Part 48🌹

32.5K 3.9K 126
                                    

Vote sebelum baca🌟

Nara menonton dengan tenang bagaimana suami tampannya menghajar Alaric tanpa ampun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nara menonton dengan tenang bagaimana suami tampannya menghajar Alaric tanpa ampun.

Meskipun Alaric berstatus sebagai ayah kandung Isaac, ternyata suami tampannya tetap nekat menghajar Alaric karena Alaric berniat menyakitinya.

Sepenting itu posisinya di dalam hati seorang Isaac King Nelson, membuatnya merasa senang sekaligus bangga.

"Dasar wanita gila! Hentikan suamimu sekarang atau suamiku akan mati di tangannya." Sentak Olivia kala melihat sikap santuy Nara.

"Malas."

Olivia menatap Nara tajam. "Cepat hentikan Isaac sekarang!"

Nara meletakkan cangkirnya dengan anggun di atas meja. "Memohon lah padaku, maka aku akan menyuruh suamiku untuk berhenti." Seringainya.

Ibu tiri Isaac menatap Nara tak percaya. "Kau tega melihat Isaac menghajar ayah mertuamu? Dimana hati nuranimu?!"

"Ayah mertua? Aku tidak salah dengar 'kan? Bukan kah tadi kalian tidak menganggapku sebagai menantu dan malah menyuruhku untuk meninggalkan Isaac? Ibu tiri pelakor, masih waras kah?!" Sarkas Nara.

Olivia menggeram kesal. Perkataan Nara benar-benar menyentil egonya. Dia bergegas mendekati Nara dan hendak menampar Nara tapi sebuah pisau lebih dulu menancap di punggung tangannya.

Akibatnya, Olivia menjerit kesakitan sambil memegang tangannya yang tertusuk pisau sedangkan Nara meringis ngeri melihat tangan Olivia tertusuk.

Isaac mencekik leher Olivia kuat. Tatapannya sangat membunuh dan mengintimidasi.

"Kau ingin membunuhku? Kau tidak takut mendekam dipenjara?!"

Olivia berusaha menakut-nakuti Isaac supaya dia terbebas. Namun, sayangnya keinginannya tidak terkabulkan. Isaac malah menguatkan cekikannya hingga ia merasa kesusahan untuk bernafas.

Nafas Olivia tersengal-sengal. Wajahnya merah padam. Tubuhnya gemetar hebat.

"Sekali lagi kau berani menyakiti istriku, maka saat itu juga ku pastikan kepala dan tubuhmu akan terpisah." Bisik Isaac lirih namun mengintimidasi.

Dilemparkannya Olivia ke lantai hingga wanita itu menjerit kesakitan lagi.

"Dasar anak iblis! Seharusnya aku membunuhmu dari dulu saja!"

Nara terhenyak mendengar teriakan Olivia. Di dalam hati ia merasa prihatin pada wanita itu karena berani menambah masalah di saat terpojok oleh musuh.

"Kau ternyata tidak takut mati, ya?" Seringai Isaac seraya berjalan mendekati Olivia yang kini mulai beringsut mundur akibat merasakan hawa membunuh dari pria itu.

Isaac menjambak rambut Olivia dan melayangkan tamparan kuat.

"ARGHHH!!"

Tamparan kedua melayang lagi di pipi Olivia. Kali ini lebih kuat dan keras sehingga sudut bibir Olivia terluka.

"Hentikan!!!"

Isaac tak mempedulikan teriakan Olivia karena telah diselimuti amarah. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah memberikan pelajaran pada ibu tirinya karena telah berani berniat melukai istrinya.

Di bawah penyiksaan Isaac, Olivia terus menjerit kesakitan dan memohon ampun sedangkan Nara meringis ngeri.

Saking ngerinya, Nara tidak berani untuk mendekat dan menghentikan aksi brutal Isaac.

Sisi kejam Isaac kembali terbangun setelah sekian lama. Menghajar, memukul, dan menyakiti orang tanpa pandang bulu. Sungguh menakutkan dan menyeramkan.

Nara takut disakiti Isaac juga. Bisa remuk tubuh kecilnya kalau ditampar dan dipukuli oleh Isaac.

Makanya, ia memutuskan untuk berdiam diri di tempat tanpa berani bergerak sembarangan.

Kalau boleh jujur, Nara tidak menyukai sisi kejam Isaac yang seperti ini. Ia lebih suka melihat sosok Isaac yang manja dan mesum.

"Bereskan kedua penganggu ini! Buatlah seakan mereka dihajar oleh preman!" Titah Isaac.

"Baik, tuan."

Isaac tersenyum puas melihat keadaan tidak berdaya Alaric dan Olivia.

Kemudian, mengusap tangannya dengan tisu untuk membersihkan darah yang mengenai tangannya.

Setelah memastikan tangannya bersih dari darah kotor kedua penganggu tadi, Isaac menoleh ke arah Nara dan tersenyum manis.

Sayangnya di mata Nara terlihat seperti senyuman psikopat.

Nafas Nara mendadak tidak beraturan dan merasa kesulitan untuk bernafas. Ia mendadak teringat kenangan kehidupan masa lampaunya.

Ingatan tersebut begitu menyiksanya dan menghantarkan keraguan serta kesedihan.

Isaac menyadari keanehan dari Nara hingga ia bergegas menghampiri istrinya. "Kau kenapa, amour? Kau sakit?" Tanyanya khawatir.

Nara terdiam membisu seraya menatap Isaac lamat-lamat.

"Kenapa kau diam saja, amour? Kau benar-benar sakit? Aku panggilkan dokter sekarang!" Kata Isaac panik.

Tanpa mengatakan apapun, Nara langsung memeluk Isaac dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami.

'Tenang, Nara. Dia bukan orang jahat. Dia Isaac! Isaac yang kau cintai dan selalu mencintaimu!' batinnya mengingatkan.

"Amour. Sebenarnya kau kenapa?" Tanya Isaac khawatir tingkat akut. Keterdiaman Nara pun membuatnya semakin khawatir. Pria itu mengambil ponselnya untuk menghubungi dokter tapi dicegah oleh Nara.

"Jangan panggil dokter. Aku baik-baik saja."

Isaac masih khawatir meskipun telah mendengar penjelasan Nara.

"Lalu, kenapa kau terlihat aneh?"

Nara mendongak. Menatap Isaac sayu. "Karena perbuatan kejam mu pada ibu tirimu membuatku ketakutan."

Jawaban jujurnya membuat Isaac terkejut. Lalu, sedetik kemudian wajahnya menunjukkan rasa bersalah mendalam. "Maafkan aku, amour. Aku langsung kalap melihat mereka hendak menyakitimu. Maafkan aku yang tidak bisa menahan emosi, amour. Kau boleh marah padaku asal jangan pergi dari sisiku karena aku tidak akan bisa hidup tanpamu."

Bersambung...

13/2/22

Follow firza532

Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang