Isaac langsung luluh mendengar panggilan 'sayang' dari Nara. Lalu, diusapnya puncak kepala Nara lembut. "Kebetulan aku dan dekan ada pertemuan penting. Makanya setelah pertemuan selesai, aku langsung mencarimu ke sini dan beruntungnya kau belum pulang sehingga aku bisa mengajakmu ke kantor bersama."

Nara mendongak. Menatap Isaac lesu. "Sepertinya hari ini aku tidak bisa menemanimu di kantor. Tubuhku sangat lelah dan butuh istirahat."

Isaac merangkul pinggang istrinya posesif. "Tenang saja, amour. Di kantorku pun kau bisa beristirahat dengan tenang."

"Ta--"

"Kau sedang menghindari ku, amour?" Pertanyaan di luar nalar Isaac membuat Nara melotot kaget.

"Kau sudah mulai bosan denganku?"

Isaac mengeratkan pelukannya. "Jangan harap bisa lepas dariku meskipun kau sudah bosan dan tidak mencintaiku lagi." Bisiknya tepat di telinga Nara.

Ucapannya dibalas dengan cubitan oleh Nara. "Pemikiran bodoh darimana itu?!" Balasnya tajam.

Isaac mulai mendengar bisikan tentangnya dan Nara. Dia menatap Nara sejenak lalu menggendong wanita cantik itu. "Kita bahas di kantor saja daripada di sini karena kita sudah menjadi tontonan orang banyak."

Nara hanya pasrah daripada menjadi tontonan orang banyak seperti badut. Ia mengalungkan tangannya ke leher Isaac seraya menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami.

Jujur saja, Nara malu akan posisi mereka sekarang tapi berdebat dengan Isaac pun percuma. Jadi, lebih baik dia menyembunyikan wajahnya saja dan bertindak seperti orang pingsan.

Selama di perjalanan, mereka berdua menjadi pusat perhatian tapi Isaac tetap memasang wajah cuek dan dingin andalannya. Terus menggendong Nara tanpa mempedulikan pandangan orang lain terhadap mereka.

Diturunkannya Nara secara hati-hati kala sampai di mobil. Berlari mengitari mobil dan duduk di kursi kemudi. Lantas, kembali di tatapnya Nara. "Pakai seatbelt mu, amour."

"Oke." Sahut Nara patuh supaya tidak memperpanjang masalah. Kadangkala ada saatnya harus mengalah pada orang lain supaya tak tercipta perang dunia ketiga.

Isaac melajukan mobil. Meninggalkan area kampus.

"Kenapa kau tidak ingin datang ke kantor menemaniku?" Tanya Isaac memecah keheningan. Tak tahan memendam isi pikirannya lagi.

Nara menoleh sebal. "Karena aku sangat lelah."

"Kau bisa istirahat di kantorku, amour."

"Aku tahu tapi itu tidak akan senyaman beristirahat di rumah."

"Kenapa? Bukankah sama-sama tidur di atas kasur?"

"Beda!"

"Apanya yang beda, amour?"

"Suasananya."

"Memangnya suasana seperti apa yang kau inginkan, amour?"

"Sunyi dan tenang."

"Aku bisa mewujudkan suasana seperti itu di kantor jika kau menginginkannya."

"Mana mungkin hal tersebut bisa terjadi karena kau pasti akan sibuk."

"Aku bisa melakukannya untukmu, amour." Sahut Isaac keras kepala.

Nara menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. "Lagipula, bukan kah ini masalah sepele? Kenapa kau membesar-besarkannya?" Lirihnya.

Isaac menoleh kesal ke arah Nara. "Sepele katamu?!"

Nara menjadi semakin kesal mendengar suara tinggi Isaac. "Kenapa kau marah-marah padaku?! Kau tidak mencintaiku lagi?! Kau sudah bosan padaku?!"

Isaac melongo.

Kenapa Nara malah berbalik menanyakan hal itu padanya?!

Padahal perasaannya sudah sejelas ini!

"Udah ah! Aku malas berdebat denganmu. Turunkan aku sekarang!"

Isaac semakin melongo melihat amarah Nara.

Harusnya kan dia yang marah karena melihat Nara terpesona pada pria lain!

"Turunkan aku sekarang atau aku meloncat keluar?" Ancam Nara seraya mengambil ancang-ancang membuka pintu mobil. Tentu saja tindakannya membuat Isaac langsung menepikan mobil.

"Huh! Dasar suami menyebalkan! Kau benar-benar ingin menurunkanku di sini? Kau tidak takut aku akan diculik oleh orang jahat dan dilelang lagi di club malam?!" Omel Nara sembari bersidekap dada.

Isaac meraup wajahnya gusar. "Kata siapa aku ingin menurunkanmu di sini, amour?"

"Bukan kata siapa-siapa tapi tindakanmu yang membuktikan hal tersebut."

"Aku menepi karena takut kau nekat meloncat ke luar, amour."

"Hei! Kau pikir aku ini akan menyakiti diri sendiri?! Ternyata kau belum terlalu mengenalku meskipun sudah lama tinggal bersama. Aku kecewa padamu."

Isaac menggaruk kepalanya mendengar celotehan Nara.

"CK! Sudahlah. Lanjutkan lagi perjalanannya! Aku sudah kelaparan!"

Pada akhirnya, Isaac pun menuruti perkataan Nara daripada kena amuk lagi sedangkan kecemburuannya sudah tidak berarti lagi karena yang paling terpenting adalah Nara tidak memarahinya lagi.

Bersambung...

10/2/22

Follow firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang