Jangan lupa vote dan komenಡ ͜ ʖ ಡ
"Kalian pulang saja. Pasti kalian sudah lelah, 'kan?"
"Tapi, mom, aku ingin menjaga Daddy."
"Kau tenang saja, sayang. Mommy yang akan menjaga Daddy mu."
Nara menghela nafas pasrah. "Baiklah, mom."
Isaac merangkul pinggang Nara posesif. "Kalau begitu kami pergi dulu, mom. Kalau ada sesuatu, mommy bisa meminta bantuan bodyguard ku. Mereka akan selalu bersiap siaga menjaga di depan pintu." Ujarnya begitu perhatian namun sebenarnya cuma untuk menarik perhatian mommy Nara.
"Baiklah. Hati-hati di jalan."
Isaac mengangguk.
Lantas, sepasang suami istri pun pergi dari sana.
Suasana di rumah sakit sudah mulai sepi karena malam kian larut.
Hanya para dokter dan suster yang terlihat. Berjalan tergesa-gesa atau pun berjalan dengan wajah mengantuk.
"Suasana rumah sakit di malam hari ternyata sangat horor." Celetuk Nara memecahkan kesunyian di antara mereka.
"Kau takut, amour?" Kekeh Isaac.
Nara menoleh ke arah Isaac. "Takut?" Tanyanya meremehkan. Lalu, Menyibak rambutnya songong dengan dagu terangkat angkuh. "Tidak ada istilahnya seorang Nara merasa takut."
Baru beberapa detik setelah Nara mengatakan hal tersebut, muncul sesosok perempuan berpakaian serba putih dengan rambut panjang acak-acakan.
Mampu membuat Nara menjerit histeris dan melompat ke tubuh Isaac. Pria itu refleks menahan tubuh Nara supaya tak terjatuh.
Nara memeluk suaminya erat dan menyembunyikan wajahnya di leher Isaac. "Huaaaa!! Usir hantu itu dari sini!" Rengeknya.
Tubuh gemetar Nara membuat Isaac tertawa geli namun juga khawatir dalam waktu bersamaan. "Katanya tidak ada istilah seorang Nara merasa takut?" Ejeknya.
Nara kian mengeratkan pelukannya pada leher Isaac. "Aku tidak takut." Elaknya.
"Lalu, kenapa kau memelukku seerat ini?" Tanya Isaac. Masih berusaha membuat Nara mengaku.
"Aku alergi melihat hantu."
Isaac terbahak.
Sedangkan dokter yang disangka Nara sebagai hantu memutar bola mata malas dan mendengkus kesal. "Sial sekali hari ini. Operasi gagal, dimarahi keluarga pasien, disuruh pimpinan lembur, disangka sebagai hantu, dan melihat orang bermesraan di depan mata. Sungguh menjengkelkan."
Dokter itu bersungut-sunggut dan pergi dari sana dengan wajah kesal bukan main.
Nara yang mendengar celotehan sang dokter mengerjap kaget. Tak disangka, sosok yang disangkanya hantu ternyata seorang dokter. Memalukan!
Meski begitu, Nara memasang wajah polos andalannya. Wanita cantik itu mulai melonggarkan pelukannya dari leher Isaac. Kemudian, menatap wajah tampan suaminya dari dekat.
Wajah penuh tawa Isaac membuatnya memicingkan mata tajam. Harga dirinya merasa terluka akibat ditertawakan sang suami. "Sampai kapan kau akan tertawa?" Tanyanya sarkas.
Isaac malah semakin tertawa melihat wajah ngambek Nara. Mulutnya berakhir dibekap oleh tangan Nara. "Cukup! Hentikan tawamu sebelum membuat bulu kuduk orang-orang merinding."
Isaac berusaha menghentikan tawanya. Raut wajah Nara sudah terlihat sangat kesal. Maka dari itu, ia mengambil jalan aman saja.
Setelah tawanya terhenti, baru lah Nara melepaskan bekapannya. Wanita cantik itu hendak turun, namun Isaac menghentikan pergerakannya.
Isaac menahan pinggang dan paha Nara supaya tetap berada di dalam gendongannya.
Nara menepuk bahu Isaac gemas. "Cepat turunkan aku sebelum ada yang melihat."
Isaac menggeleng lalu mencuri sebuah kecupan singkat di bibir Nara. "Biarkan saja."
Nara mengelus pipi Isaac lembut. "Memangnya kau tidak kelelahan menggendongku terus? Lagipula, bukan kah semenjak tadi pagi kau sibuk mempersiapkan perayaan ulang tahunku?"
Isaac tersenyum manis mendapatkan perhatian dari Nara. Lantas dikecupnya pipi Nara gemas. "Sebenarnya aku sedikit lelah. Tapi lelahnya akan hilang setelah mendapatkan satu ciuman darimu."
Nara tersenyum geli. "Benarkah? Hanya satu ciuman 'kan?"
Isaac mengangguk yakin.
Nara mendekatkan wajahnya ke wajah Isaac dan mencium bibir suaminya lembut. Namun, bukan Isaac namanya jika tidak memanfaatkan kesempatan dengan baik.
Pria itu mencium Nara penuh tuntutan seraya menekan tengkuk Nara untuk memperdalam ciuman mereka. Lidahnya menelusup masuk ke dalam mulut Nara. Bermain dengan lihai di dalam mulut Nara hingga Nara terbuai dalam permainannya.
Mereka mulai terbawa nafsu sampai lupa dimana mereka berada.
Isaac bahkan sudah memojokkan Nara ke dinding rumah sakit dan terus mencium Nara tanpa ampun.
Dokter yang disangka hantu oleh Nara tadi kembali lewat di sana dan memicingkan mata kesal melihat keduanya bermesraan. "Hei! Hentikan kegiatan mesum kalian! Ini rumah sakit bukan hotel!" Tegurnya, menggema di lorong rumah sakit. Menyadarkan Nara akan realita.
Nara menutup wajah malu sedangkan Isaac menatap dokter itu kesal. "Dasar penganggu!" Umpatnya.
"Cepat pergi sebelum aku memanggil satpam untuk mengusir kalian!"
Nara kian menyembunyikan wajahnya. "Ayo cepat pergi dari sini sebelum satpam benar-benar datang untuk mengusir kita." Bisiknya.
"Seorang satpam mengusir Isaac King Nelson? Memangnya dia berani?!"
Nara mengigit leher Isaac kesal. "Ini bukan waktunya untuk narsis, Isaac!"
Bersambung...
6/2/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband
RomanceDi akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan membunuhnya. Namun, siapa sangka Nara kembali ke masa lalu. Lebih tepatnya saat dia diculik saat jalan...